#10 : Mas Crush

281 46 25
                                    

Meilin berencana menaiki Grab Car menuju rumah Chandra. Namun ternyata, pria berambut terang itu telah menunggunya di depan kos menggunakan kaos polos berwarna senada dengan kulitnya.

"Kok dijemput?" tanya Meilin matanya menyipit karena sinar matahari pagi.

"Balik nih!" ucap Chandra membuat Meilin reflek menahan lengan sahabatnya itu.

"Gak sayang sama bensin! Jauh-jauh ke sini gak jadi bawa orangnya," debat Meilin.

"Ngapain sayang sama bensin. Emang aku abnormal!" balas Chandra. "Tadi Papi minta bubur ayam. Trus Mami nyuruh jemput kamu sekalian."

Meilin sudah menduga, Chandra tidak mungkin menjemputnya tanpa alasan. Apalagi karena sayang, itu sangat tidak mungkin. "Berarti aku makasihnya ke Mami aja."

"Gak papa. Pahala bukan kamu yang bagi!" timpal Chandra. "Ayo masuk!" ajaknya kemudian.

Meilin melangkahkan kaki hendak membuka pintu mobil bagian penumpang depan. "Eh tunggu!"-Chandra menahan pergerakan Meilin membuat gadis itu menghentikan pergerakan-"kamu gak bawa jilbab?"

"Di tas. Aku mau pakek tapi kamu telepon berkali-kali suruh keluar cepet, jadi ya aku masukin tas dulu."

Chandra hanya mengangguk dan masuk ke mobil diikuti Meilin.

"Udah sarapan?" tanya Chandra mulai menggerakkan setir meninggalkan pelataran kos.

"Udah." Meilin melirik Chandra dengan ekor matanya. "Kamu belum mandi?" tanyanya.

"Belum," jawab Chandra pandangannya tetap lurus ke arah depan. "Mandiku nanti kalau udah ngurus Naresha," lanjutnya.

Meilin hendak memberi gurauan tapi ia takut diserang balik. Chandra sekarang semakin sensitif dan emosional sejak menjadi seorang ayah.

"Mei."

Gadis itu hanya menoleh. Wajah penasarannya berubah heran melihat Chandra yang tetap tampan meskipun dalam keadaan belum mandi. cepat-cepat Meilin menggeleng. Tidak, ia tidak boleh mencintai seseorang hanya karena rupa.

"Tanya ya, berarti selama ini kamu ngaji Qur'an dari tulisan latinnya?"

Kalau diingat-ingat, terakhir kali Meilin membaca kitab suci saat ia masih duduk di bangku SD. Itupun tidak sampai khatam karena keluarganya lebih meminta untuk fokus di pelajaran umum.

"Iya."

Chandra lantas menoleh mendengar jawaban dengan nada sesal itu. "Aku sebenernya malu ngaji di pesantren karena pasti paling tua sendiri."

"Gak perlu minder, di sana banyak orang tua yang baru belajar ngaji kok. Santai aja." 

Meilin tidak menjawab hingga Chandra kembali berujar,
"Nanti kalau cari suami yang bisa ngajarin ngaji, ngajak sholat jamaah, bisa bimbing ke hal baik. yaaa, gitu-gitu lah pokoknya."

"Iya, kamu juga. Jangan cari istri yang gak bisa baca  tulis Qur'an kayak aku—"

"Eh~ kok gitu?" potong Chandra menginterupsi, "kalau aku dapet kamu ya bakal aku bimbing sampai bisa. Misal ya itu misal!"

Bagus! Abis diajak terbang terus dijatuhin. Meilin menggeram dalam hati.

"Tapi kalau kamu dapet modelan kayak aku kasihan kamunya, nanti dikira dinikahin duda beranak satu," ujar Chandra terkekeh geli.

Neverminddd. Teriak Meilin dalam hati. "Sebenernya aku juga kasihan sama istriku nanti, karena malam pertamanya keganggu sama tangisannya Naresha." Kali ini Meilin terkekeh. "Kamu ketawa, Mei? Kamu bayangin lagi?"

Emergency Mom [END]Where stories live. Discover now