[4] First date

136 35 14
                                    

"Lo-nya mau gak gue anterin pulang?"

Deg!!

Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat seketika, dia hanya menganggukkan kepalanya.

'Ingat Ran ini cuma permainan!' runtuknya dalam hati sambil terus mengingat bahwa hubunganya dengan Dika hanyalah tantangan.

Setelah sampai di parkiran, Dika mengambil motornya. Rani pun naik dan duduk di jok belakang.

Selama perjalanan keduanya hanya saling diam, Dika yang fokus nyetir sedangkan Rani yang masih mencoba mentralisir detakan jantungnya.

Akhirnya motor sport hitam itu pun berhenti di depan rumah bergaya klasik bernuansa putih tetapi masih memiliki kesan mewah.

"Thanks ya," ucap Rani seraya turun dari motor itu.

"Oke, gue pergi ya." jawab Dika yang langsung menancapkan gas dan melesat dari hadapan Rani.

"Hati-hati," ucapnya lagi, meskipun tidak mungkin di dengar oleh Dika yang beberapa detik berlalu.

                           ❤❤❤

Loving can hurt, loving can hurt sometimes

But it's the only thing that I knowWhen it gets hard, you know it can get hard sometimesIt is the only thing that makes us feel alive

Alunan musik keras dan suara keyboard yang di tekan berulang kali menyatu di kamar ini. Tak peduli dengan orang rumahnya yang mungkin akan terganggu. Tetap saja jarinya menari lihai diatas keyboard itu.

We keep this love in a photograph

We made these memories for ourselvesWhere our eyes are never closingHearts are never brokenAnd time's forever frozen still

Entah sejak kapan dia suka suasana ini, padahal sebelumnya dengan suasana heninglah karya-karya itu dibuat.

Semenjak hari itu, hari dimana dia pertama kali mendengar lagu ini. Lagu itu terus terputar di kamar ini. Bukan karena arti liriknya ataupun penyanyinya, tetapi entahlah sepertinya lagu ini sebagai tanda bahwa...

Selesai!!

Rani menarik napas panjang dan meregangkan jari-jarinya yang mungkin sudah keriting setelah menari diatas keyboard laptopnya itu, guna melanjutkan cerpennya.

"Ran!!!" teriakan dari arah pintunya itu membuat aktivitasnya terhenti seketika. Dengan langkah malas, Rani membuka pintu kamarnya.

Dan nampaklah dua orang sebaya dengannya sedang tersenyum merekah ketika pintu terbuka.

Siapa lagi kalau bukan dua sahabatnya itu, Dita dan Amel.

"Heh? Lo bedua mau ngapain?" tanya Rani spontan.

"Mau ketemu papa lo!" jawab Amel dengan nada yang agak keras karena musik yang didalam kamar masih mengalun dengan keras.

"Haah?"

"Ya mau ketemu elo lah, Maemunah." celetuk Dita dan langsung masuk kedalam kamar, mematikan suara yang sedari tadi agak mengganggu pendengaran.

Amel pun juga langsung ikut masuk, dengan langkah gontai Rani kembali menutup pintu kamar.

Sejenak Dita mengamati laptop itu bergantian dengan pemiliknya.

"Sampai kapan lo terus-terusan malam mingguan sama laptop lo?"

"Emang ada peraturan nggak boleh malam mingguan sama laptop?" sanggah Rani balik, ia masih terheran-heran dengan kedatangan kedua sahabatnya ini.

Dengan gaya lebaynya, Amel menimpali dengan kata ini "Yaampun Rani! ini tuh malam minggu!"

MAHADIKA & MAHARANI✔Where stories live. Discover now