[12] Maaf dan terimakasih

129 10 2
                                    

-NovaLea-

Valea bertanya-tanya dalam hati. Apakah saran yang diberikan oleh Ardit akan berhasil? Dan apakah cowok bercodet itu akan memaafkannya?

Selama pembelajaran, ia terus memikirkan hal itu.

"Baiklah, pelajaran hari ini cukup sampai disini. Minggu depan kita lanjutkan," ujar seorang guru di depan kelas.

"Assalamualaikum" pamitnya sambil tersenyum ke seluruh siswa-siswi.

"Waalaikumsalam" jawab seisi kelas serempak. Tak lama kemudian, guru itu pun berjalan keluar meninggalkan kelas XI IPA-1.

"Lo udah minta maaf sama Nova?" tanya Hana.

"Udah, tapi... gak langsung" jawab Valea ragu.

"Gak langsung gimana?" tanya Dhea tak paham.

"Gue...-
Belum sempat ia meneruskan perkataannya, Bu Andin telah masuk ke kelas sambil membawa buku LKS nya untuk memulai pembelajaran.

"Pr nya silahkan dikumpulkan ke depan!" titah Bu Andin.

Satu-persatu maju ke depan untuk mengumpulkan bukunya masing-masing.
Setelah terkumpul, Bu Andin menghitung seluruh jumlah bukunya.

Pas. Tak aneh lagi jika semua murid XI IPA-1 mengerjakan tugas matematika dan mengumpulkannya tepat waktu.

Mereka sudah tau apa konsekuensinya jika telat mengumpulkan. Keluar kelas untuk mengerjakan, ditambah dengan hormat di tiang bendera yang menjulang tinggi sampai jam istirahat.

"Baik, ibu akan periksa pr dulu, dan kalian mencatat hal 76-80," titah Bu Andin.

Para siswa-siswi melakukan perintah dari Bu Andin dengan segera.

"Pakai buku catatan khusus matematika, yang sampulnya berwarna biru muda!" ujar Bu Andin lagi.

"Apalagi kamu Kenzo! Bukunya jangan kaya gado-gado, dicampur-campur" tambah Bu Andin sambil melirik ke arah Kenzo.

Si empunya nama hanya meringis lalu manggut-manggut mengerti.

🍁🍁🍁

Keadaan di kelas XI IPS-2 sangatlah ramai. Persis seperti pasar. Bu Reta belum masuk ke kelas karena ada urusan dengan orang tua murid.

Tujuh orang laki-laki sedang duduk di kursi panjang depan kelas sambil bercanda ria.

"Gue punya tebak-tebakan nih, Lo pada harus jawab!" ucap Rio membuat keenam laki-laki itu menoleh padanya.

"Tebak-tebakan Lo suka ga bermutu, Yo," sahut David.

"Denger dulu anjing, belom juga mulai" ujar Rio tak santai.

"Gak usah ngegas juga goblok!" sahut David tak kalah ketus.

"Mau mulai kagak, nih?" tanya Samuel menengahi.

"Oke. Yang bisa angkat kaki, eh maksud gue angkat tangan" ujar Rio.

"Ekhm, Apa itu cemilan?" tanyanya lalu memandangi temannya satu-persatu.

NovaLeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang