BAB 19

2K 183 10
                                    

“Erren, bisa kamu jelaskan ke kami semua?” tanya Ariana menatap cucunya yang masih berdiri sambil menatap pintu tempat Veronica meninggalkan rumah ini beberapa menit yang lalu.

Afiya menatap Erren dengan sangat ingin tahu, begitu pula dengan orangtua mereka.

“Nek, dari mana Nenek mengenal dia?” tanya Erren.

“Aku mengenal Veronica selama hampir enam tahun, Erren.” Erren menatap neneknya dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa segalanya hanya berjarak sedekat itu?

“Apa yang kami tidak tahu?” tanya Farrahia kepada putranya. Erren menghembuskan napas dan memilih untuk berjalan ke luar tanpa menghiraukan semua orang yang ada di sana. “Erren!”

Mata Erren terpejam dan ia menghentikan langkahnya karena tahu ibunya ingin bicara kepadanya. Ia membalik tubuhnya dan melihat wajah ibunya yang sangat marah. Ia menghembuskan napasnya, menunggu apa yang ingin ibunya katakan.

“Mama tidak membesarkan kamu untuk menjadi seperti ini. Kamu harus menjelaskan segalanya. Ada apa antara kamu, Veronica dan.. Juan," kata Farrahia marah.

“...”

“Kak,” kata Afiya yang sama lelahnya dengan semua orang ketika menunggu Erren untuk mengatakan sesuatu. Ia berharap, untuk kali ini saja, Erren tidak begitu dingin seperti ini.

“Tidak ada apa pun antara aku dan wanita itu. Aku dan dia sama sekali tidak saling mengenal," balas Erren.

“Erren!” kata Farrahia lagi.

“Ma, satu-satunya hal yang bisa aku katakan kepada Mama adalah, bahwa aku sangat membenci wanita itu.” Lalu Erren pergi, membuat Farrahia menatap mertuanya.

“Ma, Juan sangat Erren sekali,” kata Farrahia pada Ariana.

“Ya, Farrahia. Ternyata Erren sudah memberikan cucu pertama untuk kamu dan cicit pertama untukku,” jawab Ariana setelah ia melihat apa yang baru saja terjadi. “Pertama kali Mama mellihat Juan, Mama langsung yakin kalau Juan adalah anak Erren. Tidak ada yang lebih mirip daripada mereka berdua tapi anak kamu sangat keras kepala, Farrahia. Itulah alasan Mama membuat pertemuan ini.”

“Aku tidak percaya Kak Erren seperti ini,” gumam Afiya pelan. Ia menatap kakek dan ayahnya yang sepertinya tidak tahu apa-apa.

“Aku mengatur pertemuan ini karena ingin meluruskan segala masalah tapi tetap saja, ada sangat banyak hal yang bisa mengacaukan rencana. Pemain utama dalam cerita inilah yang tidak mau menyelesaikannya di sini.”

Farrahia menghela napas, “Erren meninggalkan Veronica dengan anak mereka. Siapa yang lebih brengsek dari itu, Ma?”

÷÷÷

Hal lain yang tidak pernah dilakukan oleh Erren Darmandira kepada Louis adalah, meneleponnya di tengah malam. Erren sangat menghargai waktu, ia tidak akan mengganggu waktu istirahat bawahannya lalu saat tengah malam ponselnya berbunyi, ia tahu kalau ada hal yang sangat darurat.

“Halo, pak Erren? Apa terjadi sesuatu?” tanya Louis saat ia mengangkat Telepon. Satu-satunya alasan paling logis saat seseorang menelepon di tengah malam adalah karena ada hal yang sangat penting.

“Louis, apa Anda sudah mendapatkan informasi tentang saham Health Life Care?” tanya Erren. Louis terdiam, membuat Erren kesal setengah mati.

Louis adalah sekretaris terbaik yang ia moliki tapi mengapa Louis hanya diam saat ia menanyakannya?

“Anda mendengar saya?” tanya Erren lagi.

Louis benar-benar tidak bisa mengatakan apa pun karena ternyata alasan yang membuat Erren Darmandira meneleponnya adalah karena ia ingin menanyakan saham Health Life Care padahal pukul tujuh malam tadi Erren sudah mengatakannya.

EVERLASTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang