Permintaan Ayah Mertua

400 36 2
                                    

Anak itu adalah urusan rezeki dari Allah. Tidak bisa dipaksakan

-Reynaldi Sebastian Darwin-

"Maaf sudah merepotkan kalian," ucap Ariska seraya meraih Zian-anak bungsunya-dari gendonganku.

"Tak apa, aku malah senang dengan kedatangan mereka," balasku.

"Gilang, ini putrimu." Rey menyerahkan Dina kepada Gilang. Dina masih keras untuk tetap dengan Rey. Anak kecil itu memang sangat manja kepada Rey.

"Sayang, ayo kita pulang! Ini sudah sore. Tante Aya dan Om Rey juga mau istirahat. Besok Dina dan Zian akan ke sini lagi." Setengah mati Gilang membujuk Dina agar mengikuti ajakannya. Syukur saja, tak perlu waktu lama akhirnya hati anak perempuan yang berusia empat tahun itu luluh juga.

"Kami pulang, dadah Tante Aya, dadah Om Rey" ucap Dina seraya melambaikan tangan pada kaca mobil yang terbuka.
Aku dan Rey juga melambaikan tangan padanya, sambil menatap mobil yang mulai menjauh.

"Senang sekali kalau punya keluarga sempurna seperti itu," ucapku masih dengan mata yang menatap mobil yang kini mulai hilang dimakan jarak.

"Aya, kau senang sekali membahas ini. Kau tahu sendiri kalau anak itu adalah urusan rezeki dari Allah. Tidak bisa dipaksakan."

"Iya, aku tahu, tapi kita sudah menikah selama lima tahun. Apakah kamu tidak memikirkan sama sekali masalah hadirnya buah hati?"

"Jangan bahas itu lagi!" Rey berlalu meninggalkanku. Aku hanya menatap punggungnya yang mulai menjauh lalu hilang setelah masuk ke dalam rumah.

🥀🥀🥀

Pagi ini suasana gaduh kembali tercipta. Zian dan Dina tak hentinya bercanda di atas meja makan, sedangkan aku juga repot menyajikan sarapan bagi semuanya.

Drrrt ... drrrt ....

"Sebentar." Rey mengangkat panggilan telepon, dia melangkah menjauhiku. Aku hanya memandangi punggungnya yang melangkah menjauh.

"Siapa?" tanyaku ketika Rey berjalan kembali mendekat.

"Mama."

"Ada apa?" Aku mengernyitkan dahiku.

"Tania sudah melahirkan. Anaknya perempuan."

Bibirku langsung tersenyum sumringah. Tania-adik iparku-kini sudah melahirkan anak pertamanya. Ini adalah cucu pertama di keluarga suamiku. Tentu saja kedatangannya memberi kabar gembira bagi semua.

"Lusa kita akan pergi ke Amsterdam untuk menjenguknya. Kau siapkan dari malam ini barang dan pakaian yang akan kita bawa."

"Baik boss," jawabku.

🥀🥀🥀

"Perjalanan ini benar-benar melelahkan," keluhku.

Aku tidak berlebihan dalam mengatakannya. Perjalanan yang kami tempuh dari Jakarta langsung menuju Bandara Internasional Schiphol di Amsterdam, memakan waktu selama 14,5 jam. Kami sampai di sana pukul 14.00 waktu setempat. Baru pesawat mendarat, aku sudah merasakan udara dingin menembus pori-pori tubuh. Aku langsung memakai jaket tebal yang dari tadi masih ada di pangkuan, karena udara Amsterdam di musim dingin memang tidak bisa ditoleransi.

Setelah keluar dari bandara, kami sudah disambut oleh seorang laki-laki yang berusia sama seperti Rey. Dia adalah Jordan-orang kepercayaan di keluarga Rey. Wajahnya yang tegas ditambah lagi dengan postur tubuh tinggi besar semakin membuat kesan garang, padahal dia orang yang baik. Aku dapat mengatakan itu, karena aku sudah cukup lama mengenalnya.

Dalam DekapanWhere stories live. Discover now