37. Tiba-tiba

51 18 1
                                    






.




.




.






Pria berperawakan tanggung terlihat menutup tirai putih rumah sakit kala bias sinar matahari menyilaukan mata sang penghuni ruangan beraroma terapi obat-obatan.

"Makasih Taro Hyung, maaf merepotkanmu."

Yang dipanggil menggelengkan kepalanya. "Tidak merepotkan kok. Lagipula aku juga gak ada kerjaan di rumah. Mending nemenin kamu disini."

Sungchan terkekeh kecil. Nasib Shotaro ternyata sama dengannya. Tinggal bersama paman yang hobinya ngilang tak kenal waktu. Tapi dengan inilah keduanya bisa akrab walaupun pertemuan keduanya dapat dihitung dengan jari.

"Teman-teman di grup pada nyariin kamu. Apa aku beritahu saja kamu lagi dirawat di rumah sakit?" tanya Shotaro kembali duduk di kursi samping brankar Sungchan. Sungchan menggeleng, "Gak usah. Aku belum siap ketemu sama orang banyak."

Shotaro paham, pemuda Jung itu merasa dirinya tidak pantas dijenguk sama teman-teman sekelasnya karena ia merasa masih belum terlalu akrab terlebih dengan geng Dreamis Squad.

"O-oh begitu.. aku juga masih enggan nimbrung di grup chat geng kita." ungkap Shotaro malu-malu. Sungchan tertawa. Dibandingkan dengan dia, Shotaro jauh lebih pemalu dan lugu hingga siapa saja yang melihatnya, orang akan beranggapan bahwa pemuda Jepang itu penyayang dan lemah lembut pada siapapun. Namun tidak tahu saja ia akan berubah ganas ketika berhadapan dengan bangsa setan.

Keheningan melanda keduanya sejenak, sampai Sungchan tiba-tiba teringat sesuatu. "Hyung ada menjenguk Jeno Hyung gak? Gimana keadaannya?"

"Ada, dia baik-baik saja kok. Kemarin sore dia sudah diperbolehkan pulang. Aku lihat orang tua Jeno sama Jaemin yang menjemputnya." sahut Shotaro sambil mencomot sebiji anggur di meja samping Sungchan. Pemuda Jung itu menghela nafas lega. Syukurlah kakak kelasnya itu baik-baik saja.

"Kamu hebat Chan, bisa mengalahkan satu setan padahal fokus dirimu terbagi dua, melindungi Jeno sama bertarung melawan setan itu. Kalau aku sudah pasti bakal kewalahan." puji Shotaro kagum.

"Ah Hyung bisa aja, malam itu ya-"

Sungchan tiba-tiba terdiam membuat Shotaro heran. Ia sudah memegang gelas berisi air putih sebagai antisipasi jikalau adik kelasnya itu tiba-tiba kesurupan.

Perlahan Sungchan menolehkan kepalanya menatap Shotaro dengan pandangan sulit diartikan. "Hyung.."

"Ya?" Shotaro sudah ancang-ancang ngambil langkah seribu.

"Malam itu aku gak bertarung sendirian."

Shotaro duduk kembali setelah Sungchan menyelesaikan kalimatnya. "Maksudnya kamu dibantuin seseorang?" Pemuda Jung itu mengangguk pelan. Kalau brutal entar kepalanya pusing lagi.

"Siapa?"

Sungchan terlihat mengingat-ingat kembali kejadian malam itu. Dimana ia menyaksikan Jeno menyerahkan nyawanya demi menyelamatkan dirinya.

"Waktu kami terdesak, sekilas aku melihat ada yang memantau pertarungan kami di luar ruangan lab. Aku tidak buta mengetahui bahwa itu adalah mata merah milik bangsa setan. Lalu seseorang itu bertarung melawan guru olahraga itu. Merasa ada kesempatan, aku membawa Jeno hyung kabur ke halaman sekolah."

"Lalu?"

"Saat itu aku sudah terduduk di tanah karena kehabisan tenaga. Samar-samar aku mendengar suara langkah kaki mendekat ke arah kami. Kupikir itu guru olahraga yang menyusul kami. Ingin segeranya aku menarik Jeno Hyung kabur dari tempat itu, tetapi Jeno Hyung hanya diam saja sambil mengucapkan satu nama yang pastinya kau juga tahu!" jelas Sungchan setelah berhasil mengingat semua kejadian itu.

Asterisk 2 || NCT WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang