[13] Bidadari dari surga

55 23 9
                                    

Ps : Sebelum membaca part ini silahkan baca dulu beberapa part sebelumnya biar ingatan kalian masih nyambung sama part sebelumnya😊

-Happy reading❤️-

Pada jam pelajaran kedua ini Rani berniat untuk memajang tulisannya di mading, pasalnya guru yang harusnya mengajar tidak masuk karena ada urusan di kantor.

Rani berjalan menyusuri lorong sekolah yang lenggang menuju mading, tempat karya-karyanya dipajang. Sayangnya mading itu telah penuh dipenuhi poster dan karya-karya dari murid lain. Pandangannya tertuju pada bagian kosong di mading, meskipun hanya cukup untuk satu kertas setidaknya karyanya ini bisa dipajang disana.

Tapi masalahnya bagian kosong itu berada di pojok atas Mading, Rani tidak bisa menjangkaunya. Beberapa kali dia ber-jinjit tetap saja tangannya tidak sampai.

Rani tak pantang menyerah.

Tangan kanannya memegang kertas yang sudah lumuri lem disetiap tepinya, bahkan kakinya sudah jinjit sempurna.

Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...

Tiba-tiba sepasang tangan merebut kertas itu dari tangan Rani, sepasang tangan itu menempelkannya tepat ke bagian kosong di mading.

Rani berbalik badan, "Dika?"

Ya, sepasang tangan itu milik Dika. Cowok yang sedari tadi memperhatikan Rani dari kejauhan, akhirnya memilih mendekat, dan membantu gadis itu.

"Makasih."

Baru saja Rani beranjak dari tempatnya berdiri, Dika menahan tangannya. "Gue minta maaf Ran."

"Untuk apa?" Tanya Rani, mimik wajahnya masih sama seperti tadi pagi.

"Gue salah. Harusnya gue ngabarin Lo kemarin, plis jangan marah lagi." tutur Dika.

"Gue nggak marah."

Bahkan disaat Dika mengakui kesalahannya, Rani masih cuek. Dika tersenyum kecil, benar kata Baron.

"Cewek itu nggak mungkin tiba-tiba cuekin lo tanpa lo ngelakuin sesuatu yang dia nggak suka."

"Ran, gue dan Felin nggak seperti apa yang ada dipikiran lo. Kemarin Felin sakit, gue harus ada di samping dia. Gue harap Lo bisa ngerti."

What??!!

"Gue harus ada di samping dia"

'Kenapa? Kenapa Lo harus ada di samping dia?' batin Rani.

Rani tak mengerti situasi ini, hatinya terasa sakit. Bagaimana bisa Dika mengatakan itu? Apalagi di depan Rani yang notabenya adalah pacarnya sendiri.

Dika apa Lo tau? Pantas aja semua murid sekolah ini selalu ngejodoh-jodohin Lo sama Felin, akhirnya gue tau jawabannya. Tapi mengapa? Mengapa saat Lo memperlakukan Felin seperti ini Lo bilang semua perlakuan Lo ke dia nggak seperti apa yang gue pikirin?

Dan kenapa lo nerima gue?

Disaat hatinya berkecamuk dengan pertanyaan-pertanyaan, otaknya kembali menentang.

'kenapa hati gue harus sakit? harusnya hati gue nggak ngerasain apa-apa, toh hubungan ini juga berawal dari permainan. Rani lo nggak boleh terbawa suasana!'

"Gue ngerti Dika, Gue beneran nggak marah. Memang cuma karena badmood aja hari ini, dan gue juga lagi pms hehe. Lo pasti paham kan," terpaksa ia harus mengatakan ini. Rani harus lebih keras terhadap hatinya sendiri, jangan sampai hatinya merasakan apa yang tak seharusnya dirasakan. Dan jangan sampai karena tantangan dari permainan itu membuat Rani jatuh cinta sama Dika.

MAHADIKA & MAHARANI✔Where stories live. Discover now