Call Me Baby

237 18 8
                                    

"Mau apa kau?!"

Sehun memasang wajah sinisnya, alisnya menukik tajam dan tatapannya enggan. Suho langsung tersentak begitu melihat pemuda dingin itu kembali membentaknya.

"Ada yang ingin kusampaikan padamu." Jawab Suho yang ciut. Tangannya terkepal dan sesekali mengangkat wajahnya untuk melihat ekspresi Sehun.

"Ini tentang Luhan. Aku kesini karena ingin meluruskan kesalah pahaman." Suho berani bersuara sekali lagi setelah hening beberapa saat.

Karena sebenarnya Sehun juga penasaran, makanya sekarang Suho sudah duduk kaku di sofa yang ada di kamarnya. Pemuda itu terus menunduk sementara Sehun seperti mengitarinya.

"Luhan itu menyukaimu. Dia mengatakannya padaku. Aku sudah mengenalnya sejak lama. Kau pasti sangat kesal ketika mengetahui soal cinta pertama Luhan."

"Dan kau merasa menang?" Tanya Sehun dengan nada mengintimidasi.

Suho spontan takut dan meremas ujung lengan sweaternya. "Tidak. Tentu tidak. Aku hanya ingin Luhan mendapatkan pria yang sepadan dengannya."

Tidak ada sahutan dari Sehun. Sebenarnya ia menyesal dan ingin sekali mengatakannya langsung pada Luhan. Tapi, rasa egoisnya masih terlalu tinggi. Ia juga kesal karena terus mengingat fakta dulu Luhan menyukai Suho.

"Luhan benar-benar menyukaimu. Kau bisa memukuliku sampai mati jika itu tidak benar. Aku memberanikan diri untuk menemuimu karena aku tidak tahan melihat Luhan yang terus-terusan bersedih."

"Kenapa bukan kau saja yang menghilangkan kesedihannya?" Sehun bertanya dengan suara yang mencicit.

"Aku yakin dulu Luhan menyukaiku karena kami sejak kecil sering bersama, dia hanya nyaman denganku. Tapi, aku yakin sekarang ini ia benar-benar menyukaimu. Tolong percayalah padaku, aku serius."

.

.

Ia tidak yakin apakah ini adalah keputusan yang baik, menghampiri Luhan yang sedang membaca buku di perpustakaan kota. Tapi, Suho bersikeras ini adalah ide terbaik. Jika semakin di ulur, Luhan akan tersiksa karena tidak bisa berkonsentrasi. Terlebih lagi, mereka sudah memasuki tahun ketiga di SMA. Jadi, hal seperti ini tidak boleh di biarkan.

Sampai di depan pintu masuk, Sehun masih mengatur napasnya karena ragu.

KALAU SAMPAI INI TIDAK BERHASIL, SUHO AKAN IA PUKULI SAMPAI MATI!

Itulah kesepakatannya.

'Luhan biasanya ada di bagian buku sastra. Kau bisa temui dia di ruangan membaca blok B, karena ia lebih suka suasana yang lebih sepi. Itulah saat yang tepat untuk menghampirinya.'

Mungkin karena dia adalah seorang berandalan, makanya terasa agak aneh ketika memasuki perpustakaan. Banyak rak buku yang berjajar rapi dan membuatnya pusing dalam sekejap. Ia tidak bisa membayangkan kesenangan di balik pemandangan ini.

SASTRA KOREA

Sehun memang sedang menghadapi gadis yang sangat pintar karena bisa membaca hal rumit seperti ini. Ia mengecek setiap ruangan kaca di deretan dekat rak buku untuk mencari Luhan.

Benar, gadis itu ada di Blok B dan sedang membaca.

'Apa yang harus aku katakan? Rasanya setelah menyakiti hatinya, aku ini tidak pantas untuk muncul di hadapannya.' Batin Sehun kembali menghambat langkahnya.

Ia kemudian memandangi cokelat batangan yang ia beli sebelum kesini. Dengan menarik napas panjang, ia pun menghampiri Luhan.

Sehun duduk di hadapan Luhan dan menaruh cokelat batangan itu. Saat gadis itu mengangkat kepalanya, ia terkejut karena wajah Luhan sangat pucat, tidak berseri seperti dulu.

How dare you!Where stories live. Discover now