BAB 21

1.9K 173 12
                                    

Pada keesokan sorenya, Veronica sudah berada di kompleks perkantoran Tjahja Persada karena ia akan terbang ke Bali menggunakan jet pribadi milik Erren Darmandira. Ia akan bersikap profesional dan akan melakukan tugasnya sebagai ambassador dari Jaimendira Hotel karena ia−secara tidak sadar−telah menandatangani kontrak ini.

“Kamu bisa janji dengan Mamma kalau kamu harus menelepon Mamma? Panggil orang yang ada kalau kamu mulai kesulitan bernapas, Juan,” kata Veronica kepada putranya saat mereka masih berada di dalam mobil.

Sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan Juan ketika kondisi anaknya belum sepenuhnya pulih namun ia tidak akan memberitahukan keadaan anaknya kepada Erren.

Erren tidak perlu tahu apa pun tentang anaknya.

“Tante Ina akan tinggal dengan kamu, bisa kamu bicarakan semua yang kamu rasakan dengan Tante Ina?” Juan yang hanya diam pun menatap ibunya. Ia sudah terbiasa ditinggal beberapa hari ketika ibunya akan syuting di suatu tempat dan ia selalu akan baik-baik saja.

Yes, Mam,” jawab Juan patuh.

“Rin, tolong jagain Juan, ya. Tolong cek pernapasannya,” kata Veronica kepada Yurina yang seharusnya ikut ke Bali namun Veronica akan lebih tenang jika Yurina tinggal dan menjaga putranya.

Yurina yang berada di balik kemudi hanya tersenyum sambil menjawab, “Siap bos! Eh tapi, kenapa lo gak menuntut mereka? Kalau lo ngerasa berat ninggalin Juan sekarang, lo bisa bilang ke mereka, Vero..”

Veronica menggelengkan kepalanya. “Gue akan mengikuti apa pun yang Erren mau, Rin. Gue gak akan menyerah dan jadi pengecut. Selama ini, cuma dia yang pengecut dan pergi. Bukan gue.”

Bagaimanapun, Yurina tidak akan bisa mencampuri kehidupan pribadi Veronica. Walaupun mereka sudah sangat dekat, walaupun mereka bisa menceritakan apa pun, ia tidak memiliki kendali apa pun atas apa yang Veronica pilih.

“Vero,” panggil Yurina ketika Veronica akan keluar dari mobilnya. Veronica menoleh dan tidak jadi keluar. Ia menunggu apa yang ingin Yurina katakan kepadanya. “Pernah gak lo mikir keberadaan Peter?”

Kening Veronica berkerut, ia memang belum diberi kabar oleh Peter dan ia sedikit khawatir dengan keadaan sahabatnya. “Gue gak tahu dia ada di mana. Memangnya lo tahu keberadaannya, Rin?”

Mendengar itu, Yurina terbatuk dan menatap Veronica dengan tatapan terkejut. “Yakali gue tahu. Ngapain gue mikirin Peter?”

Veronica menatap Yurina dan merasa aneh dengan gelagatnya namun ia tidak ingin menanyakan hal lain karena ia hampir terlambat.

“Gue keluar dulu kalau begitu,” kata Veronica lalu mencium pipi Juan dan segera keluar. Ia melambaikan tangannya sambil membawa tas yang berisi keperluannya selama dua hari di Bali.

Juan tersenyum sambil balas melambaikan tangan ke arah ibunya, Yurina menatap Juan dan berkata, “Mau pindah duduk ke depan?”

“Iya, Tante,” jawab Juan dan Yurina membantunya untuk duduk di kursi depan.  “Tante, apa Mamma baik-baik aja?”

Yurina yang sedang memasangkan seat belt kepada Juan mengerutkan keningnya, “Mamma kamu akan baik-baik aja, Juan. Kamu tahu? Satu-satunya orang yang sangat Mamma kamu khawatirkan adalah kamu. Tapi kamu mengkhawatirkan Mamma kamu. Kamu sangat mencintainya, ya?”

“Aku sangat mencintai Mamma,” jawab Juan bersungguh-sungguh.

Saat Yurina selesai memasangkan sabuk pengaman untuk Juan, ia kembali duduk dengan benar dan bertanya, “Kita pulang?”

Juan menganggukkan kepalanya, “Ya. Tapi Tante, bisa kita beli gelato dulu?”

Yurina tersenyum dan mengacak rambut Juan yang menutupi keningnya, “Boleh. Kalau gitu kita beli gelato dulu, terus ke rumah Tante sebentar dan pulang, deal?”

EVERLASTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang