3.1

38 7 2
                                    

Mereka telah sampai di rumah sakit Lorna langsung berlari ke ruang rawat inap VVIP di mana omanya berada. Ketika ia membuka pintu, ia melihat Eden dan pengacara keluarganya sedang duduk di depan omanya yang ternyata sudah sadar.

"Oma?" Lorna semakin bersyukur ternyata omanya sudah tersadar kembali. Lorna kembali berlari dan langsung memeluk sang oma, "Oma.. Lorna rindu Oma," ucap Lorna.

Oma hanya bisa tersenyum sambil mengelus punggung cucu kesayangannya itu. "Dengan siapa kamu kemari, sayang?" tanya Oma yang ternyata melihat Jovan dari luar pintu.

Jovan memang tidak berniat untuk masuk ke dalam ruangan. Ia takut Lorna akan marah lagi padanya. Nanti Lorna akan berkata, kita bahkan bertemu belum 48 jam, pikir Jovan. "Itu rekan kerja Lorna, Oma.. Kebetulan tadi Lorna bersama dengannya".

"Ada yang ingin Oma sampaikan pada kalian berdua.." ucap Oma lalu menatap Lucas selaku pengacara keluarga mereka.

Lucas mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya pada Lorna dan Eden. Lorna membacanya dengan seksama, "Oma.. Ini-"

"Tanda tangani itu," ucap Oma yang sudah mulai melemah.

Eden tentu saja terkejut, "tunggu dulu, oma! Apa ini mengenai warisan Ambrose?!"

Lorna kembali memberikan surat itu pada Lucas dan langsung menggenggam tangan Oma. "Oma.. Jangan dulu membahas hal seperti ini. Saat ini yang terpenting adalah kesehatan Oma.." ucap Lorna khawatir.

"Tunggu dulu. Aku yakin harta Ambrose tidak hanya ini. Selain itu, mengapa bagian Lorna dan Aku sama rata? Aku anak laki-laki, seharusnya bagian ku lebih banyak. Mengapa?" Tanya Eden mendesak.

Lorna benar-benar ingin menyobek mulut adiknya. Bahkan ia yakin, sampai saat ini Eden masih menyembunyikan pernikahannya dari Oma. Benar-benar lelaki egois.

"Memang, harta Ambrose tentu saja tidak hanya ini. Jumlah yang kalian terima hanyalah 25 persennya saja," jelas Lucas.

"Bagaimana mungkin? Lalu kemana sisanya?" Eden kembali mendesak.

"Sisanya saat ini masih milik kakak kalian. Beberapa tahun lagi kalian akan dicalonkan sebagai Presdir berikutnya. Tapi keputusan tetap ada di para pemegang saham," jawab Lucas yang tentunya membuat Lorna dan Eden terkejut.

"Kakak? Bukannya Aku adalah anak sulung?" tanya Lorna pada Lucas.

Kini Oma yang berbicara, ia sempat terbatuk sedikit. "Sebenarnya.. Kalian mempunyai satu kakak lagi, Coby. Ia adalah satu-satunya yang memegang kendali perusahaan pusat Ambrose," jawab Oma.

"Bukannya Oma sudah menjual semua perusahaan Ambrose bahkan anak perusahaan juga?" tanya Eden.

"Mana mungkin Oma hanya mendapatkan segitu kalau sampai menjual perusahaan pusat," ucapnya sambil tersenyum.

"Hanya? Bukannya itu sudah cukup banyak. Oke, salah kan Aku yang selalu tak mau tahu mengenai perusahaan keluarga. Aku kira semuanya sudah habis," pikir Lorna.

"Lalu, di mana dia sekarang?" tanya Eden lagi. Jangan tanya lagi, dia memang memiliki ambisi yang kuat kalau soal harta Ambrose.

Lucas pun memeriksa jam tangannya. "Seharusnya ia sudah datang-"

"-Oma.." potong seseorang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

"Coby Crowe A.." ucap Lorna pelan. Lorna tidak pernah terbayang sepintas pun kalau kepanjangan A-nya adalah Ambrose. Ia melemas seketika. Pengusaha tampan yang belum menikah sampai pada usia 30-nya itu.

"Apakah Oma baik-baik saja?" Tanya Coby pada Lucas.

"Oma baru sadar dari komanya," jawab Lucas.

Coby melihat ke arah Lorna dan Eden secara bergantian. Coby kini hanya menatap Lorna sambil tersenyum. "Kita pernah bertemu sebelumnya, bukan?" Ucap Coby sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.

One Degree / 1°Où les histoires vivent. Découvrez maintenant