Power

297 17 10
                                    

Kai senang karena akhirnya ia bisa menghabiskan banyak waktu bersama Kyungsoo. Saat di sekolah, rumah sakit, dan perpustakaan. Tiba di satu hari yang membuat mereka agak canggung. Ya, ayah Kai mengundang Kyungsoo untuk datang ke rumah karena ingin melihat cara mereka berdua belajar bersama.

Sejauh ini, ayahnya Kai merasa bangga dengan kemajuan pesat anaknya dalam belajar. Ini semua berkat Kyungsoo yang mati-matian mengajari Kai sekuat tenaga serta pikiran. Orang tua itu tidak mengetahui apapun soal kesepakatan di rumah sakit. Mereka membiarkannya tetap menjadi rahasia.

"Aku akan pergi keluar, kalian tetap belajar yang giat yah." Pesan itu di sambut baik oleh Kai, berbeda dengan Kyungsoo yang bergidik ngeri karena tengah berada di rumah besar ini bersama orang menyebalkan macam Kai.

.

.

Dua jam berlalu, Kai heran dengan Kyungsoo yang betah dengan buku tebal di hadapannya. Ia merasa kalah dengan buku itu. Suasana inilah yang Kyungsoo takutkan sejak awal. Memang aneh ketika seorang ayah membiarkan anak lelakinya bersama seorang gadis di kamar.

HUH...

Bahkan di rumah sebesar ini tidak ada ruang membaca, melainkan koleksi minuman beralkohol berharga fantastis yang terpajang. Mata mereka kemudian bertemu. Kyungsoo kemudian terbatuk dan berusaha kembali terlihat serius.

"Aku ingin ke kamar mandi." Kata gadis itu. Kai menunjuk pada pintu di sudut ruangan.

Dilihatnya Kyungsoo yang segera menuju kamar mandinya. Tubuh yang mungil itu membuat Kai sangat gemas. Meskipun ia termasuk pemuda pemuja dunia malam, tapi tidak ada satu pun gadis dari sana yang mampu mencuri hatinya kecuali si jutek Kyungsoo.

Semakin gadis itu membentaknya, semakin besar Kai ingin memilikinya.

.

.

Luhan terkejut ketika tiba-tiba Sehun mengajaknya kembali ke rumah Soohyun. Ia sempat mengira kalau mereka akan pergi menghibur diri setelah pemuda itu di paksa belajar untuk mengejar ketertinggalan.

Begitu sampai, wajah kaget Soohyun menyambut mereka. Di meja yang sederhana, Sehun meletakkan amplop besar dan tebal.

"Aku tau kau bekerja keras untuk mengumpulkan uang. Kau harus membelikan seragam, buku, dan peralatan sekolah untuk adikmu. Maka dari itu, aku ingin membantumu."

Soohyun terperangah dengan hadiah yang datang tiba-tiba. Ia memang tidak pernah berharap lebih dari seorang Sehun. Karena yang terpenting ia bisa bersekolah dengan tenang dan bekerja.

"Ayo, buka amplopnya." Titah Sehun, Luhan yang duduk di sampingnya menahan haru.

Mata Soohyun terbelalak ketika melihat banyak uang dan bukti pembayaran sekolah Soohyun serta adiknya. "Ini..."

"Kau tidak perlu lagi bekerja paruh waktu sampai tidak bisa istirahat. Tindakanku ini memang tidak akan pernah bisa menghapus semua perbuatan burukku padamu dulu."

"Terima kasih." Soohyun menundukkan kepalanya begitu rendah karena terharu dengan hadiah yang di dapatnya.

Di dalam mobil, Luhan mencium pipi Sehun secara tiba-tiba dan membuat pemuda itu tersipu. Ia tidak menyangka hari ini bisa sangat membahagiakan juga baginya, karena melihat Sehun telah berbuat baik.

"Aku mengajakmu bukan untuk pencitraan. Hanya saja terkadang aku merasa kau belum mempercayaiku bahwa aku telah berubah."

"Berarti aku telah jahat padamu. Tapi, aku sangat bahagia melihatmu bisa menolong orang lain."

Senyuman Luhan menjadi hal favoritnya. Sangat manis dan membuatnya terbayang selalu.

"Jadi, kita akan ke mall atau perpustakaan?"

"Perpustakaan, tampaknya lebih baik. Katanya kau ingin lebih pintar dari Chanyeol." Luhan seperti ingin membangkitkan jiwa kompetitifnya.

"Baiklah, aku percayakan padamu untuk membantuku mendapat peringkat yang lebih tinggi dari Chanyeol."

.

.

Kyungsoo kembali setelah merasa sakit perut karena menu makan siang yang pedas itu. Ia di buat jengkel begitu melihat Kai yang malah tertidur di atas buku catatannya.

"Heh Kim Jongin, bangun!" Bentak Kyungsoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh Kim Jongin, bangun!" Bentak Kyungsoo. Ia menggerakkan tubuh yang lebih besar darinya itu. Tak di sangka kalau Kai memiliki tubuh yang di dominasi otot seperti atlet.

Tidak ada respon, Kyungsoo pun menjadi kesal dan menggandakan kekuatannya untuk membuat Kai bangun untuk belajar.

Ketika kedua mata itu terpejam, Kyungsoo akan tertipu wajah lugu seorang Kai. Ia bahkan terlihat seperti anak sekolah yang kelelahan.

Tapi, begitu teringat hobi utama yakni pergi ke klub malam hanya untuk berjoged dan minum miras. Di situlah ia langsung kembali kesal dan ingin menjambaknya.

GREP!

Untuk sesaat Kyungsoo merasakan sensasi yang berbeda ketika pemuda ini mendekapnya erat. Ia masih belum yakin dan tidak berpengalaman dalam hal ini.

"Tidak kusangka kau begitu menyenangkan untuk di peluk." Bisik Kai.

"Yak!!!!!!!!!" Kyungsoo berteriak dan meronta sampai siku tangan kanannya mengenai tulang pipi Kai.

Pemuda itu mengaduh dan menutupi wajahnya.

Kyungsoo datang dengan membawa alat kompres. Wajahnya masih kesal karena Kai yang nekad memeluknya tadi, disaat ia berusaha keras membangunkannya untuk kembali belajar.

"Kau membayarku untuk menaikkan peringkatmu di sekolah dan tidak boleh lebih dari itu." Kata Kyungsoo.

Kai masih tampak kesakitan.

"Preman macam apa yang kesakitan karena di hantam siku?!" Sindir Kyungsoo lagi.

"Memangnya aku salah menunjukkan rasa sayangku padamu?" Kai mengatakannya dengan jujur.

Hampir setengah dari masa hidupnya sampai hari ini, ia jarang mendengar kalimat seperti itu.

Ibunya adalah sosok yang paling ia harapkan untuk mengatakan hal seperti itu untuk membuatnya semangat. Karena sedari kecil, ibu adalah segalanya baginya.

"Kau tidak serius mengatakannya." Kata Kyungsoo datar. Gadis ini memang terkenal dengan hati sekeras batu dan sikap sedingin es.

"Apa yang bisa meyakinkanmu kalau aku serius dengan perkataanku?" Kai meletakkan alat kompres itu dan memaksa Kyungsoo menatap wajahnya.

"Kalau pun kau serius itu semua percuma. Perbedaan kita sangat jauh. Kau di takdirkan memiliki segalanya. Jadi, simpan saja perasaan itu untuk gadis yang lebih pantas berada di sisimu."

Kyungsoo membereskan buku-bukunya. "Kita lanjutkan lagi besok. Aku harap kau bisa datang lebih awal ke sekolah untuk membahas yang kita pelajari hari ini."

Kai mencegah Kyungsoo pergi, ia berdiri untuk menunjukkan siapa yang seharusnya dominan di antara mereka. "Berhenti bersikap keras kepala dan merendahkan dirimu. Bisakah kau menerimaku tanpa melihat latar belakangku?"

T B C

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

How dare you!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang