Juu~10~Ten

938 98 39
                                    

☠️☠️☠️

"Bodoh... Ah, padahal sedikit lagi laporannya selesai. Bagaimana bisa laporan itu tertinggal?" Gadis berambut orange kecoklatan dengan potongan pendek itu, mengerang kesal. Bagaimana tidak? Laporan untuk tim Jurnalistik One Piece Senior High School dari bagian OSIS yang dibuatnya--sebagai sekertaris OSIS--tertinggal di apartemen. Padahal, ia sudah mengerjakan paruh besar laporan itu hingga larut malam.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Ada apa Koala? Kau tampak gusar," Nami yang satu kelompok dengan Koala pada pelajaran Antropologi bertanya prihatin. Jarang sekali temannya itu tampak cemas begitu.

Koala menggeleng pelan. Bisa-bisa ia dimarahi Nami karena meninggalkan laporan penting itu. Baginya, lebih baik ia bertemu hantu daripada dimarahi Nami. Nami yang sedang mengamuk malah lebih menyeramkan daripada hantu. Nami--mungkin--adalah definisi dari cantik-cantik galak.

"Tidak ada apa-apa, Nami~san. Oh, ya. Dimana Robin~san?" Koala mengalihkan pembicaraan dengan celingukan mencari keberadaan sahabatnya yang lain.

Nami mengedikkan bahu. "Tadi si anak baru--Zoro--pergi keluar kelas dan hampir se-jam tidak kembali. Kurasa, Robin disuruh Rayleigh~sensei menyusulnya." ujarnya lantas kembali memperhatikan penjelasan Rayleigh~sensei, guru Antropologi sekaligus Wali Kelas XI IPS-3.

Koala membulatkan mulutnya.

Drrtt... Drrtt... Ponsel milik Koala bergetar. Ada panggilan masuk.

"Siapa yang menelepon saat jam pelajaran begini, sih?" ucapnya heran lalu dengan segera mengambil ponsel dari saku rok seragamnya.

Matanya membulat begitu melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Ia segera menggeser tanda telepon hijau yang dari tadi naik-turun dan menempelkan ponsel ke telinganya.

"Ha-halo, Sabo~kun?" Rupanya Sabo. Sekedar informasi, hanya Koala yang berani memanggil Sabo dengan suffix ~kun. Meskipun ia merupakan adik kelas Sabo yang seharusnya memanggil Sabo dengan sebutan Sabo~senpai.

'Aaa, gugup sekali... Padahal aku sudah sering bersama Sabo~kun. Sejak kecil, bahkan. Tapi kenapa tetap saja gugup?' batin Koala.

"Koala. Bisakah nanti kita bertemu?"

Sabo yang langsung to the point membuat napas Koala seketika tercekat. Oi, oi, kenapa Sabo hobi sekali membuat jantung Koala berdegup kencang? Pernyataan Sabo terlalu mendadak!

Saking terkejutnya, Koala jadi terdiam.

"Halo? Koala? Kau masih disitu, 'kan?"

Koala terkesiap. "Ah, iya. Maaf Sabo~kun. Sebentar, aku izin keluar kelas dulu," Koala hendak bangkit ketika suara Sabo kembali menyapa pendengarannya.

"Tidak usah. Aku hanya sebentar. Kau bisa 'kan? Istirahat nanti?"

"Aku bisa. Kenapa memangnya?" Ia akhirnya bisa mengembalikan cara bicaranya yang biasa. Tanpa kegugupan pada sahabat kecilnya, Sabo.

"Kalau aku mengatakannya disini, untuk apa aku memintamu menemuiku?" Koala bisa membayangkan kalau Sabo  mengernyit samar sebelum mengucapkan itu.

One Piece Senior High School Where stories live. Discover now