12. Perkelahian

202 41 0
                                    



.

.


.










Happy reading~










**








Johnny berjalan mondar-mandir di depan pintu laboratorium bercat putih, menunggu seseorang muncul dari balik pintu berdaun dua itu. Tak lama kemudian muncullah sosok yang sedari tadi ia tunggu-tunggu muncul di salah satu pintu itu dengan setelan pakaian ala dokter. Jas putih kemeja putih, celana hitam, dan tak lupa kacamata bulat bertengger manis di batang hidungnya yang terbilang mancung. Tangannya membawa beberapa berkas yang tanpa menunggu lama ia serahkan kepada pria yang sudah menunggunya sedari tadi dengan raut wajah yang tidak sabaran.


Johnny pun menerima berkas itu dan langsung membukanya. Lembar demi lembar ia buka dan sampai di lembar terakhir, ia pun hanya menghela nafas panjang ketika maniknya membaca rentetan kalimat yang tercetak rapi di atas permukaan kertas tersebut.


"Sesuai dugaanmu tuan Seo.."


Johnny pun menutup berkas itu kembali. Ia pun terduduk di bangku tunggu yang tidak jauh dari tempat mereka berdua berdiri.


"Kalau begini urusannya akan sulit." Ucap Johnny sambil menyibak rambutnya ke belakang.


Tangan dokter itu pun spontan menepuk-nepuk pelan bahu kiri Johnny seraya memberinya kekuatan untuk salah satu pimpinan terbaik di kepolisian Seoul itu.


"Aku yakin kalian bisa. Kau tidak akan bisa kalau kau berjuang dengan sendirian. Tidakkah ada bawahanmu yang siap untuk membantumu kapan saja jika kau butuh? Owh, atau bukan bawahan? tapi lebih tepatnya sahabat sejati mu?" Ucap dokter itu sedikit menggoda. Perlahan hati Johnny pun mulai menghangat mendengar perkataan dari pria disampingnya itu.


"Terimakasih dokter Kim." Sahut Johnny sambil tersenyum kecil ke arah dokter Kim.


"Tidak perlu berterima kasih denganku tuan Seo. Aku hanya melakukan kewajiban ku sebagai dokter disini, tidak lebih."


Johnny pun mengangguk dan menyandarkan punggungnya untuk merilekskan tubuhnya yang dalam beberapa hari ini penuhlah dengan beban. Bukan hanya fisik, tetapi juga pikiran. Dokter Kim pun mengambil alih berkas yang berada di tangan Johnny.


"Darah yang kalian temukan itu memanglah memiliki dua tipe yang berbeda. Yang satu benar milik si korban, namun satunya lagi tidak dapat dideteksi. Jadi pastilah dapat disimpulkan bahwa kasus ini terjadi karena ulah mereka." Dokter Kim menyandarkan punggungnya ke sandaran bangku sambil melihat ke langit-langit ruangan.


"Aku mengerti perasaan kalian. Semenjak salah satu anggota kalian mengundurkan diri dari dunia kepolisian beberapa tahun lalu, kalian banyak mengalami kesusahan saat berhadapan dengan suatu kasus yang berhubungan dengan mereka, para setan itu.."


"Tapi itu tidak menjadikan kalian patah semangat untuk terus menuntaskan kejahatan yang terjadi di kota ini bukan?" Tanya dokter Kim sambil menolehkan kepalanya ke arah Johnny yang masih menatap hampa ke arah depan.


"Tuan Seo yang aku kenal bukanlah orang yang mudah putus asa seperti ini. Ia adalah orang yang tegas dan pantang menyerah. Selalu sayang dan memprioritaskan keselamatan masyarakat dan rekan kerjanya, selain itu juga..."


"Anda tidak perlu berlebihan dokter Kim." Potong Johnny. "Terimakasih sekali lagi atas motivasinya. Aku akan membicarakan hal ini dengan teman-teman ku." Lanjutnya seraya bangkit dan merangkul pundak dokter Kim yang spontan juga ikut berdiri.


Asterisk 2 || NCT WayV✓Onde histórias criam vida. Descubra agora