Part 3

14.4K 1.1K 80
                                    

FOLLOW noventyratnasari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

FOLLOW noventyratnasari

INSTAGRAM :
@noventyrns/ @pena__ven
@algerianddd
@pinaka_gainslee
@algeriandivanior.fansite

VOTE DAN SPAM KOMENTAR 🧡

•••FANATIK•••

Brakk brakkk brakk

"Bang, buruan bisa nggak sih!" gerutu Pinaka, sudah hampir setengah jam gadis itu duduk di bangku tempat fotokopi depan sekolah.

"Sabar, Neng. Mesin printer nya eror!" jawabnya sembari terus memukul mesin printer tak berdosa, Pinaka jadi ngeri lihatnya.

"Beli yang baru kali, Bang. Itu mesin udah dari zaman penjajahan perasaan nggak di ganti-ganti." Saran Pinaka yang sudah kesal menunggu Bang Opit.

Brakk brakkk brakk

Pinaka menutup telinganya, jenuh sudah ia mendengar suara gebrakan. Manik mata coklatnya sekilas melirik jam dinding berwarna putih, sudah pukul 11 menjelang siang. Sekelebat bayangan Bu Pupuy sedang mengamuk terlintas di benak Pinaka, namun segera Pinaka tepis sebab hari ini guru mata pelajaran biologi itu tidak masuk.

Lagi pula Pinaka sudah mempercayai Malika yang siap siaga menelpon Pinaka ketika ada guru yang masuk kelas. Si kedelai itu memang patut di acungi jempol, beruntunglah Pinaka memiliki sahabat seperti Malika. Tidak seperti Alyora, sama sekali menolak jika Pinaka berjuang untuk Algeriand. Huh, menyebalkan!

"Nah udah bisa, Neng. Mau print out apa?" tanya Bang Opit.

Pinaka memberikan flashdisk hitam pada Bang Opit. "Cetak fotonya Kak Algeriand, Bang. Di situ ada folder judulnya Kak Algeriand lope lope tiga, cetak aja semua 10 R ya!" ujar Pinaka.

Bang Opit menggelengkan kepalanya, sungguh perjuangan Pinaka selalu menakjubkan. Terlalu obsesi dengan seorang Algeriand yang menurut Bang Opit mirip dengan artis indonesia yang tampannya menyilaukan, siapa lagi jika bukan Ari Irham.

"Geisan kok jarang ke sini ya, Neng?" tanya Bang Opit, ia tidak melihat Pinaka yang sedang di landa kebosanan.

"Biasalah tugas Ketua Osis cuma cari muka sedangkan yang kerja adalah anak pengurusnya, kaya nggak tau aja!" celetuk Pinaka.

Bang Opit tertawa ringan, "Gitu-gitu kan kakak kamu."

Pinaka diam, dalam hati ia berdecih. Kakak macam apa yang tega berniat membuang adiknya sendiri di kolong jembatan? Seorang kakak seharusnya membantu adiknya mengejar impian, contohnya mendapat cinta Kak Algeriand kan termasuk impian Pinaka. Sedangkan Geisan, bukannya membantu tetapi menurunkan tingkat kepercayaan diri Pinaka.

FANATIK [SELESAI]Where stories live. Discover now