Bab 19

328 38 0
                                    

Andai norma kesopanan tidak pernah diajarkan padanya, Kenya tidak akan segan membanting daun pintu rumah di depan tamunya ini.

"Ada perlu apa kamu datang kemari?"

Tidak perlu basa-basi dengan orang ini. Melihatnya saja Key tidak ingin. Bukan karena marah, tapi... ah sudahlah.

"Setidaknya persilakan tamumu masuk, Kitty."

Sebutan itu? Benci sekali Kenya mendengarnya.

"Tidak perlu, katakan saja sekarang ada perlu apa dan segera pergi." Wajah Key sudah membara sebenarnya, ingin sekali dia menutup pintu lagi atau dia teriaki pria ini maling agar di serbu tetangga.

"Aku janji tidak akan lama, kita luruskan masalah yang dulu, dan aku akan pergi setelahnya." Demi bicara dengan wanita dari masa lalu setengah indahnya Wong rela menghilangkan sejenak harga diri. Sungguh, menyisakan pengalaman buruk di masa lalu dengan seseorang rasanya tidak enak saat bertemu di masa depan.

"Silakan!" Key membukakan pintu lebih lebar, "maaf saja, tanpa minum." Kata Key pedas, masa bodo denga etika kesopanan.

"It's okay, tujuanku kemari untuk bicara."

"Bicaralah!" Tidak perlu basa-basi lagi menurut Key, jadi langsung saja.

"Aku minta maaf," sampai di sini Key hanya menjadi pendengar, "aku harus berbohong kalau telah menikah dengan Arsa agar kamu berhenti mencariku," baiklah, drama segera di mulai, Key sudah mulai panas juga, "tapi aku melakukannya atas permintaan Parhan," dan sekarang sudah Kenya mendidih, membara oleh emosi di waktu yang sama.

Kenya sudah siap berteriak lantang untuk membalas Wong, tapi tunggu, sepertinya ada yang salah di akhir kalimat Wong. Kenapa ada nama Parhan?

"Apa maksudmu?" di skenario yang ia buat, Key harusnya berteriak marah, mengumpat Wong dan meludahinya, kenyataannya dia bertanya dengan suara terlemah yang untungnya masih bisa di dengar.

"Parhan mendatangiku, meminta agar aku tidak membalas perasaanmu, karena kamu cinta matinya, dia berkata hubungan kalian sudah sangat serius, bahkan sebelum aku datang dan kamu berpaling padaku, katanya kalian akan menikah dan aku adalah pengacau, terus terang Key, aku merasa tidak enak dan aku rasa itu satu-satunya cara agar kamu berhenti."

Perut Key mendadak kosong dan terlilit setelah mendengar penjelasan Wong, jujur saja ia ingin mencekik pria itu sekarang. Astaga, masa lalu macam apa yang sebenarnya mereka alami dulu?

Baiklah, ini saatnya, Kenya juga akan meluruskan apa yang terjadi.

"Kamu tahu kalau Arsa juga memiliki tunangan waktu itu, hah? Arsa sudah punya calon suami goblok, kamu juga selingkuhan dia, sialan." Sambil mengoceh, Key mulai memukul Wong secara membabi buta dengan bantal sofa, "dia memiliki tunangan dan akan segera menikah, dia merebutmu dariku dengan cara yang licik, dasar wanita serakah pria tolol, kalian mengerjaiku, harusnya aku yang menjadi istrimu, dasar brengsek, aku mengejarmu, aku rela kepanasan kehujanan demi menemuimu, aku begadang tengah malam demi menemanimu bekerja mendesign ruangan, meski kita di tempat terpisah dan pulsaku habis untuk menelponmu, aku rela makan lalapan bebek menahan jijik denganmu," Key masih memukul dengan kekuatan stabil, tidak bekurang sedikitpun dan Wong tidak menghindar, dia pantas menerima kemarahan Key.

"Gara-gara ulah kalian berdua aku jadi seperti wanita murahan, dasar tidak tahu malu, menyebalkan, aku muak dengan kalian."

"Iya iya, maaf Key," dan pada akhirnya Key menemukan titik lelah, ajaibnya perutnya tidak mual lagi. Key duduk bersandar dengan napas naik turun, dadanya kembang kempis. Wong menatapnya takjub, dengan tangan kanan terangkat menutupi wajahnya dari samping.

Wajik Merah (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now