Part 8

388 179 96
                                    


Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, seluruh murid berbondong-bondong bepergian ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sejengkal itu. Begitu pun dengan Aluna yang buru-buru hendak keluar dari kelasnya.

“Aluna, tungguin, dong! ” teriak Atikah masih merapikan buku-bukunya.

“Kalian duluan aja, gue mau ke toilet. Nanti gue nyusul!” Setelah mengucapkan itu Aluna pun tergesa-gesa pergi ke toilet.

Aluna merapikan seragamnya ketika sudah keluar dari toilet. Dia pun segera berjalan menyusuri koridor hendak menyusul teman-temannya di kantin. Namun, tanpa melihat kanan-kiri Aluna tak sengaja menabrak tubuh seseorang sehingga membuatnya jatuh terjerembab ke lantai.

Brukkk!

Aluna meringis pelan sambil memegang pantatnya yang nyeri akibat jatuh ke lantai. Kemudian, sebuah tangan terulur di depan wajahnya. Aluna mengabaikan tangan itu dan mencoba bangkit sendiri seraya mengibas-ngibaskan roknnya yang kotor.

“Gak usah, gue bisa sendi–” Ucapan Aluna sengaja dia gantung, matanya melebar sempurna. Sungguh, dia menatap tak percaya dengan seseorang yang ada di hadapannya saat ini. Benarkah ini? dia tidak sedang bermimpi, kan?

“Nando!” ujar Aluna senang. “Lo bener Nando, 'kan?” tanya Aluna langsung memegang wajah Nando berharap dia memang tidak sedang bermimpi.

Setelah itu, Aluna pun langsung memeluk cowok itu tanpa aba-aba.
“Nan, kapan lo balik? Gue kangen banget dengan lo, tau!” ujar Aluna yang masih bicara di dalam pelukan cowok itu.

“Janji sama gue bahwa lo gak akan pergi lagi, Nan.” Aluna berbicara kembali. Namun, setelah beberapa detik kemudian Aluna baru menyadari bahwa cowok ini sama sekali tidak membalas pelukannya.

Refleks Aluna langsung melepaskan diri dan menatap lekat manik mata hitam cowok itu.

“Nan, lo gak kangen sama gue?” tanya Aluna dengan sangat hati-hati berharap apa yang di tanyakannya itu adalah kalimat terbodoh yang pernah dilontarkannya. Karena tentu saja cowok ini juga pasti sangat merindukannya sama halnya seperti dirinya.

Namun, semua di luar dugaannya, cowok di depannya ini malah berbicara apa yang tidak pernah diharapkannya.

“Maaf, lo siapa, ya?”

Seketika tubuh Aluna mematung mendengar kalimat itu. Dadanya pun tiba-tiba diselubungi rasa sesakyang begitu kuat.

Apa yang baru saja didengarnya ini? Aluna memperhatikan wajah cowok ini lekat-lekat. Dia tidak salah, cowok ini memanglah Nando. Benarkah Nando tidak mengingatnya? Tidak, Nando pasti hanya bercanda. Aluna pun tertawa hambar seraya menatap cowok itu.

“Jangan bercanda deh, Nan. Candaan lo itu gak lucu sama sekali.”
Nando mengerutkan dahinya menatap cewek di hadapannya dengan tatapan bingung.

“Siapa yang bercanda,” kata Nando menatap Aluna lekat. “Lo kenal sama gue?” tanya Nando dengan tatapan serius.

“Lo, Nando, 'kan?” Kali ini Aluna bertanya dengan suara lirih. “Ini gue Nan, Aluna!” ujar Aluna mencoba membantu Nando untuk mengingatnya.

“Aluna siapa? Gue gak kenal dengan lo,” ucap Nando datar tanpa mengalihkan tatapannya dari gadis yang mungkin bisa saja sebentar lagi akan turun hujan dari pelupuk matanya.

Aluna [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now