Juu Ichi~11~Eleven

874 92 55
                                    

☠️☠️☠️

Ia memang seharusnya tidak datang kesini.

Koala benar-benar harus pergi dari sana sekarang juga! Tidak hanya raganya, batinnya pun tersentak melihat pemandangan yang terjadi dihadapannya. Suasana hatinya dalam sekejap berubah. Ia tidak menyangka kedatangannya kesini akan membuatnya merasakan kepedihan yang luar biasa.

Dadanya tiba-tiba sesak seolah ada sesuatu yang mencoba melesak keluar. Matanya mulai berkaca-kaca. Kenapa pemandangan didepannya semenyesakkan ini? Untuk beberapa detik, ia mematung disana. Penglihatannya menjadi buram karena air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Setelah dia mendapat kendali akan tubuhnya kembali, Koala mundur selangkah. Beruntung, dua orang yang tengah berpelukan itu sama sekali tidak sadar akan keberadaannya.

Koala berbalik, ia tidak ingin terus menyakiti perasaannya sendiri. Dengan menahan sesak, ia melangkah pergi dari sana. Tidak pergi ke tempat Cavendish yang sepertinya menagih laporannya, tidak pula ke kantin dimana Nami dan Robin menunggunya. Ia hanya ingin pulang ke apartemennya. Bolos? Ya, Koala yang sangat rajin ini akan melakukannya.

Setelah melihat secara live adegan Sabo dan Betty berpelukan.

☠️☠️☠️

Kantin... ( 10. 20 am. )

"Koala tidak kesini?" tanya Robin pada Nami.

"Sebentar..." Nami mengambil ponselnya dan mengecek pesan dari Koala yang tadi belum sempat dibukanya.

"Katanya dia akan menemui Cavendish, jadi dia tidak ke kantin," ujar Nami setelah membaca pesan Koala.

"Sokka, sepertinya soal laporan," Robin menyeruput kopi hitam yang dibelinya lalu membuka buku yang tadi dipinjamnya dari perpustakaan.

Nami mengangguk setuju.

Keduanya menghabiskan makanan dalam diam.

"Nee, Robin."

Robin mengalihkan perhatian dari buku tebalnya dan menatap Nami.

"Kau tadi bilang, Koala akan menemui Sabo~senpai. Ada apa memangnya?" tanya Nami penasaran sambil mengaduk-aduk jus jeruk dengan sedotan. Meski ia sudah tahu perihal Koala yang menyukai Sabo, tetap saja ia tidak paham dengan penjelasan Robin saat dalam perjalanan ke perpustakaan tadi.

"Hoahm, aku sedikit ngantuk sebenarnya. Tapi aku juga ingin meminjam komputer di perpustakaan," ujar Nami seraya menguap.

Robin terkekeh. "Seharusnya tadi kau tidak usah ikut denganku. Tidurlah bersama Roronoa~kun."

Nami langsung memasang wajah jutek. "Tidak sudi. Aku tidak mau tidur bersama si kepala lumut."

"Fufufu..."

"Oh, iya. Kenapa kau tidak mengajak Koala juga?" tanya Nami.

"Koala akan menemui Sabo~senpai. Sepertinya sesuatu akan terjadi." Robin tersenyum senang.

"Ara, kalau soal tadi ... Sabo~senpai sepertinya akan menyatakan perasaannya pada Koala. Dilihat dari ia sampai menelepon Koala hanya untuk meminta Koala menemuinya. Biasanya, Sabo~senpai hanya memberi tahu lewat aplikasi pesan. Ah, ini baru tebakanku saja," Robin menjelaskan panjang lebar sembari menyeruput kopinya lagi. Robin yang banyak bicara seperti ini sangat langka.

"Yang benar??" Nami terkejut. 'Koala beruntung sekali. Sabo~senpai punya perasaan yang sama padanya.' batin Nami.

One Piece Senior High School Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang