~ Epilogue ~

4.1K 417 130
                                    

Je crois qu'il est trop tard

Pour te dire que ça fait mal

Mon cœur n'est plus comme avant

Car il s'endort tout doucement

Aku rasa sudah terlambat

Untuk mengatakan sangatlah sakit

Hatiku tidak sama seperti dulu

Karena perlahan hatiku telah jatuh terlelap

---

Jika saja lelaki itu mengatainya bodoh, tolol atau makian apapun yang dilontarkan pagi itu saat Ratu Ardiningrum memergoki mereka berdua dalam keadaan telanjang diatas peraduan sang pangeran, maka mungkin itu akan sedikit menghapus rasa bersalah dalam perasaan Puspitaningdya. Tetapi lelaki itu hanya menatap datar sang ibu dan mendengarkan omelannya dengan seksama, sembari sekilas melirik darah kemerahan di atas tilam sarinya yang berwarna putih bersih. Pun tidak memeriksa jari tangan Puspita yang tergores cukup dalam untuk 'menandai' ranjang, mengklaim kepemilikannya atas sang Pangeran Mahkota.

Arjuna Adhibrata tidak membantah jika dia telah menodai Puspitaningdya. Tidak juga mengucap sepatah katapun saat sabda Raja mengharuskannya mempersiapkan pernikahan sesegera mungkin. Karena pagi itu juga mereka berdua langsung digiring untuk upacara siraman.

Arjuna hanya diam mendengarkan tuduhan ibundanya.

"Upacara baru akan dilaksanakan esok, tetapi kalian bahkan tidak bisa bersabar walau satu dua malam dan telah melakukan saresmi tadi malam? Apa sebenarnya yang ada di benak kalian?" Ningrum menggeleng-gelengkan kepala.

"Ijab akan dilaksanakan setelah siraman pagi ini, lalu melewati malam midodareni, tetapi harus kita percepat prosesinya. Ngowahi adat ngger! Semoga perbuatan kalian bukanlah pertanda buruk untuk perjalanan rumah tangga kalian kedepan. Ibunda harap, kalian harus lebih berhati-hati mengekang hawa nafsu, juga, tidak boleh terlihat mencolok di luar tembok istana. Ibu tidak perduli akan yang kalian lakukan dalam peraduan, tetapi kamera wartawan bahkan tak boleh memergoki kalian tengah berciuman, ehm, kecuali ciuman resmi setelah upacara ijab tentunya."

Wajah Puspita memerah. Tentu dia malu luarbiasa dipergoki dalam kondisi telanjang dalam peraduan Arjuna, terlebih mereka belum resmi menikah, tetapi demi mencegah Arjuna kabur ke Rusia menemui Anastasia untuk mengantar nyawa, dia tak memiliki pilihan lain.

Seluruh penghuni istana bekerja seperti badai untuk mewujudkan Royal Wedding dalam waktu singkat, tetapi bukan Sultan kesebelas namanya kalau tidak bisa mewujudkannya. Catering, bunga segar, segala ubo rampe upacara langsung disiapkan dan Puspita yang tengah memakai kutu baru dari Sanjaya Butik untuk upacara siraman, melongo takjub melihat istana telah berubah menjadi tempat pesta yang begitu mewah dalam sehari. Juga beberapa gaun dan kebaya yang berdatangan, semua begitu pas dan sempurna tanpa fitting ulang. Sepertinya semesta sedang bersahabat sehingga rangkaian upacara begitu lancar sejak awal.

"Semua bunga segar ini, dikirim darimana?" Puspita meraih sebuket mawar putih yang mekar sempurna dan menatap para dayang.

"Sultan tinggal menginstruksikan Opal House dan Alkhantara Group telah menyiapkan semuanya, Gusti Putri, wah, tadi saya melihat Sultan berbincang dengan Tuan Errland Alkhantara dan tidak mengira jika beliau adalah lelaki muda yang sangat tampan. Tamansari sudah penuh bunga segar sekarang, semuanya telah siap, Gusti Putri akan melakukan siraman terlebih dahulu setelahnya Pangeran Mahkota akan menyusul."

Setelah melakukan sungkeman di hadapan ayahnya, Haryo Purbawinata dan ibunya Ratri Kusumaningtyas, Puspita dikawal kedua orangtuanya menuju ke Tamansari untuk adat upacara siraman. Rumah-rumahan indah dari daun janur kuning terbentuk apik dan Puspita dipersilahkan memasuki bersama kedua orangtuanya, tubuhnya yang terasa wangi karena ronce melati yang dipasangkan ke rambut panjangnya juga bagian atas tubuh langsatnya, membuat Puspita semakin merasakan kesegaran air tujuh pancuran dari sumber-sumber mata air yang telah disiapkan di gentong perak.

US - Beautiful LiarWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu