Lima Belas📍

54.7K 2.9K 36
                                    

Typo bertebaran!

Jangan lupa vote nya kawan:)

                                 ~Happy Reading ~
20.00 wib.

Saat ini di dalam sebuah ruangan yang terlihat gelap,sunyi,hanya ada cahaya rembulan yang menerangi ruangan tersebut.

Ia biarkan angin malam menelusuri setiap sudut ruangan itu,dengan duduk sambil menghisap benda nikotin tersebut,dan tidak lupakan di tangan kanannya terdapat minuman berbau alkohol,dia tidak perduli lagi dengan kesehatannya yang ia inginkan hanya ketenangan.

Drttt drtttt

Deringan ponsel yang sendiri tadi tidak dia hiaraukan,saat ini dia hanya ingin kesendirian tidak boleh ada yang mengganggunya,orang tuanya pun hanya bisa mengelus dada sabar dengan tingkah anak semata wayang nya itu,mereka bisa merasakan apa yang dia rasakan,sedih melihat perubahan sikap maupun fisik dia,namun mereka harus bangaimana? Berbagai cara telah mereka lakukan membujuk? Itu sudah lebih dari 1,2,bahkan kesekian kalinya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuyarkan aksi lamunannya,lalu dia bangkit berjalan dengan perlahan,menahan rasa sakit yang menyerang di seluruh badannya,penglihatan yang mulai buram kepala yang terasa sakit seperti di tusuk-tusuk jarum.

Ceklek.

Pintu terbuka,orang yang di hadapannya sudah terbiasa melihat anaknya yang seperti itu,dia sedih dengan semua perubahan fisiknya yang terlihat kurus dan tak terawat.

"El sudah mamah bilang kamu jangan seperti ini,mamah yakin kamu pasti akan sembuh"dia sudah jengah melihat nya,yang menjadi lawan bicara hanya menatap datar melihat apa yang ada dihadapannya itu.

"Kamu denger mamah kan?kamu pasti akan sembuh"

"Sebentar lagi,tunggu waktu nya el.akan.mati."tegas dia rahang kokoh yang mengeras tanda dia menahan amarah.

"RAFAEL"Bentaknya.

Prang

Obat-obatan dan makanan yang berada di atas nakas ia banting,nafas yang memburu rahang mengeras tangan dia terkepal  terlihat jelas urat-urat tangannya yang terlihat.

"RAFAEL KENAPA KAMU BUANG SEMUA OBAT-OBAT ITU?!"Bentak sang mamah dia sudah tidak bisa lagi menahan nangis,karna tidak kuat dengan keadaan anak nya dia berlalu meninggalkan kamar itu.

"ARGGGG GUA GAK GUNA BANGSAT,BANGSAT"amarahnya dengan menjambak rambut tebal itu emosi yang tidak bisa dia kontrol,lalu dia terduduk lemas dia sudah tidak bisa menopang berat badannya.

***

"Tidak tidak j-jangan pergi!"

"J-jangan aku mohon!"

"TIDAKKKKKK"

Brakk

Terdengar suara dobrakan pintu lalu datang lah Wira,Resta dan Mama nya dengan muka yang panik.

"Kamu kenapa nay?kenapa teriak-tariak"tanya orang itu dan tidak lain ialah Wira.

"Minum dulu sayang"lalu nay meneguk habis air minum itu,dengan nafas yang masih memburu keringat bercucuran,wajah yang terlihat pucat,untung saja kedua anaknya itu tidak ikut terbangun.

"Kamu kenapa?"tanya Resta lembut,saat ini di kamar nay sudah ada Resta,Wira,dan Mamahnya lalu kemana papanya?ya papa nya mengurus perusahaannya yang terkena masalah di luar Negri.

"Sudah,sudah mungkin dia belum siap untuk bercerita,nay lebih baik kamu cuci muka sekarang ambil wudhu lalu solat tenangin fikiran kamu,mamah tau suasana hati kamu pasti tidak baik,dan Wira Resta kembali ke kamar kalian lanjutkan tidur kalian!"perintah sang mamah lalu mereka meninggalkan kamar nay,sebelum meninggalkan kamar Nay, Wira terlebih dahulu mencium kening Nay,itu merupakan kewajiban baginya tidak hanya nay saja terhadap Resta pun sama.

BABY TWINS AND BUNDA [END]Where stories live. Discover now