~ Part 29 - Tienne ~

3.4K 415 87
                                    

Si l'on me perd

sache que je serai la tienne

Et au creux de ses bras

la mort nous bercera

Car si l'on me perd

Jika kau kehilangan diriku

ketahuilah bahwa aku adalah bagian dari dirimu

Dan di tangannya yang hampa

kematian akan menyadarkan kita

Bahwa hanya ada kau

---

"Jangan Errland..."

Satu kalimat itulah yang menghentikan jemari Errland membuka pakaian dalam Lunette. Gadis itu berjuang sekuat tenaga untuk mencegah Errland menyentuhnya dan Errland harus menghormatinya.

"Tapi kau harus menormalkan nafasmu, kau harus kuat..." Errland membantu Lunette menuju bathroom dan memasuki jacuzzi, air yang dingin akan menormalkan suhu tubuh Lunette dan walau mungkin akan membuat gadis itu sedikit tidak enak badan, cara ini cukup akurat. Air dingin yang dikucurkannya dari shower membuat Lunette perlahan tersadar, walau akhirnya beberapa kali gadis itu bersin. Sungguh, hanya lelaki sejati yang mampu mengangkat tubuh telanjang seorang gadis dari bak mandi lalu menyelimutinya dengan selimut tebal, membopong hingga ke kamar dan menidurkannya tanpa membayangkan fantasi seksual. Hanya saja, kondisi Lunette yang menyedihkan membuat Errland merasa dia harus bertanggung jawab menjaga gadis itu hingga nanti tersadar. Dia bahkan tidak berani menempatkan diri tidur bersisian dengan sang istri yang telah sah dinikahinya. Errland justru menggeser kursi dan duduk dengan posisi tak nyaman, sambil jemarinya memegang tangan Lunette yang dingin.

Karena lelah, lelaki itu tertidur hingga pagi dalam posisi yang tidak nyaman. Sementara Lunette yang telah membuka mata, tertegun melihat Errland tertidur di kursi sambil menggenggam jemari tangannya. Ya, dia tahu, dirinya telanjang di dalam selimut, tetapi dia juga paham, semalaman Errland menjaganya, saat dirinya dalam kondisi linglung dan tak mampu mempertahankan diri. Tubuhnya terasa remuk redam dan sakit, tentu dia mengigau semalaman dan Errland menenangkannya. Dia tahu bagaimana rasanya berada dalam kondisi terangsang dan obat itu membuatnya mengalami orgasme hingga puluhan kali, tetapi Errland tidak memanfaatkan rengekan dan keluhan 'rasa panas' yang dibisikkan Lunette dalam kondisi tak sadar itu. samar dia mengingat Errland menenangkannya dengan bercerita ringan untuk mengalihkan perhatiannya.

"Kau bisa membayangkan es krim atau es buah, kau mau aku membuatkannya untukmu besok?"

Sementara dia meronta menyibak selimut karena hasrat yang nyaris tak terkendali, Errland dengan sabar menyelimutinya kembali. Jika saja Errland tidak memiliki kesabaran, tentu lelaki itu lebih memilih untuk menyelesaikannya dengan bercinta dan semakin memanaskan malam itu dengan menanggapi rayuan Lunette. Terlebih Errland telah setengah telanjang dan dadanya yang bidang dan sempurna telah terekspose semalaman.

"Kau lebih alim dari yang aku kira..." gumam Lunette. "Atau mungkin karena aku benar-benar bukan seseorang yang menarik?"

Errland yang mulai terjaga, menggeliat dan merasakan pegal di bahunya, saat menengadah, dia melihat Lunette telah terduduk dan memandanginya dengan tatapan aneh.

"Kita..." gadis itu hendak berkata-kata, tapi ditimpali Errland.

"Jangan khawatir, aku tidak menyentuhmu semalam..." Errland berdiri dan merenggangkan tubuh, leher dan bahunya kebas, tanpa menyadari Lunette nyaris menahan napas melihat kesempurnaan tubuh lelaki di hadapannya.

"Tapi, kenapa?" Lunette menatap Errland. "...kau tidak menyentuhku? Apa...apakah karena aku tidak menarik?"

Errland tertegun.

US - Beautiful LiarWhere stories live. Discover now