[23] Salah paham

63 8 2
                                    

-NovaLea-

"Val, kemarin gue nunggu lo di kantin tapi lo nya gak ada," ujar Gibran seraya memberhentikan motornya di dekat pos satpam.

"Astaga! Gue lupa," ujar Valea tak enak.

"Padahal udah gue chat loh kemarin," Gibran terkekeh.

"Sorry banget Gib, kemarin ponsel gue mati,"

"Gapapa. Tapi lain kali kalo gue ajak mau kan?" tanya Gibran.

"Emm, gue usahain ya? Gapapa kan?" tanya Valea ragu.

"Itu hak lo. Oh iya, lo gak dijemput?" tanya Gibran sambil melihat jam tangannya.

"Dijemput kok, bentar lagi juga nyampe," sahut Valea.

Gibran turun dari motornya kemudian mendudukkan dirinya di sebelah Valea.

"Lo gak balik?" tanya Valea sambil menaikkan kedua alisnya.

"Temenin lo," jawab Gibran santai.

"Gak usah, bentar lagi juga kak Sehan dateng," ujar Valea sambil menggelengkan kepalanya.

"Biarin. Lagian sekolahan udah sepi, bahaya juga kalo cewek sendirian disini," Gibran berucap sambil menyapukan pandangannya ke seluruh sudut sekolah.

Valea pun melihat ke sekeliling. Betul apa kata Gibran. Semuanya sudah pulang kecuali penjaga sekolah dan staf tata usaha.

"Iya juga sih, btw makasih ya,"

"Sama-sama, santai aja," jawab Gibran sambil tersenyum.

Valea memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan.

🍁🍁🍁

Di lain tempat, tepatnya di ujung gang seberang jalan, Nova tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari kedua remaja yang sedang duduk di pos satpam.

Apa karena dia lo nolak gue?

Apa cowok kayak gitu yang lo mau?

Cowok pinter, kesayangan guru-guru, dan ketua OSIS kaya dia?

Nova bertanya dalam hati sambil mengaduk-aduk mie instan yang berada di hadapannya.

"Bos, giliran lo tuh," ujar Marcel sambil menyenggol lengan Nova.

Mereka masih memainkan monopoli milik Anggara, sambil menyantap mie instan lengkap dengan telur mata sapi.

Nova tidak menyahut, laki-laki itu masih diam. Memperhatikan interaksi keduanya.

"Yailah si bos, dipanggil juga," ujar Rio tak sabar.

"Liat apaan sih?" ujar Aksa penasaran. Laki-laki itu mengikuti arah pandang Nova.

"Ngapain lo liatin Valea?" tanya Aksa heran.

Keadaan yang tadinya ricuh pun menjadi hening akibat pertanyaan yang terlontar dari mulut Aksa.

"Enggak. Giliran gue ya? mana dadunya?" Nova menyahut sambil menengadahkan tangan.

Anggara pun memberikan dadunya sambil menatap kakak kelasnya heran.

"Nov, lo kenapa sih? Ada masalah apa?" tanya Fahri berbisik.

"Enggak, nih giliran lo," jawab Nova sambil memberikan dadunya pada Fahri.

Nova tersenyum miris, kenapa dia baru sadar sekarang? Benar kata Valea, dirinya dan Valea sangat berbeda.

NovaLeaNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ