8

5.9K 335 4
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Gelap datang menutupi senja. Purnama menggangantikan peran mentari dengan di temani bintang Kejora. Setiap senja, burung-burung kembali ke sarangnya. Lelah akan kehidupan. Namun, kita perlu bersyukur masih hidup dalam kedamaian dan kenyamanan.

*****

Saat azan maghrib berkumandang, para lelaki di rumah nenek bergegas berangkat ke masjid terdekat untuk melaksanakan shalat maghrib berjama'ah. Sedangkan, para perempuan termasuk Nayla, melaksanakan shalat maghrib di rumah secara berjamaah pula yang di imami Bibi Sofia. Lalu dilanjutkan dengan tadarus bersama--tanpa anggota keluarga yang pria, karena mereka akan menunggu di masjid hingga datangnya isya terlebih dahulu baru pulang ke rumah--pembacaan al-quran dilakukan secara gantian perorang dua ayat. Begitu terus hingga isya berkumandang.

Selepas melaksanakan zikir sehabis shalat isya berjama'ah di ruang keluarga--seluruh perabotan rumah dipinggirkan agar lapang untuk shalat, karena musholla di rumah tidak dapat menampung anggota keluarga sebab ukurannya yang hanya berkisar 5x5 meter persegi--Seluruh anggota keluarga baik lelaki maupun perempuan akan makan bersama dilantai, beralaskan karpet tanpa kursi. Hal ini termasuk kebiasaan nenek, karena kata nenek "makan dibawah adalah salah satu sifat Rasulullah. Maka dari itu kita sebagai umatnya patut mengikuti ajaran beliau. Sebab hal ini mengajarkan kita kesederhanaan. Seberapapun kalian jadi orang besar nantinya, kalian akan kembali ke bawah, ke asal kalian yaitu tanah" Itulah yang nenek katakan saat Nayla bertanya untuk pertama kali nya "mengapa kita makan dibawah, nek. Bukannya meja makan ada di dalam?". dan selalu menjadi perkataan pembuka nenek saat keluarga besar berkumpul makan bersama.

Hal itu juga menjadi salah satu yang disukai Nayla saat pulang kampung, bahkan dirindukannya. Saat seluruh keluarga besar berkumpul, mereka akan bercengkrama, bercerita, nostalgia masa kecil anak-anaknya atau sekedar mendengar kehidupan nenek yang selalu diulang seperti kaset rusak. Namun, tak ada satupun yang ingin memotong kisah perjuangan nenek bagaimana membesarkan kelima anak-anaknya.

"Nayla, ada satu saran yang ingin aku sampaikan padamu. Dan kau, Faris." Ucap nenek saat mencuci tangan bekas makannya.

"Apa itu, nek?" Tanya Nayla

"Bersabarlah. Walaupun ini menjadi wedding shock untuk mu. Asal kau tau, bahwa ini akan menjadi happy wedding pula untuk mu" Nenek mengambil teh yang diberikan Tante Maryam--anak ke 3 nenek sekaligus adik paman dan ayah Nayla-- lalu, nenek sedikit tersenyum dan berucap terima kasih.

Kembali nenek berbicara. "Apapun yang terjadi, entah itu hujan badai ataupun ombak besar yang selalu datang saat kau dalam pelayaran menyebrangi samudra pernikahan, akan selalu datang laut yang tenang. Bersabarlah, hanya itu yang dapat ku katakan. Kau tau, saat ini kau memiliki kapal pesiar yang terbaik dengan peralatan canggih, kapten kapal yang pintar yaitu Faris, yang memiliki segala pengetahuan tentang pelayaran dengan gelar-gelar yang dia dapat sebagai yang terbaik. Peta dan kompas yang jelas kemana arah tujuanmu. Dia akan mengantarmu sampai ke tempat yang dinamakan surga-Nya. Saat itu baru kau tau bahwa ini adalah pernikahan yang bahagia".

"Baik, nek" Nayla tersenyum akan nasehat yang menurutnya sangat baik, bahkan seperti syair yang didendangkan ke arahnya.

Bukan hanya Nayla yang tersenyum, seluruh yang mendengarkan saran nenek ikut tersenyum. Tak lupa juga Faris. Dia sangat paham dengan nasehat nenek.  Apalagi dengan kata perumpamaan peta dan kompas. Yang menurut Faris itu artinya Al-Quran dan Hadits, yang akan menunjukkan arah ke surga.

"Dengar?! Nasehat ku ini bukan hanya untuk Faris dan Nayla saja, tapi untuk kalian semua. Yang telah dan akan menikah" Kata nenek sambil menatap ke segala anak, menantu dan cucunya--yang berada di sekelilingnya, memenuhi ruang tengah, Dengan berbagai makanan dan minuman-- seluruh anggota keluarga mengangguk dalam-dalam akan perkataan nenek.

Wedding Shock ✔Where stories live. Discover now