Part 29

115 40 29
                                    

Happy reading❤

Mungkin tidak ada yang baik dalam sebuah kebohongan.  Namun,  kadang ada kalanya berbohong demi sebuah kebaikan.”

***

Keesokan harinya, kesibukan untuk menyambut hari jadi sekolah masih terus berlangsung.  Tampak seluruh murid SMK Utomo begitu antusias untuk merayakannya.

Lapangan sekolah dipenuhi anak-anak OSIS yang bertugas mendekor pentas.

Ruang-ruang seni,  musik dan lain sebagainya juga dipenuhi anak-anak yang sedang latihan untuk menampilkan bakat mereka, seperti tari, band,  drama,  dan masih banyak lagi.

Selain pertunjukan penampilan, Ada beberapa perlombaan juga akan diadakan,  seperti lomba kebersihan kelas, lomba memasak, dan lomba mengerjakan resep dengan baik dan benar.

Tiap-tiap kelas juga sibuk dengan siswa siswi yang mendekor kelas mereka agar terlihat cantik dipandang dan tentunya bersemangat untuk memenangkan pertandingan.

Kelas belajar mengajar sengaja ditiadakan mulai dari setelah istirahat pertama sampai pulang dan membiarkan masing-masing siswa fokus pada apa yang akan diperlombakannya ataupun yang ditampilkannya.

Seperti sekarang ini,  di kelas Aluna juga sama seperti kelas lain,  sibuk untuk mempercantik kelasnya.

Ada yang mengecat dinding,  memanjat memasang gaba-gaba kelas,  ada yang membuat poster, dan ada yang membuat hiasan-hiasan lain agar kelas tampak indah.

Namun,  kesibukan mereka semua sama sekali tak mengganggu gadis yang tengah duduk melamun di bangkunya. 

Ia tak peduli dengan yang dilakukan orang-orang,  bahkan ia juga tak hadir untuk membantu OSIS lain yang bekerja di luar.

Melihat itu,  Atikah langsung menghampiri Alvaro yang tengah mengecat dinding,  memberi isyarat lewat matanya yang mengarah pada Aluna.

Alvaro menaikan kedua alisnya seolah bertanya ‘Ada apa dengan Aluna?’ namun gelengan Atikah mengatakan ‘ia sendiri tidak tahu’ membuat Alvaro meninggalkan aktivitasnya dan langsung menghampiri Aluna diikuti dengan Atikah.

“Melamun aja.  Udah kelar urusan OSIS, lo?” tanya Alvaro sontak membuyarkan lamunan Aluna. Ia menarik kursi yang ada di samping kiri Aluna dan membuatnya tepat di hadapan kiri gadis itu.

Aluna menggeleng pelan.  “Belum.  Biarin lah sesekali gue bolos,” jawabnya lalu menoleh pada Atikah yang berdiri saja di sampingnya.

“Lo mau marhaban?” tanya Aluna.

Atikah menatap Aluna ragu. Entahlah, ia sedikit canggung dengan Aluna karena kejadian semalam.  Ia seperti punya salah tapi ia tak tahu salah apa yang sudah ia perbuat.

Alvaro yang mengerti sikap Atikah pun langsung membuka suaranya. “Sudah, lah,  Tik. Aluna gak punya masalah apapun sama lo. Iya, kan,  Lun?”

Ah,  Aluna paham sekarang.  Ternyata benar,  Atikah mengambil hati karena ia mengabaikannya semalam.

“Masalah apa?” tanya Aluna seraya mengerutkan dahinya,  pura-pura tak mengerti.

“Nah,  kan,  Tik,  apa gue bilang.  Aluna aja gak tau masalahnya apaan.” Alvaro berseru seraya memukul mejanya pelan.

“Masalah apaan,  sih? ” tanya Aluna kembali, lebih meyakinkan bahwa memang ia tak tau apapun.

“Ini,  semalam,  kata Atikah, lo liatin kita yang duduk di luar kelas.  Nah,  Atikah melambaikan tangannya ke lo,  berniat mau nyapa.  Eh,  lo malah sengaja malingin muka. Makanya Atikah ngira dia ada salah sama lo!” jelas Alvaro panjang lebar.

Aluna [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now