[9] Demi Felin

69 27 8
                                    

   _____________________________

Karena ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya.
__________________________


Dika memberhentikan motornya tepat di depan rumah Rani, tak lupa membunyikan klakson untuk memberi tanda bahwa dirinya sudah datang.

Ini akan jadi aktivitas barunya di pagi hari. Meskipun Rani tidak ingin mempublish hubungan mereka, bukan jadi penghalang bagi Dika untuk memperlakukannya seperti orang pacaran pada umumnya. 

Rani menyembulkan kepalanya di balik pintu.

"Bentar, gue baru mau pake sepatu!" teriaknya.

Dika hanya mengangguk. 

Rani menarik lagi kepalanya kemudian masuk ke dalam rumah. Ia kembali naik ke lantai 2 dimana kamarnya berada, karena disitu juga sepatunya berada

Setelah sepatunya terikat dengan sempurna, Rani bergegas turun ke bawah. Mamahnya dan Gani memperhatikannya dari ruang makan. 

"Oh yang sekarang udah diantar jemput sama pacarnya, " sindir Gani.

Mamahnya menoleh ke arah gani, dia baru tau akan hal itu. Jujur dirinya sedikit terkejut, karena dia tau bahwa Rani tak pernah dekat dengan cowok apalagi pacaran.

"Boleh kali di ajak masuk dulu pacarnya, Mamah mau kenalan."

Rani melotot ke arah Gani, abangnya itu hanya terkekeh pelan sembari tetap memakan sarapannya.

"Rani berangkat dulu, dah."

Rani mempercepat langkahnya, ia sengaja tidak menyahuti perkataan Mamahnya itu.

Ia merasa, tidak perlu untuk mengenalkan Dika kepada Mamahnya.

"Yuk," ucap Rani ketika sudah sampai di depan pintu rumahnya.

Dika menaikkan standar motornya, dengan hati-hati Rani naik di jok belakang.

Dika mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

Kaca spion yang tadinya mengarah ke jalanan kini mengarah ke arah wajah Rani-di belakangnya. Sesekali ia melirik wajah Rani dari kaca spion itu.

Kesekian kalinya Dika kembali melirik Rani, Dan saat itu juga Rani di jok belakang juga menatapnya balik dari kaca spion.

Spontan Dika langsung mengalihkan pandangannya ke depan.

"Kenapa liatin gue?" Tanya Rani yang masih menatap wajah Dika.

"Lah siapa yang liatin?"

Dika pura-pura bingung, seolah-olah tidak melakukan itu.

"Gue tau, dari tadi Lo liatin gue di spion."

"Ge-er," jawab Dika singkat.

Rani mendengus kesal.

Padahal sudah  jelas-jelas Dika ketahuan menatapnya dari kaca spion, tapi ia tak mengaku juga.

"Terus kenapa spionnya ngarahnya ke gue?" Sarkas Rani.

"Dia gerak sendiri."

Rani memukul pelan pundak Dika, masih pagi tapi dirinya sudah dibuat kesal dengan tingkahnya.

Dika hanya tertawa melihat ekspresi kekesalan Rani.

"Gue turun disini aja," ucap Rani ketika motor itu memasuki gang belakang sekolah.

Seketika itu juga, Dika menepi dan memberhentikan motornya.

"Loh kenapa?" Tanyanya.

Rani segera turun dari jok belakang, ia merapikan anak rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin sepanjang perjalanan.

MAHADIKA & MAHARANI✔Where stories live. Discover now