Part 20

155 46 11
                                    


Aluna sudah sampai di depan rumah Ridho dengan alamat yangdi berikan Siska kepadanya. Aluna mengerutkan dahinya bingung.

"Apa benar ini alamatnya?" gumam Aluna dalam hati. Dia sedikit tidak percaya karena ini bukanlah sebuah kompleks perumahan atau pun sebuah appartemen, melainkan ini adalah sebuah rumah sewa yang biasa di tempati untuk anak kos.

Aluna menghela napasnya, mungkin Ridho memang tinggal di kos-kosan. Aneh memang, sejauh yang dia tahu bahwa Ridho termasuk orang yang berada. Aluna  pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah ini. Karena, memang dia sudah yakin bahwa ini adalah alamatnya Ridho.

Tok! Tok! Tok!

"Assalamualaikum!" Aluna terus mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Aluna terus mengulangi kegiatan itu sampai akhirnya pintu berwarna coklat itu pun terbuka.

Ceklek!

"Walaikumsalam," jawab seorang cowok dengan menggunakan kaos hitam dan celana pendek selutut yang menatap kaget ke arahnya.

"Lo?"

"Ngapain ke sini?" tanya Ridho masih berusaha menunjukkan wajah datarnya di wajah pucatnya.

“Lo sakit, Kak?” tanya Aluna mengabaikan pertanyaan Ridho. Wajah Ridho benar-benar terlihat pucat, Aluna sendiri takut melihatnya. Bukan takut kenapa, takut kalo terjadi apa-apa pada cowok itu karena sangkin pucatnya.

“Lo ngapain?” tanya Ridho lagi. Menyebalkan memang, di saat sakit pun cowok itu membuatnya kesal.

"Gue mau nyampein pesan ketua pembina, Kak. Katanya, dia mau laporan sampai ke tangannya sore ini juga!" kata Aluna memberitahu tujuannya.

Ridho bergeming sejenak, dia menatap gadis di hadapannya yang masih memakai pakaian sekolah beserta rompi putih khas SMK UTOMO.

"Lo bolos?" tanya Ridho, mengalihkan penuturan yang dilontarkan gadis itu barusan.

"GUE sudah dapat izin dari sekolah, kok, Kak. Sekarang, kita harus selesain laporan itu secepatnya, Kak."

"Lo balik aja ke sekolah, bilang gue lagi gak enak badan. Minta kelenggangan untuk satu hari saja sama ketua pembina," ucap Ridho yang mungkin tidak akan mampu menyelesaikannya dalam kondisinya yang sangat lemah ini.

Aluna mengabaikan ucapan Ridho sejenak. Dia menyapu pandangannya di sekitar rumah Ridho yang terlihat sangat sepi. "Di rumah Kakak, ada orang tua kakak, gak?" Aluna malah bertanya lain membuat Ridho mendecak kesal.

"Gak ada. Cuma gue sendiri di rumah. Ya, udah, sekarang lo balik aja!" ucap Ridho dengan sedikit mengusir Aluna. Sungguh, badannya begitu sangat lemah untuk berdiri terlalu lama.

“Enggak, Kak. Lo sakit. Gimana kalo terjadi sesuatu sama lo?” kata Aluna yang benar-benar khawatir dengan Ridho.

“Gue gak apa-apa. Lo balik aja!”

"Enggak, Kak. Gue akan di sini nemanin lo. Sekaligus gue bakal ngerjain laporan ini sendiri. Gak apa-apa, kok. Yang penting filenya ada juga sama Kakak, 'kan?”

Ridho menghela napasnya kasar. Entah kenapa Aluna malah bersikap keras kepala di saat kondisinya seperti ini.

“Kakak istirahat aja. Janji, gue gak akan ganggu!” kata Aluna lagi yang tahu bahwa cowok di depannya ini tetap hendak menyuruhnya pulang.

Aluna [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang