16.1.

19 7 0
                                    

Baru saja Lorna sampai di kantornya, tiba-tiba Pandhit berlari ke arah Lorna. "Boss! Ada berita bagus," kata Pandhit tergesa-gesa.

"Apa? By the way, kamu tidak menerapkan 'good news is bad news', kan?"

Pandhit menggelengkan kepalanya cepat. "Ada perampok di Bank Indonesia. Perampoknya sekarang terjebak di dalam bank, mereka sedang dikepung, tapi terdapat total 29 orang sebagai sandera. Bagaimana jika kita live report di sana?" Usul Pandhit.

"Mengapa harus live report? Penonton akan bosan jika-"

"-aku dapat kabar dari detektif setempat kalau 2 jam lagi mereka akan mengadakan negosiasi dengan perampok. Bukankah ini bagus? Seperti dalam serial drama Spanyol Lacasa de papel," potong Pandhit yang begitu bersemangat.

"Menarik. Siapkan orang dan peralatan. Setengah jam lagi kita ke sana," kata Lorna pada Pandhit. 

__________

Lorna dan Pandhit segera turun dari van mereka dan segera mempersiapkan semuanya. Semua mengerjakan tugasnya masing-masing, Lorna mencoba membaca kronologi yang telah ia dapatkan dari polisi.

"Kronologinya sama persis dengan Lacasa de papel. Perampok ini benar-benar meniru cara Tokio dan Nairobi (tokoh di Lacasa de papel) masuk ke dalam bank. Bahkan sampai sekarang kepolisian belum melaporkan berapa jumlah angka pasti perampok yang di dalam sana," jelas Lorna pada Pandhit.

"Hati-hati saat meliput. Kita tidak tahu senjata apa saja yang ada di dalam sana. Suruh semua wartawan kita pakai rompi anti peluru," tambah Lorna yang terlampau khawatir.

"Aku tidak tahu ternyata kau sangat se-over thinking itu," kata Pandhit. "Sebaiknya kita ke depan gedung. Negosiasi 10 menit lagi," ajak Pandhit.

Kini mereka dan seluruh wartawan dari media mana pun telah berada di jajaran paling depan. Para polisi dan militer lebih memilih menjaga jadi jarak jauh. Mereka telah diizinkan untuk menembak siapa pun perampok yang tidak mau diajak negosiasi.

Seketika, pintu bank terbuka. Hanya seorang manager bank yang muncul dari sana, tidak ada lagi. Lorna menahan tawa, baginya perampok itu sangat pintar.

Manager itu membawa sebuah toa, dan kemudian ia meletakkan mic itu di depan mulutnya. "Saya Deni Putra sebagai manajer bank menyampaikan bahwa selama empat jam perampokkan ini kami di dalam keadaan baik-baik saja. Mohon kerja samanya," kata Deni.

Salah satu detektif mencoba mendekat. Seketika Deni berteriak, "Jangan mendekat! Di tubuh saya ada bom," katanya sambil mengangkat kemejanya. Perampok itu sudah menempelkan bom di sana. "Waktu saya untuk bernegosiasi dengan kalian hanya 5 menit!"

Lagi-lagi Lorna dan Pandhit tersenyum. "Lorna, ini semua hampir mirip. Deni dengan bom ini sudah sama persis ketika Arturo Direktur bank juga ditempelkan bom di seluruh tubuhnya," kata Pandhit.

Lorna berpikir sebentar, "kalau perampokan ini sama persis dengan serial itu, apakah mereka juga akan mencetak uang di sini?" Tanya Lorna.

Pandhit mengatur napasnya, "aku tidak tahu, Lorna. Ini sangat membingungkan," jawab Pandhit.

"Bagaimana kami ingin menegosiasi, jika kami tidak berhadapan langsung dengan perampoknya?!" Kata detektif itu berteriak. Mengingat jarak mereka cukup jauh untuk saling mengobrol.

"Perampok mau tiga wartawan untuk masuk dan meliput keadaan di dalam. Sebagai gantinya, perampok akan menyerahkan seluruh sandera yang anak-anak,wanita hamil, lanjut usia, dan gay," ucap Deni dengan lantang.

One Degree / 1°Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu