~ Part 7 - Folie ~

2.8K 321 111
                                    

J'ai aimé jusqu'à atteindre la folie

Ce que certains appellent la folie

Mais ce qui pour moi

Eest la seule façon d'aime

Aku sangat menyukai kegilaan

itulah yang oleh sebagian orang disebut kegilaan

tetapi bagiku...

itu adalah satu-satunya cara untuk mencintai

---

"Rolls Royce perak..."

Lelaki itu mengelus setir dengan takjub dan lelaki di sebelahnya melirik tajam.

"Hati-hati, Raden..."

"Ah, cerewet sekali kau! Diamlah..."

Abdi dalem yang duduk di samping lelaki itu mulai berkeringat dingin melihat cara menyetir lelaki di hadapannya. Mobil ini telah berusia ratusan tahun dan dirawat dengan sangat hati-hati, hanya boleh dipakai di waktu tertentu saja, eh malah saat ini dipakai untuk...

Lelaki itu mengerem mendadak setelah melewati tikungan tajam, membuat sang abdi dalem berseru terkejut.

"Sorry, habisnya untuk menyusul tinggi badannya, aku harus memakai heels, beruntung tulang wajahku mirip dengannya, bukankah begitu? Mungkin aku malah lebih tampan..."

Mendengar gelak tawa lelaki itu, sang abdi dalem memutar bola mata. Mirip apanya? Tuannya jauh lebih kalem dan berkarakter daripada Woody Woodpecker satu ini, ya ampun! Kalau mobil ini sampai lecet, tak bisa dibayangkan seperti apa kemarahan Sultan nanti.

"Ah, gegara satu perempuan, hidupnya tetiba ribet sekali!" lelaki itu membuka pintu mobil dan berjalan mendekati kerumunan anak-anak muda yang tengah ngobrol di sebuah tugu masuk sebuah kampung. Mata lelaki itu tertuju pada objek yang dicarinya dan berseru.

"Heh, kau, ikut denganku..."

Mereka bertatapan dan lelaki berjas rapi itu dengan cepat berpaling.

"Jangan pernah mengganggu gadisku lagi..." tunjuknya dengan angkuh, jari panjangnya menekan dada bidang lelaki di hadapannya.

"Tidak bisakah kau lebih berwibawa?" bisik lelaki brewokan di hadapannya. Lelaki berjas rapi itu terperangah.

"Maksudnya?"

"Lihat dia mulai mendekat, kau bisa memukulku sekarang, lalu pergilah!"

"Me...memukulmu? gila! Bisa kualat tujuh turunan berani memukul..." sebelum sempat berkata-kata, lelaki brewokan di hadapannya lebih dulu menonjok hidungnya.

"Aduh! Mukaku!"

Siapapun boleh memukulnya, kecuali di bagian wajah, bukankah orang ini tahu betul, wajah adalah asetnya yang paling berharga? Diprovokasi sedemikian rupa, lelaki berjas itu memukul perut lawannya hingga terduduk ambruk.

Sejenak, setelah melihat lawannya jatuh dan target mendekati korban, lelaki berjas rapi itu bergegas memasuki mobilnya dan menjauh dari orang yang mulai berkerumun.

"Raden memukulnya?" abdi dalem yang duduk di sebelah lelaki itu menatap dengan cemas ke lelaki yang jatuh terduduk.

"Dia tidak apa-apa, itu bahkan tidak melukainya sedikitpun, Ayo kita pulang dan mengembalikan si cantik ini ke garasi sebelum pemiliknya mencincangku hidup-hidup!"

---

"Tidak! Tidak..." gadis itu bergegas berlari menghampiri lelaki yang tengah jatuh terduduk memegang perutnya, bersimpuh di sampingnya dan bertanya dengan nada penuh kekhawatiran.

US - Beautiful LiarWhere stories live. Discover now