#11 : Terbukti

276 43 23
                                    

Chandra menopang dagu dan membiarkan jari telunjuk kanannya digenggam oleh Naresha. Pandangannya menatap kosong ke arah bayi yang juga membalas memperhatikan.

Biasanya sehabis sholat Dhuha ia akan bersiap diri untuk menuju rumah sakit tempatnya dinas. Namun ia masih terjebak dalam tugas Bima soal membayangkan ulang moment dirinya bersama Meilin.

Satu pertanyaan yang selalu terputar berulang di dalam otaknya "apa benar Meilin menyukainya?" susah payah ia akan menemukan jawaban sesuai instruksi Bima. Memang ada satu dua kejadian yang membuat ia mulai merasa yakin. Namun keraguan menepis pelan hingga ia kembali mempertanyakan.

"Kalau emang iya. Berarti firasat gue dulu bener?" dumel Chandra berbicara pada diri sendiri.

"Tapi apa yang buat seorang Meilin suka sama gue?" Herannya kembali mencari jawaban.

"Oh~ karena dia lihat gue sholat witir di serambi masjid waktu KKN?" hebohnya menemukan jawaban. "Ehm, waktu cerita itu sebenarnya dia lagi nunjukin perasaannya, ya?"

Chandra mengangguk mantap. "Dih, kenapa gak langsung bilang sih kalau suka. Gue dapet Meilin juga mau banget!" kekehnya. "Cewek emang kebanyakan kode!"

Mendengar kalimat sindiran itu Naresha menggenggam erat telunjuk Chandra seperti menyalurkan rasa protesnya. "Aduh Esha kuku kamu tajem, Sayang!" omel Chandra. Sedetik kemudian ia baru menyadari jika Naresha juga berjenis kelamin wanita. "Astaghfirullah! Kamu gak terima sama ucapan Ayah?" Gelak tawa Chandra mengocok perutnya di pagi hari.

Chandra mendekati Naresha dan mencium pipi bayi itu karena gemas. "Cu anet anak Ayah!"

"Mas Chandra gak kerja?" tanya Asih berjalan masuk ke kamar Chandra yang tidak ditutup.

"Eh Mbak Asih udah dateng?"

"Iya, Ibu nyuruh berangkat pagi karena gak bisa bikinin sarapan buat Mas Chand," jelas Asih. Biasanya ia tiba jam delapan pagi untuk beres-beres dan mengurus rumah. Namun khusus memasak, Eryn akan mengatasinya sendiri.

"Buruan cari istri, Mas. Enak lho ada yang bikinin sarapan sama ada yang ngelonin."

"Mbak Asih sengaja ngomong gitu biar aku kepengen, 'kan!"

"Hehehe. Motivasi aja, Mas."

Chandra tersenyum samar. "Iya, Mbak, doain aja ya. Udah ada target tinggal dipastiin aja."

***

Meja kantin rumah sakit hari ini penuh terisi. Hari Senin memang lebih hectic dari hari-hari lainnya, membuat keempat dokter spesialis itu saling diam mencari tempat yang kosong.

"Makan di McD yuk?" usul Bima.

"Hayuuuk. Sekali-kali jajan di luar," timpal Alga.

"Boleh juga," jawab Meilin.

"Karena Meilin mau gue juga setuju," ujar Chandra menyengir.

Mereka akhirnya menghabiskan waktu makan siang di luar rumah sakit. Beberapa paket menu telah dipesan dalam porsi besar.

"Ini kenapa jadi ugal-ugalan sih!" Heran Meilin melihat meja penuh berisi segala macam makanan.

"Gue traktir!" seru Bima.

Meilin nampak keheranan. Ia masih ingat betul jika Bima dan dirinya lahir di bulan Mei, Alga November, sedangkan Chandra di bulan Oktober. Atau jangan-jangan ia melupakan sesuatu?

"Kamu ada nazar apa, Bim? Tumben banget?" pikir Meilin.

Alga, Bima, dan Chandra saling melirik dengan senyum tipis menutupi sesuatu. "Hajatan kecil-kecilan aja. Karena orang terdekat gue mau berubah status!" sorak Bima tersenyum menatap Chandra yang duduk di samping Meilin.

Emergency Mom [END]Where stories live. Discover now