[1] Truth or dare??

257 46 17
                                    

Dengan langkah santai gadis itu berjalan menyusuri lapangan sekolah yang dipenuhi oleh orang yang bermain basket dan sorak sorai penontonnya. Dia adalah VANESHA MAHARANI atau yang biasa di panggil Rani, tak lupa dengan senandung kecil dan buku bersampul biru yang digenggamnya.

"Dikaaaa!! Semangat!" 

"Dikaa!! I love you!"

"Dika gantengnya kelewatan!" 

Teriakan gadis-gadis yang menonton basket itu menggema di pendengarannya, seolah tak heran lagi nama itu selalu di puja-puja kalangan gadis di sekolahnya. Siapa lagi kalo bukan DEVANDRA MAHADIKA cowok yang berparas tampan dan cool membuat semua gadis di sekolah ini meleleh dibuatnya. Selain menjadi kapten basket, dia juga menjabat sebagai wakil ketua Osis. 

"Hey awas!!"

Teriakan itu membuat gadis itu menoleh kebelakang, dia melihat sebuah bola yang yang siap menghantam kepalanya. Buku yang di genggamnya terjatuh, dia mencoba memejamkan mata sambil melindungi kepalanya dengan kedua tangannya.

Hening ... Perlahan-lahan gadis itu membuka matanya dan mendapati sosok Dika yang sudah mendekapnya. 

"Lo nggak papa kan?" tanya Dika.

"Ng-gak papa kok," jawab gadis itu.

"Makasih ya," ucap gadis itu kemudian mempercepat langkahnya meninggalkan lapangan sekolah.

❤️❤️❤️


Suasana di kantin sedang ramai karena memang waktunya jam istirahat pertama, banyak murid yang berbondong-bondong mengisi perut mereka disini bahkan ada juga yang sekedar nongkrong bercengkrama dengan teman-teman mereka.

Tapi berbeda dengan suasana di bangku pojok kantin ini, yang diisi oleh 3 gadis yang hanya bermain hp masing-masing. Dita, Amel, Rani itulah mereka, entahlah mungkin suasana hati ketiganya sedang tidak baik sehingga tidak ada yang membuka obrolan.

"Sumpah gue bosan!" Dita membuka obrolan. Amel dan Rani menoleh ke arah Dita.

"Sama!" ucap Amel dan Rani bersamaan. 

"Bagusnya kita ngapain ya biar nggak bosan?" Amel pun berpikir sejenak, dan mengambil sebuah kotak kecil yang bertuliskan TRUTH OR DARE dari sakunya.

"Kita main Truth or dare aja, gimana?" tanya Amel dengan semangatnya. Dita dan Rani mengangguk bersamaan. Tapi sebelum permainan dimulai, mereka melakukan perjanjian terlebih dahulu.

Amel pun menyusun kartu itu dan membagikannya menjadi 2, tak lupa dengan koin untuk menentukan pilihan truth atau dare. Rani mendapat giliran pertama untuk memilih, kemudian yang kedua adalah Dita dan Amel yang terakhir.

Rani mengambungkan koinnya di atas meja, terlihat gambar burung Garuda yang menandakan bahwa dia harus menerima dare (tantangan).

"Yeay! Cepetan buka," ucap Dita dengan antusias karena permainan pertama dimulai dengan tantangan. Rani pun membuka kartu yang bertuliskan dare itu, mimik wajahnya menegang seketika. 

"Tutup matamu dan berbalik kebelakang, Lalu buka matamu dan tembak cowok yang ada di hadapanmu." Amel dan Dita membaca kartu itu dengan seksama. 

"Oke sekarang lakuin!" 

Rani pun melakukan tantangan itu, dia berdiri dari kursinya dan menutup matanya. Kemudian dia berbalik kebelakang dan membuka matanya perlahan.

DEG..! 

Betapa terkejutnya Rani ketika dia melihat sosok Dika yang berdiri di hadapannya. Tidak hanya Rani, Amel dan Dita juga sama kagetnya. 

"Nih buku lo yang jatuh tadi pagi," ucapnya sambil menyodorkan buku itu ke Rani. 

"Oh iya pantesan gue cariin tadi, thanks ya." jawab Rani. Dika hanya bergumam pelan dan pergi dari hadapannya.

Mereka bertiga pun duduk kembali, Amel dan Dita menatap Rani dengan terkesiap. Rani hanya menghela napas dalam melihat kedua sahabatnya ini menatapnya.

"Jadi gue harus nembak Dika?" tanya Rani sambil menghela napas panjang.

Sejujurnya Rani itu belum pernah pacaran, dan sama sekali nggak tau rasanya menjadi orang yang di spesial kan itu seperti apa. Selama ini dia hanya selalu mendengarkan keluh kesah kedua sahabatnya itu jikalau mereka sedang curhat tentang pacar mereka.

"Yupp!" 

"Cara nembaknya gimana?? gue kan belum pernah pacaran, dan nggak mungkin lah seorang Dika mau nerima gue. Secara dia kan...," belum sempat Rani mengoceh, tapi ucapannya di potong duluan sama Amel.

"Ran gini deh, kalo dia nerima lo yaudah jalanin aja dulu. Dan kalo dia nolak, yaudah nggakpapa lagian ini juga cuma permainan kok." 

"Benerr banget! lagian cuma permainan kok santai aja, yang penting lo udah lakuin dare'nya." Dita meyetujui perkataan Amel. 

"Kalian kira hati orang mainan apa?  gue gak mau deh kalo gitu," keluh Rani sambil melototi kedua sahabatnya itu. 

"Nggak bisa gitu dong kan udah perjanjian di awal, yang nolak bakal traktir makan di kantin selama sebulan. Jadi lo pilih mana nih, traktir atau nembak?" Rani berpikir sejenak, bimbang memilih antara traktir atau nembak.

'Kalau gue traktir bisa bangkrut gue, tapi kalo nembak..  ahhh!' batinnya.

Rani menghela napas panjang dan menatap nanar kedua sahabatnya itu.

"Oke deh, gue milih nembak aja daripada bangkrut gue traktir lo pada."

Akhirnya Rani mengambil keputusan dengan nembak Dika. Amel dan Dita pun senyum kemenangan dan mencubit pipi Rani yang agak chuby. 

oke fix permainan dimulai...

 
gimana nih sama part pertamanya?/ pada penasaran kan ? hehe :D

jangan lupa vote dan tinggalkan jejak kalian di bawah 👇

Happy reading ❤️

                                                                                         

                                                                     

MAHADIKA & MAHARANI✔Where stories live. Discover now