BAB 30

1.7K 157 19
                                    

“Apa yang kamu inginkan, Erren?”

Lagi-lagi Veronica memaksa masuk ke ruangan Erren yang berada di gedung peusahaan Tjahja Persada namun kali ini Louis tidak lagi menghalangi jalannya. Saat di Bali, ia terbang ke Singapura dan baru kembali dari sana.

Ia pergi ke Singapura karena mendapat kabar kalau ada investor baru yang mengambil hampir separuh saham Health Life Care, perusahaan milik mendiang ayahnya.

“Nic, ke sini.”

Veronica melangkah dengan kesal dan melemparkan berkas yang berisi pemegang saham terbaru milik perusahaannya ke atas meja kerja Erren. “Kamu berhasil menjadi pemegang saham terbesar setelah nama aku. Apa ini semua?”

“Aku hanya memberikan modal untuk perusahaan ini.”

“Kamu merampas saham milik orang lain,"jawab Veronica.

“Mereka yang ingin melepasnya,” jawab Erren datar.

“Apa semua ini, Erren?”

Erren berdiri dan melangkah hingga akhirnya mereka saling berhadapan.

“Apa semua ini di pikiran kamu?” tanya Veronica lagi.

Veronica sekarang menatap Erren dengan tatapan yang seolah menyiratkan kalau ia baru saja mendapatkan jawaban. “Aku tahu. Kamu melakukan semua ini untuk membuktikan siapa diri kamu, kan?”

“…”

“Ya, aku mengerti sekarang. Enam tahun lalu kamu meninggalkan aku dengan uang tiga ribu poundsterling dan sekarang kamu memiliki hampir sebanyak saham yang aku miliki di perusahaan aku. Kamu melakukan semua ini untuk membuktikan kalau kamu bisa melakukan segalanya, kan?”

“Veronica.”

“Apa artinya aku di mata kamu, Erren? Di Bali kamu memperlakukan aku seperti kamu sangat menginginkan aku dan di pesta ulang tahun ELLE kamu mengatakan kalau aku adalah milik kamu tapi sekarang, kamu menunjukkan kalau kamu bisa membeli aku dengan mudah. Sekarang kamu benar-benar tidak memiliki hati.”

“Dulu, aku melakukan semua ini untuk mendapat jawaban dari pertanyaan aku. Kenapa kamu selalu menjauhkan aku dari hidup kamu, Nic? Kenapa kamu sama sekali tidak memberi aku kesempatan?” tanya Erren.

“Karena aku sama sekali tidak menginginkan kamu. Apa semuanya belum jelas?”

Erren tidak menjawab, ia menarik pinggang Veronica dan mencium bibir wanita itu.

“Jangan balas ciuman aku kalau kamu memang tidak menginginkan aku,” kata Erren yang berusaha untuk membuka bibir Veronica agar menerima kecupannya.

Veronica awalnya berusaha untuk mendorong tubuh Erren namun tubuh Erren begitu besar dan kuat baginya. Ia tidak bisa melakukan apa pun dan juga tidak bisa memungkiri kalau selama enam tahun ini, ia begitu merindukan Erren dan tubuh laki-laki ini.
Ia sama sekali tidak bisa membendung air matanya dan sama sekali tidak bisa menahan gejolak keinginan untuk membalas bibir Erren yang menciumnya dengan lembut.

Saat ia akhirnya menyerah dan membalas ciuman itu, semua indera dalam diri Erren terbangun. Cepat-cepat ia menggendong tubuh Veronica dan membawanya ke sofa sementara lengan Veronica sudah mengalungi lehernya.

Erren menindih tubuh Veronica dan terus menciuminya, membalas setiap gerakan yang Veronica berikan. Desahan yang keluar dari bibir Veronica membuat Erren merasa akan gila.

“Kamu menginginkan aku, Nic.”

“…”

Seharusnya Veronica membantah ucapan itu namun ia tidak bisa mengatakannya. Tidak, tidak saat ia sudah membalas ciuman Erren tadi. Hatinya yang sudah lama ia bohongi tidak bisa lagi mengatakan apa pun.
“Kenapa kamu melakukan semua ini? Kenapa kamu membuat aku sangat marah dengan berpura-pura tidak menginginkan aku?”

Erren tidak pernah melihat Veronica yang begitu rapuh seperti ini. Ia juga tidak pernah melihat Veronica yang menatapnya dengan tatapan selain tatapan kebencian namun sekarang, Veronica benar-benar terlihat rapuh dan tatapan wanita itu membuatnya ingin selalu memeluknya.

Membuatnya ingin melindungi wanita ini.

Hatinya terbelah, malam itu ia sudah mengatakan kepada ibunya kalau ia akan bertanggung jawab atas anak Yashita tapi sekarang, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Hatinya yang selalu marah kepada Veronica karena wanita ini selalu menghindarinya tiba-tiba Erren tidak merasakan kemarahan itu lagi.

Veronica masih mengatur napasnya lalu berkata, “Sekarang kamu mencium aku, Erren. Sekali lagi kamu memperlakukan aku seperti aku ini adalah wanita murahan.”

Kini tatapan kebencian itu kembali. Veronica kembali ke wajahnya yang keras kepala dan sangat membenci Erren. “Aku sangat membenci kamu dan tidak akan pernah menginginkan kamu sama sekali.”

“…”

Erren hanya diam saat Veronica mendorong tubuhnya dan wanita itu berdiri sambil membenarkan dress yang ia pakai. “Soal ciuman ini, aku tidak merasakan apa-apa. Memangnya, wanita normal mana yang tidak membalas ciuman dari bibir yang sudah menyentuhnya?”

“…”

“Pembohong,” satu kata itu membuat Veronica menghentikan langkahnya.

Ia yang hampir membuka pintu ruangan itu pun berbalik tanpa sadar kalau ternyata kini Erren sudah berada tepat di belakangnya.

“Kamu berbohong ketika mengatakannya,” kata Erren lagi ketika mereka sudah berhadapan.

“Dan aku sangat marah karena kamu membeli hampir separuh saham perusahaan aku dari para investor lainnya," balas Veronica.

“Apa salahnya, Nic? Ini adalah bisnis−“

“Bisnis, kontrak, perjanjian.. itu, hanya itu kan yang terjadi di antara kita? Kamu menggunakan tiga kata itu untuk semua ini. Itu, Erren. Itu yang membuat aku enggak bisa percaya kamu. Karena dari awal, kamu sama sekali tidak menganggap aku lebih dari semua bisnis dan kontrak.”

Veronica menatap Erren dengan wajah lelah, ia tidak mengerti dengan pikiran laki-laki ini. Ia tidak tahu harus menghadapi Erren dengan cara apa dan tidak tahu bagaimana ia harus bersikap jika di depan Erren.
“Aku tidak tahu, Nic. Seharusnya aku bahagia karena sekarang aku sudah bisa mengendalikan kamu. Tapi aku sama sekali tidak merasa senang. Mendengar kamu mengatakan kalau kamu tidak menginginkan aku adalah hal yang sama sekali tidak aku inginkan.”

“Kalau begitu, kamu bisa mengusir aku dari hidup kamu, Erren. Kita tidak akan bertemu lagi.”

“Memikirkan itu membuat aku sangat marah, Nic. Aku sama sekali tidak bisa melepaskan kamu. Tidak setelah akhirnya aku menemukan kamu.” Erren sangat marah sekarang.

Ia sedang berusaha untuk menemukan sebuah kejanggalan yang sedang ia rasakan namun ia sama sekali tidak dapat mengetahui apa itu. Ia sangat senang karena Veronica membalas ciumannya tadi dan ia sangat marah ketika sekarang Veronica memintanya untuk melepaskan semuanya.

Awalnya, ia membeli hampir separuh saham keseluruhan dari perusahaan Veronica karena ia ingin mengendalikan wanita ini namun ia sama sekali tidak merasa puas ketika melihat wajah Veronica yang sangat marah.

Erren Darmandira sama sekali tidak tahu apa yang hatinya inginkan. “Nic, Yashita sedang hamil dan aku berencana untuk menikahinya. Bayi itu.. bukan anak aku dan aku sudah berusaha untuk tidak memikirkan kamu lalu menikah dengan Yashita. Aku sangat membenci kamu, itu yang selalu aku katakan kepada diri aku tapi aku tidak merasa kalau aku sudah membenci kamu, Nic.”

Veronica tersenyum dan menatap ke balik bahu Erren, ke arah langit Jakarta yang hampir kelabu. “Nikahi dia kalau begitu, Erren. Dia sangat serasi dengan kamu.”

“Dan aku semakin marah karena kamu sama sekali tidak melarang aku.”

“Erren,” panggil Veronica. “Untuk apa aku marah? Kamu yang menentukan dengan siapa kamu akan menikah. Dan Yashita adalah pilihan yang tepat. Aku? Aku tidak peduli dengan semuanya.”

Erren membiarkan Veronica berjalan meninggalkannya namun, saat wanita itu sudah keluar dan akan menutup pintu, ia berkata, “Kamu sangat kejam, Nic.”

÷÷÷

EVERLASTINGWhere stories live. Discover now