#22 : Terikat

564 46 34
                                    

Satu minggu setelah proses pengungkapan di mobil yang tidak begitu romantis. Kini Chandra dan Meilin melangsungkan akad nikah di masjid daerah Jakarta Pusat.

Dihadiri sanak saudara dan kerabat dekat, Chandra telah siap melafalkan ikrar suci yang akan ia ucap satu kali seumur hidup. Mengingat ini sangat sakral, sudah jelas Chandra gugup. Tenggorokannya berkali-kali ia basahi saliva tapi tetap saja tidak mengurangi rasa groginya.

"Selamat, ya, Bro!" ucap Bima yang menggunakan setelan jas santainya. Alga juga datang. Keduanya lah yang membantu menyiapkan semua acara termasuk memilihkan katering dan dekorasi pelaminan.

Chandra memeluk Bima dan Alga berbarengan. Jika bukan karena mereka, Chandra pasti seperti domba tersesat, yang terjebak dalam waktu dan penyesalan.

"Sakit dada gue kena debar jantung lo!" canda Alga menarik diri dan memegang dadanya dengan ekspresi kesakitan yang dibuat-buat. Pukulan keras melayang di lengan Alga.

"Sialan lo, ya! Awas aja kalau lo nikah! Vampir lo kalau jantung lo gak sebedebar ini!" Bima dan Alga terkekeh.

"Gue kira teman tapi menikah itu film, ternyata nyata juga ada."

Alga pun menyahut, "Ada banyak pasti. Dan gue sangat menyayangkan, kenapa sahabat kita yang cewek cuma satu! 'Kan yang kebagian cuma Julian doang jadinya!?"

Chandra terbahak, celetukan sahabat-sahabatnya berhasil mengalihkan kehebohan detak jantungnya. "Mau ijab pakai bahasa arab?" tanya Bima.

"Iya, lebih gampang, kalau salah lo 'kan gak ngerti!" gurau Chandra.

"Sialan ya anda."

"Jadi sekarang, tugas kita ngelindungi Meilin udah sepenuhnya kewajiban Julian. Kalau Julian jagainnya gak bener, baru deh kita tabokin bareng-bareng!" seru Alga, Bima mengacungkan jempol setuju.

"Mas Chandra, udah siap?" tanya Ahmad mendekati Chandra. Hari ini pria bersarung itu akan menjadi salah satu saksi ijab kabul Chandra untuk menghalalkan Meilin. Anggukan Chandra menjawab pertanyaan Ahmad. Mereka pun berpindah tempat ke dalam masjid dimana telah dihadiri beberapa orang yang ingin menyaksikan moment langka itu.

Detak jantung Chandra semakin meronta saat kakinya menapak di karpet tebal dengan banyak sorot mata yang menatapnya menunggu. Rambut Chandra tetap pirang karena orang tua mempelai wanita tidak mempermasalahkan, lagipula Chandra benar-benar tidak ada waktu mengubah warna rambut karena sibuk wara-wiri mengurus proses pernikahan yang terbilang lumayan singkat.

Chandra menarik napas dan menghembuskannya pelan. Ia duduk di hadapan penghulu bersandingan dengan Azzam.

Tak lama Meilin masuk ke dalam masjid dan duduk di barisan pengantar paling depan di dampingi Eryn, ibunya, dan Naresha yang diam di pangkuan Asih. Tubuh rampingnya terbalut kebaya putih, punggung tangannya terukir hena berwarna merah kecoklatan, wajahnya terlihat agak berbeda karena Meilin jarang ber-make up tebal.

MC mulai membuka acara, dilanjut pembacaan ayat suci Al-Qur'an, dan yang paling ditunggu-tunggu, prosesi ijab kabul.

Chandra menjabat tangan penghulu. Bapak berkopiah putih itu mengajak Chandra membaca dua kalimat syahadat sebelum melafalkan ikrar suci. Suasana hening. Tidak ada yang bersuara di ruang itu kecuali kalimat kabul yang telah dilimpahkan pada penghulu.

Chandra mendengar serius setiap ucapan sang penghulu dan menjawabnya dengan lantang dan tegas.

"Qobiltu Nikahaha wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq."

Emergency Mom [END]Where stories live. Discover now