San Juu~30~Thirty

645 53 16
                                    

(Mohon baca kembali part Ni Juu~20~Twenty dan Ni Juu Ichi~21~Twenty One sebelum membaca part ini. Terima kasih.)

☠️☠️☠️

"Sia … pa …"

Koala terpaku di tempatnya. Seluruh sel motorik tubuhnya mendadak berhenti bekerja. Selama 2 menit keterdiamannya, mata gadis itu hanya menatap kosong sosok seseorang berseragam sekolah dengan tas jinjing di ambang pintu.

"Koala?"

"Kau sudah baik-baik saja? Apa tubuhmu masih ada yang terasa sakit?"

Tidak ada suara. Hanya keheningan yang menyahuti ucapan orang itu.

"Koala? Kau masih sakit? Apa perlu ke dokter, sekarang?" Tersirat nada kekhawatiran dalam suaranya. Kembali hanya udara yang menerima pertanyaan orang itu.

Terdengar langkah berderap dari arah dalam unit apartemen Koala. "Koala! Kenapa lama sekali? Siapa yang datang …?"

Rupanya Nami yang tergopoh-gopoh datang. Tapi, sama seperti Koala, setelah tiba, ia tiba-tiba membisu, walau hanya sejenak. Susah payah, ia menggerakkan bibirnya untuk berbicara.

"Ah, ohayou, Sabo~senpai. Ada apa pagi-pagi datang ke sini?" tanya Nami. Antara berbasa-basi dan juga bertanya karena ingin tahu. Suatu hal yang cukup membuatnya heran karena Koala justru diam saja ketika lelaki ini datang. Apa ia tidak senang?

Sabo bergerak-gerak gelisah. Ia memang sangat khawatir pada keadaan Koala. Maka karena itulah, ia memutuskan datang ke apartemen Koala pagi-pagi sekali dengan harapan gadis itu baik-baik saja. Tapi, kenapa yang ia dapati malah, gadis yang merupakan sahabat kecilnya itu terlihat sangat tidak baik-baik saja?

"Aku hanya …, " ujarnya lirih, "ingin mengetahui apakah Koala baik-baik saja?"

Selang satu detik setelah pertanyaan itu terlontar, Koala yang sejak tadi diam bagai patung, memalingkan wajah.

Nami semakin bingung. Apa yang terjadi di sini? pikirnya. Atau mungkin … ini ada hubungannya dengan benar tidaknya ucapan Robin kemarin? Bahwa Koala memang menghindari Sabo~senpai? Tapi … kenapa kemarin dan juga tadi pagi dia berbohong kalau ia sakit pada kami? Kenapa ia tidak bilang yang sebenarnya saja? Apa kami masih kurang mengerti dirimu, Koala? lanjutnya lagi dalam hati.

Koala tiba-tiba berbalik, dan berjalan kembali menuju dapur dan ruang makan tanpa sepatah kata pun terucap dari mulutnya. Meninggalkan Nami yang saat ini melongo. H-hoi, hoi,

"Ah, Sabo~senpai. Bagaimana kalau senpai ikut masuk saja? Di dalam juga ada Robin," ajak Nami dengan cengiran canggung terukir di bibirnya. Kedua tangannya mempersilakan Sabo agar masuk terlebih dahulu. Sabo mengangguk sopan lalu masuk ke dalam seusai mengganti sepatu sekolahnya dengan sandal rumah untuk tamu.

Saat Sabo sudah berjalan menuju ruang tamu dan berbelok ke ruang makan karena dipanggil Robin, Nami mengernyit sambil menutup pintu utama unit apartemen Koala. Beberapa asumsi berkecamuk dalam otaknya. Apa mereka bertengkar, ya? Tapi … bagaimana bisa? pikirnya bingung. "Sebenarnya ada apa, sih?" gumam gadis bertato kincir angin di lengan kirinya itu, penasaran.

☠️☠️☠️

"Ara, Sabo~senpai. Ohayou gozaimasu," sapa Robin ramah. Ia sempat terkejut karena Sabo datang sepagi ini ke apartemen Koala. Ah, benar juga. Ia sama sekali belum tahu kronologi sebenarnya dari kenapa kemarin Koala tidak jadi menemui Sabo. Padahal, Koala terlihat sangat senang sebelumnya. Lalu, dia mendadak pura-pura sakit? Itu jelas tidak masuk akal bagi otak cerdas Robin. Pasti ada sesuatu yang terjadi di rentang waktu antara Robin dan Nami yang pergi ke perpustakaan serta Koala pergi ke rooftop untuk bertemu Sabo.

One Piece Senior High School Where stories live. Discover now