~ Part 5 - Fleur ~

2.9K 307 124
                                    

La vie est une fleur dont l'amour est le miel.

C'est la colombe unie à l'aigle dans le ciel,

C'est la grâce tremblante à la force appuyée,

C'est ta main dans ma main doucement oubliée (Victor Hugo)

Hidup adalah bunga, cinta adalah madu.

Itu adalah burung merpati dan rajawali yang bersatu di langit.

Rahmat gemetar karena kekuatan yang mendesak,

Itu tanganmu yang dilupakan dengan manis di tanganku

---

"Gelang yang bagus," Ardan meraih pergelangan tangan Isabelle dan mengamati bebatuan berwarna pink cerah yang menghiasinya. Tampak familer. Seolah dia melihat sebuah visual ingatan, tentang seorang lelaki yang tengah menimang perhiasan, membandingkan kemilaunya dengan sinar matahari, dengan bebatuan berwarna sama.

"Tuan Wisnu yang memberikannya, selama ini aku hanya menyukai berlian, tetapi perak yang sederhana ini mengingatkanku pada dirimu."

"Kenapa?"

Isabelle membatin. "Kau terlihat sederhana, seperti perak ini, tetapi kesederhanaan sekalipun, akan memiliki makna lebih dari seluruh berlian di dunia jika diisi dengan kenangan. Aku akan meletakkan gelang ini, di nisanmu nanti, untuk menghormatimu."

"Seperti perumpamaan 'silver bullet' membuatku mengingat sebuah puisi kuno di pemakaman, seolah Tuhan akan selalu mengawasimu dengan mata besarNya, jika kau terbuat dari perak...begitulah dirimu. Sehingga aku ingin bermain dengan Tuhan, menyembunyikanmu dalam kegelapan...supaya matahari tak lagi bersinar."

Bibir Ardan menyunggingkan senyum. "Itu terdengar cukup menyedihkan. Saat kau menyembunyikanku dan matahari tak lagi bersinar, kau tak menyadari, kaupun terkurung dalam kegelapan."

Setelah berganti pakaian, keduanya keluar dari kompleks pemakaman dan Isabelle menggandeng tangan Ardan dengan antusias, melihat berbagai makanan unik yang dijajakan di pasar menjelang petang.

"Satay..." Isabelle bertepuk tangan. "Setelah rendang, aku baca dari artikel online, kalau Satay juga enak. Ayo kita coba..."

Mereka berdua duduk pada tikar pandan yang dibentangkan sang penjual di trotoar dan menunggu sate tersebut dibakar dengan arang. Bau yang lezat tak lama tercium dan penjualnya menanyai Ardan apakah akan melengkapi dengan wedang ronde. Ardan hanya mengangguk pelan.

Walau hari telah petang, banyak sepeda tua masih berseliweran di jalan.

"Sejak tadi saya tidak melihat kendaraan bermotor..." tanya Ardan kepada penjual sate.

"Oh, sudah bertahun-tahun Sinuhun membuat kebijakan, untuk wilayah Heritage tidak diperkenankan ada kendaraan bermotor lewat. Pengunjung dapat memarkir kendaraan mereka sampai di gerbang Ansor Silver kemudian untuk menuju kesini, bisa menggunakan becak ataupun menyewa sepeda. Komunitas sepeda tua yang dibentuk Pangeran Herjuno semakin banyak anggotanya, bahkan para pegawai negeri di seluruh kota mulai menggunakan sepeda onthel tua untuk berangkat kerja. Begitulah cara Sinuhun mengendalikan polusi. Trem telah lama aktif menggantikan bus. Tanaman menjalar yang menghiasi halte juga cukup memulihkan lingkungan kami, yang semula gersang kembali sejuk. Sepanjang jalan tentu anda melihat, pohon-pohon kersen mulai berbuah. Saya takjub, semakin tua dan modern, kota ini kembali pulih seperti saat saya masih kanak-kanak. Walau dulu sempat terasa panas dan gersang karena pembangunan mall dan modernisasi, setelah Merapi sedikit memberi peringatan, pada akhirnya kami menyadari, jika kami menjaga alam, maka alam akan menjaga kami."

US - Beautiful LiarWhere stories live. Discover now