5

6.9K 479 3
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


"Saudara Muhammad Faris, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan saudari saya Nur Nayla Azizah binti Ar Razif. Dengan mahar 100 juta rupiah dan seperangkat perhiasan mas serta alat sholat dibayar tunai" ucap kakak laki-laki Nayla sambil berjabat tangan dengan Faris.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nur Nayla Azizah binti Ar Razif dengan mahar tersebut dibayar tunai" Faris mengucapkan kalimat sakral itu dengan sekali tarikan nafas

"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu kepada saksi

"Sah"

"Alhamdulillah" ucap mereka berbarengan, kemudian berdoa sesuai Sunnah Rasulullah Saw..

"Ahh" seorang gadis terbangun dari tidurnya dengan wajah pucat. Ia seperti baru saja melihat makhluk halus, hantu dan setan sekaligus. wajah cantiknya dipenuhi keringat dingin. "Ternyata hanya mimpi buruk. Jika itu sungguhan, tamatlah riwayat ku. Tapi ini dimana ya? Kayaknya aku pernah kesini, deh?" Katanya dengan ekspresi bingung sambil melihat sekeliling ruangan. Ruangan yang terlihat familiar dimatanya saat ini telah dipenuhi dengan dekorasi bunga mawar, dinding di cat putih bersih, dan yang membuatnya semakin bingung adalah kasur yang beralaskan seprai putih layaknya seprai sepasang pengantin.

Seseorang mengetok pintu kamar yang ditempati Nayla saat ini. Dari luar, orang itu berkata "Ibu masuk ya nak"

"Ya, Bu" ucap Nayla. Seorang wanita paruh baya melangkahkan kakinya mendekati Nayla. ibu memakai gaun berwarna abu-abu dan duduk ditepi ranjang disamping Nayla sambil tersenyum

"Nak, keluarlah. Suamimu mengunggumu untuk menyematkan cincin pernikahan kalian" perintah ibu lembut sambil mengusap kepala Nayla dan mencium kening anak gadisnya.

Kata per kata masuk ke telinga Nayla. Ia mengartikan kalimat ibu dengan seksama hingga ia sendiri terkejut akan sebuah fakta. "APA? AKU PUNYA SUAMI" pernyataan ibu membuat Nayla kembali pingsan.

Jadi, itu bukan mimpi tapi nyata, oh Tuhan takdir apa ini?

****

Nayla bangun setengah jam kemudian. Dia memegang kepalanya. Sedikit pusing. Nayla memutuskan untuk duduk. Dilihatnya jam di dinding. Pukul 2 siang. Dia belum sholat zuhur. Saat dia ingin menginjakkan kakinya ke lantai kamar. Matanya menangkap seorang duduk di sofa sambil kepalanya tertunduk lemah. Seperti tertidur. Di tangannya terdapat sebuah kotak beludru kecil. Nayla tau apa isi dari kotak tersebut. Sedikit banyak dia sudah paham dengan masalahnya. Dia sudah menikah. Pernikahan yang tidak diinginkan. Bukan karena tidak suka tapi, dia belum siap dengan dunia rumah tangga yang harus dia hadapi. Nayla juga memiliki impian yang ingin dicapainya. Yaitu menjadi dokter ahli bedah terbaik. Dia takut jika dia menikah sebelum impiannya tercapai. Maka tidak ada harapan baginya untuk menjadi seorang dokter ahli bedah. Dia akan sibuk mengurus suami. Apalagi jika sudah memiliki anak. Itulah yang membuatnya ragu untuk menjadi seorang istri apalagi ibu.

Dilihatnya sosok itu. Seorang pria memakai jas berwarna hitam legam, berwajah tampan yang terkesan bijaksana, dengan alis tebal, hidung mancung, kulit bersih walau tidak putih. Bagaimana tidak, wajahnya selalu dihiasi dengan senyuman dan wudhu yang terjaga. Dia pria yang sholeh. Itu setahu Nayla.

Nayla tau sosok itu. Dia adalah anak paman nya. Faris, yang sudah dianggapnya sebagai kakak. Dia sekarang adalah teman hidup Nayla-Dia yang akan menjadi imam disetiap sholatnya. Dia yang akan membacakan ayat suci Al-Quran-Lucu jika dia sendiri mengatakan bahwa dia sudah punya suami. Makanya, dia takut jika dia tidak bisa menjadi istri yang sholehah. Karena ini bukan keinginannya.

Mata Nayla berkaca-kaca. Entah apa yang membuatnya sedikit sedih. Hatinya terluka. Entah apa sebabnya. Ada perasaan marah, sedih, menyesal. Ditatap nya Faris dengan mata yang mulai berair. Dia masih dapat menahan tangis dengan Menghadapkan kepalanya keatas langit-langit kamar.

Saat itu, Faris bangun dari tidurnya. Dia melihat Nayla yang tepat didepannya. Faris berdiri melangkahkan kakinya menuju Nayla. Dia ingin berbicara dengan Nayla. Tadi saat ibu Nayla memanggil dirinya dia mengira Nayla sudah bangun, dan bersiap untuk menyematkan cincin pernikahan. Tapi, ternyata Nayla pingsan lagi. Faris memutuskan menunggu Nayla sadar hingga dia sendiri tertidur diatas sofa.

"Nayla." Nayla memalingkan wajahnya saat Faris memanggil. Jarak Faris dengan Nayla hanya tinggal 2 langkah.

"Maaf" Faris berlulut dihadapan Nayla. "Maafkan aku. Maaf. Jika kamu merasa tersakiti oleh pernikahan ini. Jangan salahkan dirimu atau orang lain apalagi ibumu. Salahkan saja aku. Karena aku yang terlalu menginginkan dirimu dari dulu" Hanya kata maaf yang keluar dari mulut Faris.

Tidak ada balasan dari Nayla. Dia hanya diam dengan mata yang berair. Wajahnya masih dipalingkan dari hadapan Faris.

"Aku.. Aku.. Mencintai mu, Nayla" Pengakuan Faris membuat Nayla terkejut.

"Maafkan Aku yang mencintaimu dalam diam untuk waktu yang lama" Pengakuan kedua tidak kalah mengejutkan Nayla. Karena yang dia pikir ini hanyalah perjodohan semata. Bukan karena cinta. Dia tidak mengira bahwa Faris mencintainya sejak dulu. Entah sejak kapan waktunya pun dia tidak bisa menebak.

"Itulah yang membuat ku ingin menikahimu." Lanjut Faris. "Aku takut jika cinta ini tidak diikat dengan tali pernikahan akan berakibat maksiat. Aku tidak seperti Ali bin Abi Thalib yang dapat memendam cintanya kepada Fatimah. Bahkan setan pun tidak tau akan hal itu. Aku juga bukan seorang pujangga yang mampu membuat syair-syair cinta untuk kekasihnya. Aku pun juga bukan seseorang yang romantis yang dapat memberikan bunga untuk pujaan hatinya. Aku hanya lelaki biasa. Aku hanya manusia biasa. Yang sekarang telah menjadi suamimu. Tapi, aku akan berjanji akan selalu menjadi imammu dalam suka maupun duka yang insyaAllah akan membimbingmu menuju surga-Nya." Faris mengambil tangan Nayla dengan lembut. Lalu menyematkan cincin di jari manisnya. Cincin itu tampak cantik di jari Nayla. Permata yang terletak ditengah cincin memancarkan kilauan yg indah.

Nayla hanya diam, kepala nya masih dipalingkan dari hadapan Faris. Tidak ada respon apapun darinya. Tapi, air mata yang susah payah ditahannya dari tadi akhirnya mengalir walau tidak deras.
Tapi, tangisannya diketahui oleh faris.

"Nayla. Kamu nangis?" Suara Faris terdengar khawatir.

Nayla mengusap air mata dengan ujung jilbabnya. Kemudian, dia menatap Faris. "Abang.. " Nayla sudah terbiasa memanggil Faris dengan sebutan abang. Karena usia yang terpaut empat tahun diatas Nayla.

"Tolong tinggalkan aku. Aku ingin sendiri. Terima kasih. " Nayla memalingkan mukanya dari hadapan Faris.

Faris mengusap wajahnya. "Baiklah. Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum" Faris faham dengan keadaan Nayla saat ini. Mungkin saat ini Nayla butuh waktu untuk menyendiri.

"Waalaikumussalam"

Nayla terus menatap punggung Faris hingga hilang dibalik pintu kamar. Dia kemudian melihat cincin di jari manisnya. Sangat cantik. Senyuman getir terbit di bibirnya walau hanya sedetik. Air matanya pun tidak dapat di tahannya lagi. Luluh lantak. Mengalir deras. Bagai air bak yang dikuras habis.

*****


Jangan lupa vote dan comment nya. ^^

Jazakumullahu Khairan

3 Juni 2019

Wedding Shock ✔Where stories live. Discover now