Let me....

177 14 3
                                    


Pandangan mereka bertemu, Kyungsoo masih bertahan dengan rasa kesalnya. Kai menariknya dan membuat jarak antar wajah mereka sangat dekat. Kai memberanikan diri untuk mengamati setiap detail di wajah gadis itu. Matanya beralih ke bibir tebal Kyungsoo yang tak pernah tersenyum untuknya. Kyungsoo sadar apa yang akan di lakukan Kai pada detik berikutnya, spontan kakinya pun menendang tulang kering pemuda itu.

Kai langsung meringis kesakitan, ia melepas pelukannya dan terus memegangi tulang keringnya.

"Aku tidak seperti gadis murahan yang kau temui di bar!" bentak Kyungsoo dan langsung keluar dari ruang musik.

* * *

Akhir pekan yang menyenangkan tiba, seperti biasa Suho berada di rumah Luhan untuk belajar bersama. Suho memperhatikan sahabatnya sudah memiliki kesibukkan baru, yakni berbalas pesan di ponsel. Ia dapat melihat Luhan tersenyum sendiri dan pipinya merona. Suho hanya terkekeh melihat tingkahnya.

"Apa lebih baik aku pulang saja?" tanya Suho menggoda Luhan yang asik dengan ponselnya.

Pandangan Luhan pun akhirnya teralihkan, ia memasang ekspresi manjanya. "Maafkan aku... Baiklah, aku akan menaruh ponselku." pintanya. Sebenarnya Luhan sedang senang karena Sehun berencana mengajaknya ke bioskop.

"Suho." panggil Luhan.

Suho menjawab dengan gumaman.

"Nanti malam mau ikut menonton film bersama kami tidak?" Luhan bertanya sambil mengerjapkan matanya.

"Kami?"

Luhan mengangguk semangat. "Hari ini ada filmya Dave Bautista, kau mau ikut nonton?"

Suho tersenyum. "Tidak, kau saja dengan Sehun."

"Kenapa? Kan kau juga suka Dave Bautista..." Luhan mulai merengek.

Suho mengambil pulpen dari tangan Luhan dan menggenggam tangan itu. Menatap mata sahabat yang sudah saling kenal sejak lama. " Aku tidak akan mengganggu kencanmu dengan Sehun. Dia berusaha keras untuk bisa bersamamu. Jadi, kau jangan mengecewakannya."

Luhan tampak tidak setuju dengan Suho. Karena ia merasa Suho lebih berharga dari apapun. Jadi, semua hal yang di lakukan Suho, tidak pernah sama sekali mengecewakan. "Kau merasa kehadiranmu bisa mengecewakan Sehun?"

Suho terdiam, tentu saja ini bukan hal yang mudah untuk di pahami kaum perempuan. "Semua pria pasti akan merasa cemburu dengan teman laki-laki dari wanitanya. Kedekatan kita saja sudah menjadi pertanyaan banyak anak-anak di sekolah. Aku sudah bisa membayangkan perasaan Sehun."

Luhan tidak ingin mendengarnya lebih jauh. Ia menilai Suho terlalu membela Sehun dan tidak menghargai perasaannya. Untuk saat ini Luhan masih lebih menyayangi Suho, karena pria itu sudah menjadi sebagian dari kehidupannya. Makanya ia sampai rela lintas negara untuk tetap bersama Suho.

"Kalau Sehun tidak suka kita bersahabat, maka aku akan meninggalkannya."

Benar saja, kalimat dari seorang Luhan yang membuat napas Suho tertahan. "Hei... jangan seperti itu." Luhan memang merupakan gadis yang sensitif. Sudah terlalu banyak momen mereka lalui bersama sejak kecil.

Suho yang terkenal pintar di sekolah dan Luhan yang populer karena kecantikannya, mereka dekat karena Suho mengambil kursus bahasa mandarin di tempat milik ayahnya Luhan ketika ia bersekolah di Beijing. Gadis itu selalu bisa menyemangati Suho dengan segala cara, ia meyakinkan pemuda itu untuk bersikap percaya diri karena ketampanan dan kepintaran yang di miliki.

"Satu saat nanti kita akan memiliki kehidupan masing-masing. Kau mungkin akan bersama Sehun dan aku akan menemukan pasangan untukku. Kalian itu pasangan yang sempurna Luhan." Suho kembali memberikan pengertian. Namun, tampaknya Luhan masih belum bisa membayangkan 'apa itu kehidupan masing-masing'.

"Aku akan selalu ada untukmu. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Sekarang kau hanya perlu yakin pada rasa sukamu dengan Sehun. Aku sangat mendukungnya."

* * *

Luhan tampak begitu serius menonton adegan yang di suguhkan film aktor favoritnya bersama Sehun. Pandangannya sejak tadi tak lepas dari betapa imutnya gadis di sebelahnya. Sehun bahkan mengabaikan soda dan pop corn-nya. Sementara Luhan menyadari kedua mata Sehun yang terus memandanginya. Fokusnya terbagi, biasanya ia menonton film action bersama Suho. Rasanya agak berbeda ketika ada Sehun di sebelahnya.

Setelah kurang lebih dua jam, Sehun dan Luhan keluar dari bioskop. Mereka jalan bersisian dan menarik perhatian banyak pejalan kaki. Tentu saja karena paras mereka yang menawan. 

"Kau ingin makan membeli sesuatu?" tanya Sehun, memulai pembicaraan di antara keheningan mereka.

"Bagaimana kalau kita ke rumah saja? Ada hal yang ingin aku tunjukkan padamu." 

At Luhan's Room

Sehun duduk pada tepi kursi meja belajar, sebelum naik dan sampai di ruangan ini, ia harus melewati kelompok belajar Zhoumi yang terus mengejeknya karena terlihat begitu menyukai Luhan. Ia sama sekali tidak keberatan bila ada yang mengatakan hal itu, karena ia memang tergila-gila dengan gadis berparas manis dan rendah hati ini.

Luhan datang dengan sebuah kotak berukuran sedang di tangannya. Gadis itu sedari tadi sibuk menyiapkan minum, camilan, dan bawaannya yang terakhir ini. Ia menyerahkannya pada Sehun yang otomatis langsung bertanya dalam rangka apa ia di beri hadiah.

"Itu bukan hadiah. Tapi, hanya sebagian kecil rahasiaku." kata Luhan.

Sehun membuka kotak itu dan menemukan beberapa benda di dalamnya. 

Album foto

Sebuah Amplop Hitam

Buku Harian

"Ini semua milikmu?" Sehun mengeluarkan benda itu satu persatu untuk mengamatinya. 

"Aku ingin kau mengetahui siapa cinta pertamaku."


T B C


Maaf ya guys, updatenya jadi lama karena sempet ke hapus.


Vote and comment yaw

How dare you!Where stories live. Discover now