1.1

68 7 1
                                    

Lorna terbangun dari tidurnya. Memang kasur yang sekarang tidak senyaman kasur kamarnya, tapi begini juga nyaman.

"Tunggu dulu.." pikir Lorna. Tersentak Lorna bangun dari tidurnya. Ia melihat ada pria yang sedang duduk di depannya. Sempat ada keheningan beberapa detik di ruangan ini.

"Hari apa sekarang?" Tanya Lorna tiba-tiba.

Lelaki itu mengerutkan dahinya. "Kamis.."

Lorna bernapas lega, berarti hari cuti sepihaknya tinggal hari ini. Setidaknya, Lorna sudah izin pada Adnan, redaktur sekaligus sahabatnya. Ia berencana kembali ke kantor di hari Jumat karena Ia akan mewawancarai CEO Lamborghini Indonesia. Hal-hal yang berbau menajemen adalah hal yang paling seksi menurut Lorna.

Tiba-tiba lelaki di depannya ini tertawa kecil. "Seriously? Kau terkejut hanya karna masalah hari? Bukan karena sedang tidur di tempat tinggal orang asing?"

Sepertinya ini bukan pertama kalinya Ia tidur di kamar orang asing. Sekarang Jovan benar-benar yakin bahwa Lorna memang tercipta untuk Jovan. Ya, setidaknya kadar kebrengsekan mereka tidak berbeda jauh. Ini akan semakin mudah.

Sebenarnya Lorna sangat terkejut. Tapi kalau sekarang untuk apa? Lorna cukup yakin kalau sekarang Ia baik-baik saja. Lagi pula Lorna pernah mengalami hal yang lebih parah dari ini. Selama hidupnya menjadi wartawan, ia pernah bangun dalam keadaan disekap dengan pisau di lehernya.

"Terima kasih. Sebaiknya Aku pulang sekarang," ucap Lorna sambil mengambil tasnya.

Jovan sudah panik, "secepat itu?"

"Untuk apa berlama-lama di sini?" Balas Lorna.

Ayo, putar otak Jovan. Berpikir. "Kau tidak bisa pulang sekarang. Kau pikir ini rumah siapa? Ini rumah orang tua ku. Apa yang akan mereka pikirkan ketika Kau keluar dari kamar ku?" Alasan bagus Jovan! Sekarang kau tampak seperti pecundang yang menumpang di rumah orang tua mu!

Lorna melihat jam, sekarang pun sudah jam sepuluh. "Apakah orang tua mu tidak bekerja?" Curiga Lorna.

"Ibu ku, tidak. Tapi, siang nanti Ia akan pergi. Jadi, Kau boleh pergi saat siang nanti," ucap Jovan sambil tersenyum.

Lorna kembali menaruh tas itu kembali, dan duduk di kasur. Ia mengambil ponselnya yang ternyata sudah mati total. Lorna pun mengambil powerbank-nya dan langsung menghubungkan dengan ponselnya.

Jovan benar-benar hanya memandangi wanita di depannya kini. "Kau benar-benar tipe ku. Aku sudah menyukai mu sekarang," kata Jovan tiba-tiba.

Lorna menatap pria itu, "Tipe? Aku saja baru melihat mu kemarin malam," Lorna punya ingatan yang kuat.

Jovan tersenyum, ya setidaknya Ia mengingat ku. Padahal kami hanya bertukar pandang.

Jovan pun ikut duduk di sebelah Lorna. "Ya. Kau tipe ku. Apapun yang Aku lihat kemarin dan pagi ini. Kau masih tipe ku," balas Jovan.

Lorna tersenyum sinis, "singkirkan bahwa Aku adalah tipe mu di otak mu. Yang kau lihat kemarin, itu bukan diri ku. Ah! Bahkan, kemarin pertama kalinya aku ke club," jawab Lorna yang frustasi. Ia tidak mau dikejar oleh lelaki. Lelaki itu hanya menambah masalah. Masalah, Oma dan Adiknya saja belum selesai.

Ah, Jovan mengerti. Tapi dengan keadaan Lorna yang sebagai anak baik-baik pun Jovan semakin tidak keberatan. Hanya saja, mungkin jalannya akan semakin sulit karena gaya hidup mereka berbeda.

Tak lama ponsel Lorna berbunyi, dan ada nama Raka di sana. "Halo," jawab Lorna.

"Kau kemana saja? Saat Aku sadar, Kau pergi dan juga membayar tagihan. Kau tidak perlu melakukannya," kata Raka dari seberang sana.

One Degree / 1°Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ