"Mamma?" Veronica Liam menoleh ketika mendengar suara polos itu. Ia baru saja pulang dari syutingnya dan sekarang sudah sangat malam. Namun, mengapa anaknya masih terjaga di waktu selarut ini?
Meskipun lelah, ia tersenyum dan berjalan ke arah Juannder Liam, putranya yang masih berusia lima tahun. "Why are you not sleeping yet?"
"I am waiting for you."
Juan membentangkan tangannya, tanda ia minta digendong. Veronica tersenyum dan segera menggendong tubuh Juan. Ia membawa putranya untuk duduk di sofa dan membiarkan Juan menyandarkan kepala di dadanya. Ia mengelus rambut lebat Juan yang sudah hampur menutupi mata.
"Mamma, can I ask you something?"
"Sure, dear," jawab Veronica sambil mencium pucuk kepala anaknya yang beraroma jeruk.
Juan mengangkat kepalanya dan menatap mata Veronica dengan mata bulat polosnya.
"Where is my Papa? Joa memiliki Papa dan Papanya selalu ada dengan dia."
"..."
"Apa aku tidak memiliki Papa seperti Joa?"
"..."
"Where is he, Ma?"
"..."
Veronica memaksakan senyumannya lalu memeluk putranya dengan sangat erat. Ia mendongakkan kepala ke langit-langit agar putranya tidak bisa melihat air matanya yang akan keluar.
Malam itu, Veronica sama sekali tidak bisa mengatakan apa pun kepada Juan. Ia tidak bisa memberikan jawaban yang sempurna kepada anaknya sendiri. Pertanyaan sederhana itu ternyata tidak bisa ia jawab dengan benar.
"..."
÷÷÷
YOU ARE READING
EVERLASTING
Romance"Ayo berdansa dengan aku, Nic. Dan setelah musiknya selesai, aku tidak akan pernah melepaskan kamu lagi." ** ERREN tidak akan pernah melupakan hal itu. Semuanya. Malam itu, wanita itu dan sentuhan itu. Ia tidak akan pernah melupakannya. Ia merinduk...