"Gara lo dimana?" Arya langsung melontarkan pertanyaan saat telfonnya diangkat oleh Gara, sudah lebih dari 10 kali dia mencoba menghubungi Gara namun baru ini yang di jawab.

"Di apart" jawab Gara dari sebrang telfon.

"Gak usah ngibul lo! Gue di apart lo nih sama Lisa. Kata Keysa lo lagi ada di pesta, dimane tuh? Kok gue gak diajak?" Arya bertanya dengan nada mengejek.

Gara mendengus kasar mendengar pertanyaan dengan nada mengejek yang Arya lontarkan.

"Ngapain lo di apart gue?" Bukanny menjawab Gara malah balik bertanya.

"Cih, gak usah ngalihin pembicaraan. Gue tanya sekarang lo dimana?!?"

"Bukan urusan lo"

"Jelas ini urusan gue karna lo sahabat gue"

"Stop urusin hidup gue!!!" Gara menaikkan nada suaranya.

"Segitu pentingnya lampir itu buat hidup lo? Sampe lo tega teganya ninggalin Keysa yang lagi hamil gede sendirian di apart? Lo gila apa gimana Gar! Lo tau kan nyawa Keysa lagi dalam ancaman sekarangn"  Arya ikut menaikkan nada suaranya, dirinya sudah teramat kesal dengan sahabatnya yang keras kepala ini

"Keysa itu istri gue jdi dia urusan gue! urusin aja idup lo sendiri!!" Gara berujar sinis lalu mematikkan sambungan telfonnya.

"Anjing!" umpat Arya seraya menendang kaleng kosong yang berada di depannya.

"Anjing!" umpat Arya seraya menendang kaleng kosong yang berada di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa Gar?" Lauren bertanya lembut pada Gara.

"Gpp, gue pulang ya" Gara meraih jaket serta kunci motornya. Tanpa mendengar balasan dari Lauren, diriny langsung  melangkah keluar.

"Sial! Karna Keysa, Gara ninggalin gue!" Lauren meremas tangannya erat, menyalurkan segala emosi yang sudah membumbung.

"Sialan sialan" umpatnya kembali lalu melangkah menuju kamar, dirinya perlu sedikit hiburan untuk menenangkan jiwa.

Lauren mengambil beberapa botol wine dengan merk terkenal dari dalam lemari bajunya, sengaja ia tempatkan di dalam lemari agar ayahnya tidak tau.

"Keysa sialan! Karna lo Gara ninggalin gue"

Lauren membuka salah satu botol lalu meninumnya dengan tergesa gesa.

"Harusnya gue yang hamil anak Gara! Harusnya gue yang nikah sama Gara! Harusnya gue yang sekarang jadi istri Gara!" Lauren mengacak rambutnya frustasi.

Kembali ia membuka salah satu botol lalu meminumnya, kesadarannya sudah di ambang batas sekarang "kenapa dunia gak pernah mihak gue? Kenapa tuhan yang katanya adil gak pernah ngasih keadilan buat gue?" Lauren bertanya dengan air mata yang mengalir dari kedua matanya.

"Hahahahahahaha gue tau gue tau, tuhan pasti marah sama papa jadi ngelampiasin nya ke gua? Iya kan? IYA KAN TUHAN? hhahaha" Lauren tertawa. Tingkahnya persis seperti pasien rumah sakit jiwa sekarang. Setelah marah marah, menangis, lalu sekarang ia tertawa.

"Jahat jahat! Semuanya jahat"

Prang

Lauren melempar satu botol wine yang telah kosong ke arah tembok di hadapannya.

"Apa kalo tangan gue kena ini, gue akan tenang?"

Lauren memutar mutar serpihan kaca yang lumayan besar di tangannya, tak peduli jarinya yang sudah berdarah karna terkena ujung pecahan kaca.

"Apa kalo gue nusuk ini ke tangan, gue bisa bahagia?" Tanya nya kembali.

"Berapa harga kebahagiaan? Gue akan kasih seluruh harta yang gue punya asal gua bisa bahagia, hiks hiks"

Lauren terisak, tangannya mengenggam erat serpihan kaca yang tadi ia mainkan "sakit hiks sakitt" Lauren memukul mukul kepalanya saat merasakan pusing yang teramat sangat.

"Sakit hiks sakit" Lauren semakin terisak. Sungguh jika dirinya di perbolehkan untuk memilih hidup atau mati, maka tanpa pikir panjang Lauren akan memilih opsi kedua.

Hidup tanpa kebahagiaan serta penyakit yang terus membebankan bukan sesuatu yang menyenangkan. Tak di pedulikan oleh kedua orang tua, ditinggalkan oleh orang yang sangat kau sayang. Menangis tanpa di ketahui orang lain, ingin mengadu tapi tak tahu pada siapa, ingin menjerit namun sudah teramat lelah, ingin di perdulikan tapi tak ada sama sekali yang perduli terhadap  mu. Itu semua seperti siksaan yang tak berujung.

Jika ditanya siapa manusia yang paling menderita di muka bumi, maka Lauren akan menjawab paling keras jika dirinya, dirinya adalah manusia yang paling menderita di muka bumi.

Beberapa orang selalu menatap kagum padanya karna harta dan tahta yang ayahnya miliki, namun tau kah mereka  di dalam sangkar emas itu ada seorang putri yang terkurung dengan banyak rantai yang menjerat tubunnya.

Lauren ingin hidup biasa saja namun memiliki kedua orang tua lengkap serta perhatian utuh dri kedua orang tuanya, Lauren ingin mengadu pada seorang ibu tentang beratnya hari yang ia jalani, Lauren ingin pelukan dari seorang ayah bukan sebuah tamparan atau makian.

Sesederhana itu memang, tapi mengapa sangat sulit di dapatkan?

Perlahan mata Lauren memberat, semua barang yang ada di hadapannya seakan terbang dan melayang. Perlahan mata itu tertutup dengan tubuh yang tergeletak dilantai dengan pecahan kaca sebagai alasnya.



































Jangan lupa komen!!!!!

Maafkeun kalo makin gaje :(

Maafkeun kalo makin gaje :(

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tbc.

Why Should I (COMPLETE) ✓Where stories live. Discover now