AFDS - 21. Dijemput Fajar

276K 30.5K 1.9K
                                    

Senja senyum-senyum melihat Fajar siap siaga di depan rumahnya. Entah sudah berapa lama cowok itu menunggunya. Yang pasti, Fajar tidak memberitahu Senja kalau dia sudah sampai di depan rumah Senja.

Alis Fajar terangkat sebelah melihat wajah semringah Senja. Fajar tebak, pasti cewek itu baru saja menang give away, makanya wajahnya bisa sebahagia itu karena biasanya wajah Senja hanya diliputi amarah setiap bertemu Fajar. Fajar sampai heran, apa dia se-maki-able itu hingga Senja selalu emosi setiap bertemu dengannya.

“Habis menang give away lo, ya? Kok senyum-senyum, gitu,” tanya Fajar setelah Senja sudah berdiri di sampingnya.

Senja mendengus. Pertanyaan Fajar itu sedikit membuatnya tersinggung karena sampai saat ini Senja tidak pernah menang give away padahal dia selalu ikut dan melakukan syarat yang diajukan. Mulai dari give away skincare sampai give away handphone pernah Senja ikuti, tapi dia tidak pernah beruntung.

“Gue tuh seneng karena lo beneran jemput gue,” jujur Senja.

“Kan gue udah janji kemarin.”

Kemarin, Fajar memang berjanji untuk mengantar jemput Senja sekolah. Sebenarnya, itu bukan keinginannya sendiri, tapi karena hasil dari rengekan Senja yang takut diculik lagi. Itulah alasan kenapa Fajar rela menjadi supir Senja. Kalau saja dia punya pilihan, dia akan lebih memilih langsung berangkat ke sekolah atau tidak masuk sekolah sekalian.

Andai Fajar tahu kalau itu semua hanya akal-akalan Senja agar dia tidak perlu membawa mobil sendiri sekaligus agar Fajar selalu masuk sekolah. Dengan mengantar Senja ke sekolah, otomatis Fajar akan ikut sekolah juga.

“Sarapan dulu, yuk! Mumpung masih pagi,” ajak Senja setelah melirik jam tangannya yang masih menunjukkan pukul setengah 7. Jam setengah 7 di sekolah Senja masih sepi, hanya tukang kebun dan anak rajin saja yang sudah berangkat.

“Lo belum sarapan?”

“Udah, tapi gue yakin lo belum sarapan. Jadi, ayo masuk dulu!”

“Gak usah! Gue nanti sarapan di kantin aja sama anak-anak,” tolak Fajar.

Senja berdecak. “Lo dicariin Papa, noh! Mau diajak main catur lagi.”

“Besok malam gue pulang, nanti gue kesini.”

Senja mengangguk.

“Ayo, naik!”

Bukannya naik, Senja malah mengulurkan helmnya pada Fajar. Tatapannya polos membuat Fajar semakin tidak mengerti dengan maksud cewek itu.

“Lo gak lihat, gue udah pakai helm?”

Bibir Senja maju beberapa senti. Dia kesal karena Fajar tidak peka dengan maksudnya. Cowok itu tidak bisa memperlakukan cewek dengan manis, tapi sekalinya berbuat manis membuat Senja baper 7 hari 7 malam.

“Pakein!” pinta Senja dengan wajah tanpa dosa.

Fajar melongo. Dalam otaknya, dia bertanya-tanya, di depannya ini benar Senja atau bukan.

“Pakai aja sendiri! Gak usah manja!” ucap Fajar sedikit ketus.

“Tapi, biasanya dipakein sama Guntur,” balas Senja masih belum menyerah.

Fajar semakin kesal mendengar Senja menyebut orang lain dalam obrolan mereka.

“Gue Fajar, bukan Guntur.”

Dengan kesal, Senja memakai helm-nya dengan melihat ke arah lain. Bunga yang mamanya tanam lebih enak dipandang dari pada melihat wajah cowok menyebalkan disampingnya.

Fajar sedikit memutar kepala Senja ke arahnya saat melihat Senja kesusahan mengaitkan helmnya. Tanpa banyak bicara, dia membantu Senja mengaitkan helmnya dan merapikan poni Senja yang jatuh ke matanya.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang