Deal

195 13 6
                                    

Dua siswa yang masih berseragam sekolah itu berlari di lorong rumah sakit. Kai menepati kata-katanya dengan mengantar Kyungsoo sampai di rumah sakit kurang dari lima belas menit. Begitu sampai, seorang wanita paruh baya yang terbaring lemah itu sepertinya kondisinya sudah terkendali.

"Ibumu harus segera di operasi. Kita tidak bisa menundanya lagi, karena ini sudah ke empat kalinya beliau mengalami kejang. Jangan sampai kerusakan otak terjadi karena operasi yang tertunda." Kabar dari dokter itu membuat lutut Kyungsoo lemas. Tabungannya belum cukup untuk membayar nilai operasi yang sangat besar.

Gadis itu menangis dan memukul dinding karena kesal. Ia sudah berusaha memanfaatkan waktu untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Tapi, tetap saja belum berhasil. Kai baru pertama kali melihat kejadian seperti ini.

"Inilah alasan aku tidak bisa berhenti bekerja." Kata Kyungsoo di sela tangisnya. Air mata terus keluar dan membasahi pipinya.

Kai menepuk pundak itu, lalu mengelusnya perlahan. Beban yang selama ini Kyungsoo pikul sangatlah berat untuk seorang anak SMA. Pasti sulit baginya menjalani hari dengan terus memikirkan banyak hal.

"Izinkan aku membantumu." Pinta Kai, namun Kyungsoo masih memberinya tatapan penolakan. "Anggap saja aku membayarmu untuk mengajariku pelajaran yang tidak aku mengerti."

Kai yang tidak terlalu pintar memang membutuhkan hal seperti ini. Kyungsoo termasuk golongan peringkat teratas di angkatannya dan pernah di tunjuk guru untuk membantu mengajari beberapa siswa yang berotak bebal.

"Kau ingin menghinaku?!" Bahkan ketika menangis, Kyungsoo tidak menghilangkan sisi galaknya.

"Tidak. Aku tidak pernah berniat menghinamu. Sekarang kita harus memikirkan keadaan ibumu. Aku bisa membuatnya menjalani pengobatan yang layak dan kau tinggal mengajariku sampai aku masuk peringkat lima belas besar untuk membuat ayahku bangga. Bagaimana?"

Memang butuh keajaiban ketika seseorang yang berada di peringkat tiga puluh bisa meraih posisi lima belas besar. Persaingannya pasti ketat, tidak mudah karena sekolah mereka menghimpun siswa terbaik kecuali mereka yang kaya.

.

.

Kris tertunduk ketika teman-temannya sudah bersama orang yang mereka sayangi. Sejak Tao memutuskan hubungan dengannya, belakangan ini ia baru menyadari kalau selama ini perbuatannya tidak dapat di benarkan.

"Kris!" Ia menoleh ketika Baekhyun datang bersama Chanyeol.

"Tao bilang, kalau kau masih mengharapkannya kembali, kau harus ke ruang musik sekarang." Kata Baekhyun. Tatapan meyakinkan Chanyeol membuatnya percaya dan seketika berlari menuju ruang musik.

Kesempatan kali ini tidak boleh ia sia-siakan. Begitu sampai, Kris malah di hadapkan dengan Tao yang hampir saja melempar sebuah gitar karena terkejut. Gadis bermata panda itu melotot ketakutan.

"Baekhyun bilang kau akan memberiku kesempatan."

Tao mengeryitkan dahinya dan menurunkan gitar itu. "Aku tidak pernah mengatakannya."

Kris kemudian berjalan mendekat dan mengamit kedua tangan putih pucat itu. Ditatapnya manik Tao dalam-dalam, sampai kedua pipi itu bersemu. "Kalau begitu tolong beri aku kesempatan." Kris berani mengatakannya karena ia sudah terlanjur berhadapan dengan Tao, meskipun dalam hati ia mengutuk Baekhyun yang telah berbohong.

"Kau tau kan selama ini aku sudah sangat bersabar menghadapi semua tingkahmu." Tao akhirnya mengungkapkan perasaannya. "Aku lelah karena kau terus mengulangi kesalahan yang sama."

Tao merasa genggaman Kris semakin kuat.

"Aku akan berubah, aku janji."

Tao kembali menghela napasnya. "Chanyeol sudah mengatakan semuanya dan kau akan mendapatkan kesempatan itu untuk yang terakhir kali."

How dare you!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant