02. Back to School

596 70 4
                                    

Happy reading~

.

.

.


Taeyong bukanlah kakak yang suka ingkar janji dengan orang lain. Terbukti Mark pagi ini sudah duduk manis di kursi belakang mobil hitam milik kakaknya. Rapi dengan seragam sekolah serta name tag yang tersemat pada sisi kiri jas almamater kebanggaan sekolahnya.

Biasanya Mark akan membiarkan kakaknya pergi bekerja menggunakan mobilnya sendiri, sedangkan Mark akan menaiki angkutan umum menuju sekolahnya. Namun pagi ini kakaknya bersikukuh mengantarkan Mark ke sekolah menggunakan mobilnya karena kejadian tadi malam. Wajahnya masih pucat dan lesu. Taeyong sudah mewanti-wanti agar Mark tidak usah pergi ke sekolah hari ini, namun bukan Mark namanya jika tidak keras kepala. Mark juga punya alibi tidak bisa meninggalkan pelajaran karena ia sudah berada di tingkat akhir sekolah menengah atas. Walaupun ini masih semester awal, tetap saja harus menyiapkan perbekalan menghadapi ujian kelulusan nanti.

"Hyung tidak bisa menjemputmu pulang sekolah nanti, jadi-- "

"Iya hyung, aku bisa pulang sendiri kok. Lagian aku bukan lagi seorang anak kecil yang masih butuh pengawasan darimu."

Taeyong tersenyum kecil mendengar jawaban datar Mark. Adiknya sudah dewasa rupanya. Pikir Taeyong.

Memang Taeyong kurang ajar masih menganggap Mark sebagai anak kecil. Bukan tanpa alasan Taeyong berpikiran seperti itu. Ia dan Mark hanya tinggal berdua di rumah itu. Sedangkan orang tua mereka sudah tiada karena kecelakaan yang menimpa mereka di Kanada 12 tahun yang lalu.

Mark saat itu masih berumur 5 tahun. Taeyong berinisiatif untuk membawa Mark kembali ke Korea. Terlebih pekerjaannya lah yang menuntutnya kembali ke kampung halaman orangtuanya. Taeyong berumur 9 tahun, ayahnya di pindah tugaskan ke kanada sebagai asisten ketua kepolisian divisi 1 bagian kriminalitas. Rupanya bakat ayahnya itu menurun kepada putra sulung keluarga Lee tersebut.

Rumah yang sebelumnya disewakan telah didapatkan kembali oleh Taeyong dengan bermodalkan harta warisan yang orangtuanya berikan sebelum pergi, serta gajinya sebagai polisi berstatus pro yang kalau dikumpulkan bisa cukup untuk membeli satu mobil Lamborghini hijau yang ia lihat posternya di ruangan kerja Johnny. Alih-alih membeli, Taeyong sekarang lebih senang menabung sebagian gajinya untuk biaya sekolah Mark kedepannya. Ia tidak suka menghabiskan uangnya hanya untuk hal-hal yang tidak terlalu penting baginya.

Tak terasa, mereka sudah berhenti di depan gerbang sekolah tempat Mark menjamah ilmu bersama teman-temannya.

"Hyung, aku permisi dulu.."
Mark turun dari mobil dan segera menapakkan kakinya ke area sekolah.

"Jangan lupa habiskan bekalmu Minhyung-ah!" Teriak Taeyong dari dalam mobil. Mark hanya mengangguk kecil sebagai jawaban dan kembali fokus berjalan. Taeyong lalu melajukan mobilnya ke tempat kerjanya, gedung kepolisian yang berjarak 7 km dari sekolah Mark berada.


***


Mark menelusuri setiap anak tangga yang membawanya menuju ke kelasnya di lantai dua. Memang para guru menempatkan kelas tingkat akhir disana karena supaya para muridnya bisa lebih fokus belajar, dan terhindar dari keributan siswa-siswi tingkat bawah yang terkadang kelakuannya masihlah bar-bar.

Dari kejauhan sudah terdengar suara ribut dari arah kelas Mark berada. Maklum ini hampir memasuki jam pelajaran pertama, wajar jika semua murid sudah berada di kelas masing-masing.

Mark sempat ragu ingin melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya yang lebih mirip kandang ayam kemasukan ular ketimbang kelas yang isinya manusia. Namun ia urungkan karena siluetnya sudah ditangkap seseorang yang entah sejak kapan berdiri di ambang pintu kelas.

Asterisk 2 || NCT WayV✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat