Part 14

239 109 78
                                    


“Taukan anak farmasi? Mainannya aja Sianida, kebayangkan kalo ada yang bilang dia bukan tipe idaman cowok?”

***

“Kalian berdua aja, Atikah mana?” tanya Nando ketika menghampiri kedua temannya di meja kantin.

“Ketemu kepsek,” jawab Alvaro singkat sambil mengaduk-aduk baksonya. Nando menganggukkan kepalanya mengerti jika maksud Alvaro adalah menemui bokapnya.

Tak lama kemudian, Adan dan teman-temannya memasuki kantin. Aluna menatap cowok itu yang juga tengah menatap tajam padanya. Namun hanya sebentar, setelah itu Adan langsung membuang muka dan duduk di bagian pojok kantin.

Aluna mengerutkan dahinya heran, entah apa yang terjadi dengan cowok itu sehingga tatapannya seperti itu padanya. Sebenarnya apa salahnya?

“Lo gak nawarin pacar lo makan, Lun?” goda Alvaro seraya tersenyum jahil pada dua sejoli yang duduk di depannya.
Aluna menoleh, dia pun memalingkan wajahnya ke samping melihat Nando yang tidak memesan makanan apa pun.

“Lo gak makan, Nan?” tanya Aluna seraya mengerutkan dahinya heran.

Nando mengangguk. “Mau,” jawabnya, “Tapi, di suapin, lo!” lanjut Nando kembali seraya melebarkan senyumnya membuat Aluna mati-matian mengumpat kepada dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa mengontrol dirinya jika Nando sendiri yang selalu membuat pipinya terasa panas.

“Kalian gak beniat buat gue jadi nyamuk, 'kan?” seru Alvaro membuat Nando terkekeh geli.

“Maunya sih, gitu,” ucap Nando cengengesan kepada Alvaro yang geleng-geleng kepala dengan tingkahnya.

“Jangan mulai deh, Nan!” peringat Aluna seraya memutar kedua bola matanya malas.

Nando menyengir. “Gue seriusan mau disuapin sama lo.”

Aluna diam mematung. Bukan dia tak ingin menyuapi Nando, malah dia sangat menyukainya dengan senang hati. Tetapi, dia hanya tak ingin murid-murid yang lain berfikir aneh-aneh tentang mereka berdua.

Melihat Aluna yang tak kunjung ada pergerakannya, Nando pun membuka suaranya kembali. “Kalo, lo, gak mau nyuapin gue, biar gue, deh, yang nyuapin, lo!” kata Nando langsung mengambil alih piring makanan Aluna. Kemudian menyuapkan batagor itu ke dalam mulut Aluna.

Anehnya, Aluna menurut dan menerima suapan itu. Padahal sebelumnya dia sempat bengong memikirkan bahwa dia takut murid lain akan begosip tentangnya. Entahlah, terkadang cinta memang seperti itu. Dia suka membuat kita lupa dengan apa yang baru saja kita fikirkan.

*

Aluna, Atikah dan Alvaro memutuskan mengerjakan jurnal bareng di rumahnya Alvaro sepulang sekolah. Nando tidak bisa ikut, karena katanya dia harus mengantar ibunya ke bandara sore ini.

Kini mereka bertiga sudah duduk di ruang tamu rumah Alvaro sambil berkutat dengan buku jurnal mereka masing-masing.

“Heran gue, emang kerjaan kita cuma ngitungin dosis obat mulu apa?” desis Alvaro tanpa menoleh kepada kedua temannya itu.

“Iya,lah, 'kan lo masuk kejuruan yang fokusnya di situ,” balas Aluna.

“Iya, sesekali, kek, bu Rani nyuruh kita ngitungin dosis selain obat gitu.”

Aluna [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now