Bab 36

420 55 0
                                    

Kenya bermaksud mengubah posisi agar dirinya merasa nyaman. Melihat kondisi Arman sekarang sepertinya pria itu akan tertidur lama dan dia harus duduk menopang kepala Arman sebagai pengganti bantal dalam waktu yang lama pula. Kenya mungkin tidak akan merasakan pegal, kebas atau kesemutan pada kakinya. Tapi merasakan tangan Arman yang begitu erat memeluk bagian pinggangnya membuat Kenya merasa risih sendiri. Kenya melakukan sedikit gerakan memperbaiki posisi bantalan sandarannya dan saat itu...

"Key, please stay, don't go."

Kenya terhenyak untuk beberapa saat. Mengulang kembali kalimat yang Arman gumamkan. Apa karena demamnya yang tinggi Arman sampai mengigau? Benar, laki-laki mengigau karena sakitnya. Kenya memang belum memastikan apa demam Arman sudah turun atau belum karena tangannya belum menyentuh lagi pelipis Arman.

"Apa ga bisa kamu maafin aku juga nerima aku lagi?" Suara Arman tenggelam di dalam perutnya. Kenya menahan refleksnya untuk tidak menyentuh kepala Arman. Tangannya menggantung di udara.

Kalimat itu. Dada Kenya serasa di cubit mendengar kalimat yang Arman ucapkan entah pria itu dalam keadaan sadar atau tidak. Kenapa baru sekarang? Kenapa harus sekarang setelah luka Kenya perlahan membaik?

"Key ___"
"Tidurlah Arman, istirahat. Kamu harus sehat agar kita bisa bicara."

***

Permana Jaya sedang tidak dalam kondisi baik akibat ulah salah satu pemiliknya. Perusahaan yang bergerak di bidang pusat perbelanjaan, makanan, dan otomotif itu sedang dalam kondisi... 'berantakan' istilah tepatnya. Tidak untuk semua tatanan atau divisi, tapi dalam hal ini pekerjaan Armanlah yang terbengkalai hingga mengakibatkan banyak hal tidak berjalan sesuai rencana. Laporan terhambat, penanganan terlambat, sehingga banyak pekerjaan pegawai lain tertunda. Dokumen yang harusnya telah di periksa, di revisi oleh pemimpinnya menumpuk dengan indah di atas meja kerja Arman.

Hanya sedikit pekerjaan yang bisa Arman selesaikan selama seminggu ini, sedangkan waktu terus berjalan yang artinya target pencapaian yang ia janjikan harus segera terlaksana. Tapi semua terasa mustahil saat Garut melihat tumpukan dokumen tidak tersentuh di atas meja itu dan pemiliknya tidak ada di tempat.

Bersamaan dengan desahan putus asanya, pintu ruangan tiba-tiba di buka. Dan mata Garut seperti akan keluar saat melihat siapa yang datang.

"Bu Elia?"

***

Kenya terbangun saat merasakan kepala Arman bergerak di bagian perutnya. Pria itu masih terpejam, tapi tangannya yang melingkar di pinggang Kenya tidak juga melonggar. Kenya melihat jam di dinding, dan Arman sudah tertidur empat jam. Ragu-ragu Kenya meraba pelipis Arman dan merasa lega mendapati demam Arman sudah turun.

"Key ___"
"Demammu sudah turun, ayo bangun." Kenya tahu Arman sudah mendapati kesadarannya. Bukannya mengeluarkan kepala dan membuka pelukannya, Arman malah semakin mengeratkan tangan dan wajah yang makin ia sembunyikan.

"Aku masih sakit." Seru Arman dengan suara yang tenggelam.

"Kenapa?" tanya Key dengan nada tertahan. Jujur saja, dia muak dengan situasi yang Arman buatkan untuk mereka. "Apa karena kasihan terus kamu merasa menyesal? Merasa ini tanggung jawabmu? Keadaanku yang sekarang membuatmu merasa iba, begitu Arman Permana?"

"Jangan buat drama, Arman!"

Entah apa yang direncanakan pria itu. Arman seperti orang bebal. Dia tidak merespon dengan memperlihatkan wajahnya dan Kenya makin tidak suka. Arman makin meringkuk, kakinya semakin naik ke bagian atas perutnya sendiri.

"Aku cacat bukan karena salahmu. Aku seperti ini karena kesalahanku sendiri, jadi jangan buang-buang waktu dengan merasa bersalah." Kenya bisa merasakan gelengan Arman di perutnya. Ini harus di akhiri.

Wajik Merah (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang