22.1

16 2 0
                                    

Lima Bulan Kemudian

Pandhit berjalan santai menuju keruangan Lorna. Pagi tadi ia baru saja sampai Jakarta dari London untuk mengajukan proposal dan ingin membeli sebuah stasiun televisi nasional di sana. Tapi.. Lorna tidak akan menyukai kabar yang akan Pandhit sampikan nanti.

Pandhit membuka pintu ruangan bosnya. "Lorna.. Kau tidak akan menyukai kabar ini," ucapnya setelah berhasil menerobos masuk ruang kerja bosnya.

Lorna dan Edwan langsung menoleh ke arah sumber suara. "Mengenai UK?" Tanya Lorna.

"I failed. Mereka tidak mau. Mereka menolak dengan alasan stasiun televisi kita terlalu independen. Alasan yang bodoh, bukan?" Tanya Pandhit balik.

"Maksud mu.. Mereka tidak mau stasiun televisi yang independen? Bukan kah menjadi independen itu bagus?" Tanya Edwan.

"Mereka hanya memperbolehkan stasiun TV yang bisa disetir oleh mereka. Kau tau kerajaan di sana seketat itu. Mereka khawatir kita akan memberitakan yang aneh-aneh mengenai kerajaan," jelas Pandhit.

Lorna bangkit dari duduknya. "Kalau begitu, UK memang bukan untuk kita. Kita harus mencari negara lain untuk memperluas stasiun kita," kata Lorna.

"Hm.. Bagaimana dengan Amerika bagian Utara? Kita baru menguasai sebagian Amerika Selatan. Amerika Utara akan menyenangkan! Los Angeles, Mexico, Chicago, Toronto, and.. New York City!" Kata Edwan yang terlampau bahagia membayangkannya.

"Oh! Jangan lupakan Hawaii!" Sambar Pandhit ikut bahagia. "Kita harus ke sana bersama dan luangkan waktu sebentar Hawaii!" Kata Pandhit memberi saran.

"Oh.. God.." keluh Lorna. Ia tahu akhirnya akan seperti ini.

"Lorna.. Aku mohon. Setengah tahun ini sudah melelahkan untuk kita semua. Pencapaian kita juga sudah melampaui dari apa yang sudah kita rencanakan. Bahkan kita sudah menjadi stasiun TV nomor dua se Asia!" Bujuk Pandhit.

"But i want to be the first. Not just the second.." keluh Lorna.

"Aku berjanji! Setelah ini, aku dan Edwan akan menjadikan stasiun tv ini nomor satu se Asia!" Pinta Pandhit lagi.

Lorna berpikir sebentar. Sebenarnya untuk meluangkan waktu seminggu sebentar di sana tidak masalah. "Hm.. Top 5 in the world,"  pinta Lorna lebih.

Pandhit memutarkan bola matanya malas. "Oke! Tapi tidak dalam waktu singkat. Mungkin sepuluh atau dua puluh tahun lagi!"

"What the heck?! Aku tidak mau sukses di umur tua!Umur ku sudah setengah abad saat itu!"

"Lorna.. Kita akan pergi atau tidak?" Tanya Edwan langsung tanpa bertele-tele.

Ayolah! Lorna hanya bercanda. Ia tidak seambis itu! Ia hanya mau mengambil perusahaan Ambrose. Bukan yang lain!

"Kita pergi. Minggu ini tidak ada jadwal serius, jadi bisa ku serahkan pada yang lain," jawab Lorna sambil tersenyum.

"Yesss!!!!" Ucap Pandhit kegirangan.

__________________

Keesokkan Harinya

"Tunggu. Kau sudah memastikan di Hawaii tidak ada Coby?" Tanya Lorna pada Edwan.

One Degree / 1°Where stories live. Discover now