10. | Pick a fight with me?

Start from the beginning
                                    

" N-nona! Lengan kiri anda... " Ujar Lau sambil menutup luka lengan kiri ku.

Dor dor dor!!
Peluru banyak sekali mengarah kearah kami.

"Tsk! " Lau tiba tiba langsung menggendong ku dan membawa ku ketempat yang aman, disusul dengan Ran-mao dan Rose.

Rose sangat syok bahkan tidak bisa berkata kata lagi, mukanya menjadi sangat pucat, mulut nya sangat terbuka, matanya bergetar. Begitu juga dengan Ran-mao, dia sangat ketakutan. Astaga, kalian ini, seperti ajalku sudah dekat saja.

Lau menyobek pakaian nya dan menaruhnya di lengan kiri ku dan menekan nya dengan kencang. Aku tidak merasakan sakit yang sangat parah, aku hanya bisa saja melihat ini semua. Toh, hidup ku sebelum nya kan sangat menyedihkan.

" N-nona.... Aku... Aku sangat... Minta maaf.... Karena... Karena.... " Ucap Rose yang sudah sangat bergetar hingga tubuhnya ambruk ke lantai.



Hening.

" Kenapa kau meminta maaf? " Ucapku memecahkan keheningan.

" Itu... Itu karena saya tidak bisa... Tidak bisa menjaga anda... "

" Tentu saja, " Ucapku sambil menatap datar kearah rose, " Tentu saja aku tidak bisa memaafkan mu. "

Rose semakin terpuruk mendengarnya, ia bahkan berlutut di hadapan ku, ia tidak bisa mengangkat kepalanya di depan ku.

" Tapi ada satu cara yang bisa kau lakukan untuk bisa kumaafkan. "

Tubuh Rose tersentak, lalu ia mengangkat kepalanya perlahan,
" Apa itu, nona? "

Aku menyengir,
" Kau membawanya kan? " Ucapku.

Rose sangat terkejut, dia menggeleng dengan keras,
" Tidak tidak! Tidak! Anda tidak bisa menggunakan nya dengan kondisi seperti ini! Tidak! " Tolak nya tegas.

" Jadi kau ingin ku maafkan atau tidak? Lalu apa guna nya kau membawa itu tetapi tidak kau gunakan dengan bijak di situasi yang genting seperti ini? Huh? " Ucapku sambil menatap mata Rose.

Rose tidak bisa berkata kata, pada akhirnya ia memilih untuk menuruti ku, ia pergi keluar dari Hall ini dengan pelan pelan, lalu kembali dengan membawa sebuah Sniper kesayangan ku yang telah kugunakan selama latihan bersama Aron.

Aku tersenyum melihat Rose, Rose tidak menggubris senyuman ku, ia memasang wajah yang sangat khawatir dan cemas serta takut sekaligus, astaga, aku ini bukan bocah 14 tahun beneran. (Walaupun umur asliku tidak beda jauh sih, hanya beda 2 taun saja...)

" Terima kasih banyak, Rose. "
" Apa itu, Nona? "
Aku tidak menjawab pertanyaan Lau, aku hanya menggeleng dan tersenyum kemudian meninggalkan mereka. Aku harus benar benar mengetahui letak para penembak lainnya, jika tidak, aku bisa percuma.

Satu persatu aku menemukan mereka, dan sembari mencari tempat persembunyian yang pas, aku sedikit mengencangkan lagi ikatan yang menahan darah ku untuk terus keluar, perih sih, tapi yasudahlah.

Total ada 1 sniper dan 4 orang dengan senjata AK47. Kemudian aku sudah menemukan tempat yang sangat strategis sekali, yaitu saluran ventilasi yang langsung menghadap ball room. Dari arah sini, aku bisa melihat semua lawan ku, tanpa basa basi lagi, aku langsung membidik seorang sniper yang sedang mencari keberadaan seseorang.

Dutss!

Peluru itu telah mengenai jantung sniper dengan halus, peluru itu benar benar sangat sopan masuk kedalam jantung nya. Kemudian aku membidik sasaran yang lainnya, sisa berdua, sepertinya mereka telah menyadari bahwa teman teman nya sudah diserang.

Tetapi kenapa mereka tidak terpengaruh oleh alat musik itu? Apakah mereka sudah mengetahui hal ini? Apa sebenarnya tujuan mereka? Tapi kenapa mereka tidak langsung membunuh para tamu itu langsung? Apakah dia memiliki sasaran orang? Apakah itu aku?

Ah!! Sudahlah! Jangan bertanya dulu! Simpan untuk nanti! Aku harus berfokus pada ini. Saat aku membidik salah satu dari mereka, tiba tiba ada bayangan hitam lewat dengan sangat cepat. Sontak aku langsung kaget, lalu aku mencoba untuk mencari nya lagi.

Aku tidak menemukan nya!

" ... Musiknya....?! " Tiba tiba musiknya berhenti dan banyak sekali suara gaduh dibawah sana! Apakah Sebastian sudah kembali? Eh!!! Sasaran ku semuanya sudah mati!!

" Ternyata ada yang diatas~" Ujar seorang lelaki, tiba tiba tubuhku dijatuhkan kebawah dan membiarkan terjun jatuh.

" R-rose!!!!! " Jerit ku sambil memeluk sniper yang ikut terbawa.

" Nona!! "
" Cordellia!! "
Ucap Ciel dan rose secara bersama sama, kemudian Ran-mao berlari dan melompat untuk menangkap ku yang bentar lagi mencium lantai ini.

Ran-mao sudah mendekapmu dengan erat, " Apakah kau tidak apa apa? Luka mu masih terbuka, jangan banyak bergerak. "

Ucapnya dengan wajah yang datar, walaupun begitu, wajahnya jika dilihat dari dekat benar benar sangat cantik, matanya yang besar, wajah yang kecil dan hidung yang mancung. Benar benar seperti seorang boneka.

" Aku... Aku tidak apa apa, " Ucapku sambil menggelengkan kepala, Ciel datang menghampiri ku.

" Apakah kamu tidak apa apa? " Ucap Ciel sambil menopang diriku untuk bangun, kemudian aku menjawab tidak apa apa, tetap saja Ciel sangat khawatir.

Ciel melihat sniper milikku dan kemudian melihat luka yang ada ditangan ku,
" Bagaimana bisa kau terluka seperti ini, hah?!! " Ucap Ciel yang membentak ku.

Aku hanya terkejut sehabis dibentak oleh Ciel, aku tidak tahu harus jawab apa, Rose langsung menjelaskan ke Ciel apa yang terjadi sebelumnya. Tampak jelas wajah Ciel menjadi merah padam, kepalan tangan sangat erat.

" Ciel, aku tidak apa apa, luka ini bisa sembuh kok... " Ucapku sambil menyentuh kain yang membalut kencang luka ku, "eh...? ".

Aku terkejut, darah nya ternyata masih terus mengalir, sobekan baju dari Lau juga hampir penuh dengan darah. Anehnya, aku tidak merasakan anemia sama sekali, ada apa ini? Apakah hal ini berhubungan dengan darah keluarga ku?

" Darah mu masih mengalir, Cordellia!!!! Apa yang kau pikirkan!!! Sebastian! Cepat bawa Cordellia kerumah sakit! Sekarang!!!! " Bentak Ciel pada Sebastian.

"... Yes my lord. "

" Permisi nona, " Sebastian tampak sangat canggung dengan ku, raut wajahnya terlihat sangat gugup.

" Nona, maafkan saya, saya telah mengira anda adalah musuh yang sedang bersembunyi di ventilasi udara.... Maafkan saya sebesar besarnya, saya bisa melakukan apapun untuk anda agar bisa menembus semua kesalahan saya... " Ucap nya sambil menggendong ku dan pergi ke rumah sakit.

" Melakukan apa saja, ya? " Ucapku sambil memastikan.

" Benar, " Ucapnya.

Perlahan lahan, aku melihat kelangit, bintang bintang dan bulan purnama yang membentuk bulat sempurna. Baru pertama kali aku melihat rembulan sebesar dan secerah ini.... Benar benar pemandangan yang ingin ku nikmati sekali.


" Sebastian, aku ingin melihat Bulan... "



















TO BE CONTINUED.....

I'M SORRY, harus upload malem malem gini, huhuhuhu tugas banyak banget duh gusti..... Pejuang sekolah online ini mah😭😭✨

Mulai dari sekarang, novel:

Protect her akan update di hari sabtu dan minggu~~! Yeayyyy!!!

Terima kasih 😍✨
See you tomorrow, Phantomhivers!!

Protect Her. Where stories live. Discover now