9.1

21 6 0
                                    

Coby tak tega melihat Jovan tak mau pergi dan memohon pada Lorna di karangan rumahnya. Sebenarnya, Coby lebih khawatir karena takut menganggu ketenangan warga sekitar. Coby membuka pintu rumah itu untuk Jovan.

"Coby, Lorna sudah tidur?" Tanya Jovan saat masuk ke dalam ruang tamu.

Coby mengangguk. "Sebaiknya, kau pulang dan kembali lagi besok. Saat seperti ini, Lorna butuh waktu untuk berpikir. Ingat saat kepeninggalan Oma? Lorna kabur. Jangan pikir aku tidak mengetahui keberadaanya saat itu. Aku hanya memberinya waktu. Setidaknya sampai kau menjemputnya," jelas Coby.

"Kenapa kau membiarkannya? Aku kewalahan mencarinya saat itu!"

"Lorna itu keras kepala. Bahkan aku baru mengetahui karakter aslinya belakangan ini karena saat ia magang di tempat ku dulu ia sangat penurut dan manis," jawab Coby.

"Begitu aku tahu kau adalah adik ku, Aku menjadi sedikit posesif. Aku hanya ingin menjaga mu," jawab Coby.

Lorna tertawa sedikit, ia menyadari kebodohannya. "Kau membuat ku salah paham".

Kau membuat ku salah paham. Jovan ingat jelas perkataan Lorna saat di ruang rawat inap Oma beberapa tempo lalu. Jovan mengepalkan tangannya, menahan kesal. Lorna menurut pada Coby saat itu karena Lorna menyukai Coby.

"Tidak. Aku akan menginap di sini, ruang tamu pun tidak masalah," kata Jovan bersikeras.

Coby membawa beberapa selimut dari kamar Oma dulu untuk memberikannya pada Jovan. Coby, akan tidur di kamar Oma.

Coby meletakkan selimut itu di sofa. "Kali ini aku akan membiarkan mu menginap karena kau telah banyak membantu ku untuk membujuk Lorna tempo hari," kata Coby santai.

====================

Lorna tidak tidur semalaman, ia menangis banyak

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Lorna tidak tidur semalaman, ia menangis banyak. Bahkan saat jam 5 subuh, ia memutuskan untuk mandi air dingin dan segera bersiap-siap ke kantor. Jam 6 pagi Lorna keluar dari kamarnya. Matanya memerah dan membengkak, kepalanya berat, dan suhu tubuhnya sedikit naik. Ia bahkan sengaja memakai kaca mata hitam agar kantung matanya tak terlihat. Lorna tak menyadari ada Jovan yang tertidur di ruang tamu karena ia langsung ke dapur dan membuat black tea untuknya sendiri, itu rutinitas ia setiap pagi.

Seketika ada sebuah lengan kokoh merengkuh tubuh Lorna. "Maafkan aku. Tapi, Sumpah! Dia bukan tunanganku," ucap Jovan sambil mengeratkan rengkuhannya.

Tubuh Lorna bergetar, ia ingin menangis lagi. Bohong jika air matanya sudah kering tak tersisa. Ia pikir akan selalu ada air mata untuk Jovan. Lorna menyingkirkan tubuh Jovan darinya dan pergi menuju pintu garasi. Ia tak memiliki gairah lagi untuk minun teh di pagi hari. Sampai akhirnya, Jovan berlari kecil menyusul Lorna dan mencegatnya saat mau masuk ke dalam mobil.

"Hon, please.. Listen," pinta Jovan.

Lorna menatap Jovan dengan wajah datar. Lorna menunggu ucapan Jovan.

One Degree / 1°Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin