BAB 24

1.8K 168 14
                                    

Satu jam berikutnya, Veronica sudah berada di sebuah restoran makanan laut bersama dengan Erren. Saat ia baru saja selesai memakai bajunya, tiba-tiba saja Erren mengajaknya−bukan−menggendongnya untuk pergi ke sebuah restoran dan ia dengan patuhnya tidak menolak sama sekali hingga Erren kembali menggendongnya dari mobil dan mendudukkannya di sini.

“Kamu harus makan,” kata Erren menjawab pertanyaan yang tak diucapkan oleh Veronica.

Veronica menatap lilin dan semua makanan yang Erren pesankan untuknya. “Karena kamu gak ingin rugi kalau aku sakit?”

“Nic.”

Tidak, ini tidak benar, batin Veronica.

Semuanya tidak benar dan tidak ada satupun dari semua yang sudah mereka lakukan yang membuatnya mengerti. Apa yang sedang Erren lakukan? Apa yang sedang mereka lakukan?

Apa yang sedang ia lakukan?

“Apa kamu sangat membenci aku sampai kamu tidak bisa menerima semua yang aku lakukan?” tanya Erren.

“Satu-satunya kenangan yang aku miliki tentang kamu adalah kamu yang meninggalkan aku,” kata Veronica yang memilih untuk mengatakan segalanya sekarang. “Dan tiba-tiba kita ketemu lagi, kamu yang masih sangat jahat, kita berada di sini, terus kamu yang mulai berubah. Apa itu semua tidak membingungkan aku?”

“…”

“Apa yang sebenarnya lagi kamu rencanakan? Aku bukan wanita bodoh yang tidak akan memikirkan semuanya, Erren. Aku mungkin percaya kalau manusia bisa berubah tapi perubahan butuh waktu dan kamu enggak membutuhkan waktu banyak untuk berubah. Apa yang sedang kamu lakukan?”

“Kamu menggendong aku, mencuci rambut aku dan setelahnya kamu pergi. Dan setelah itu kamu datang lagi dan membawa aku ke sini. Kamu sangat jahat, tahu?”

Erren yang tidak tahu harus menjawab apa hanya berkata, “Makan, Nic.”

“Aku gak bisa makan ini. Aku vegan,” kata Veronica lalu ia berdiri. “See? We don't know each other dan aku rasa kita gak bisa seperti ini. Aku mau pulang naik taksi.”

÷÷÷

“Rin,” kata Veronica saat ia baru saja meletakkan bungkus makanan yang baru ia terima dari jasa ojek online. Ia benar-benar pulang naik taksi, berjalan dengan bersusah payah dan selama di perjalanan ia memesan makanan vegetarian untuk dirinya. Saat tiba di hotel, ojek online yang membelikan pesanannya sudah menunggu di lobi dan ia bisa makan sekarang di kamarnya.

“Semuanya baik-baik aja? Lo gak kesulitan kan?”

Veronica tersenyum dan mengangguk walaupun Yurina tidak bisa melihatnya. “Gue baik-baik aja. Gue baru mau makan ini.”

“Bagus deh. Oh iya, kebetulan lo nelepon gue,” kata Yurina. “Tadi gue lihat artikel tentang kabar kalau lo punya anak. Ada foto pas lo gendong Juan di bandara. Terus di Amerika ada yang merilis artikel tentang hubungan lo dan Peter. Yang Peter ngebawa cowoknya ke hadapan publik dan bilang kalau lo dan dia sudah putus itu lho. Mereka merilis berita itu lagi.”

Sekali lagi Veronica tersenyum, ternyata lebih cepat dari yang dia bayangkan..

“Berita itu sekaligus membuat publik berasumsi tentang alasan lo pulang ke Indonesia tapi rumornya terpecah jadi dua. Ada yang percaya kalau alasan lo pulang ke Indonesia itu karena terlalu kecewa dengan kenyataan bahwa Peter selingkuh dengan cowok dan ada yang percaya kalau lo ninggalin Peter secara tiba-tiba dan itu membuat Peter bener-bener hancur sampai dia gak mempercayai perempuan lagi.”

“Oh ya?” tanya Veronica yang berhenti dari aktivitasnya yang akan membuka kotak makanan.

“Banyak yang mikir kalau lo udah ngebuat dia trauma dan membuatnya berubah suka sama cowok. Pokoknya chaos banget deh berita gossip sekarang. Gak usah lihat berita apalagi komentar di sosmed lo ya. Semua akun gossip seneng banget memberitakan lo yang selama ini tertutup urusan privasi.”

EVERLASTINGWhere stories live. Discover now