~ Part 4 - Enfin ~

2.8K 321 71
                                    

Puisque de vous seules,

Braises de satin,

Le Devoir s'exhale

Sans qu'on dise : enfin.

Darimu sendiri,

Bak satin,

dalam tiap hembusan nafas,

tiada yang berkata tentang akhir

---

"Dulu, kupikir berlian adalah yang terindah..." Isabelle menatap Wisnu. "Sebelum anda memperlihatkan kilauan perak, hmm, bukan tentang kemewahannya, tetapi, dari cara pengolahannya. Setiap perhiasan perak ini, memiliki suatu nilai yang tidak dimiliki perhiasan lain."

"Dan, apakah itu?"

Isabelle memilih sepasang anting perak yang menjuntai seperti airmata, terdapat hiasan sakura kecil sebagai intinya.

"Batu-batu tersebut berasal dari pulau Kalimantan, mungkin anda lebih mengenal dengan Borneo, pulau yang sekarang menjadi ibukota negara."

"Semuanya sangat cantik," Isabelle memandang sekelilingnya lalu menatap Wisnu dengan lembut. "Tapi saya tidak bisa menyimpan yang ini..." dikembalikannya anting yang semula terpasang di telinganya.

"Kenapa, bukankah itu indah?"

Isabelle mengangguk. "Tetapi, benda-benda cantik ini, seperti dinding istana. Mereka, akan membisikkan banyak cerita, tetapi bukankah caramu cukup keterlaluan, Tuan Wisnu? Apa kau memang berniat mendengarkan syair cinta antara diriku dengan Ardan?"

Wisnu mendengar Isabelle tertawa bagai lonceng. Walaupun kata-katanya terdengar begitu lembut, tetapi gadis itu mengetahui pasti, setiap perhiasan yang disodorkan kepadanya terpasang alat penyadap canggih berukuran sangat kecil tapi efektif.

"Apa kau selalu menipu wanita seperti itu, Tuan Wisnu?"

Belum lagi Wisnu sempat berkata-kata, terdengar bunyi lonceng sepeda tua dari halaman depan dan seorang lelaki dengan potongan rambut aneh memasuki toko perak milik keluarga Dewangga.

Isabelle merasa lelaki yang mengenakan kaos lusuh dengan secarik kain aneh yang melilit pinggang menutupi celana jeans selututnya yang terlihat belel itu nyaris seperti seorang pemulung.

Lelaki itu melenggang santai di toko dan menyapa Wisnu.

"Teruskan saja Nu, aku nggak mau ganggu kamu dengan pelangganmu, biar kucari sendiri barang yang kubutuhkan..."

"Sendiko, Gusti..."

Walaupun Isabelle tidak mengerti apa yang dibicarakan Wisnu dengan lelaki itu, tetapi tampak benar Wisnu sangat menghormatinya. Padahal, Isabelle memandang Wisnu sebagai lelaki yang tak biasa. Apa yang membuat lelaki dari keluarga yang sangat terpandang seperti keluarga Mahavindra dan Dewangga begitu menghormati lelaki lusuh itu? Isabelle melirik keluar jendela toko dan melihat sebuah sepeda kuno yang aneh di halaman depan.

"Pasti sepeda itu usianya sudah ratusan tahun, aku belum pernah melihat yang tipe seperti itu, siapa orang aneh itu? Dia sepertimu, tetapi tinggi tubuhnya seperti orang Eropa dan warna matanya juga lain. Sebenarnya dia makhluk apa?"

Wisnu tertawa mendengar gumaman Isabelle.

Diam-diam Isabelle kembali memperhatikan lelaki tadi, kenapa orang di sekitar Ardan sangat aneh? Setelah Wisnu, lelaki yang menggulung rambut panjangnya itu...

"Gaya rambutnya seperti orang Cina...aku pernah melihat gaya semacam itu di film Mulan yang aku tonton sewaktu kecil dulu."

"Tidak, lebih tepatnya seperti lelaki Jawa jaman Majapahit."

US - Beautiful LiarOnde as histórias ganham vida. Descobre agora