Jogja bersama Dira

86 65 16
                                    

Pagi datang dengan cerahnya. Matahari belum muncul sempurna di peraduannya. Aku bangun dan melihat Dira sudah duduk dengan kopi di tangan kanan.

"Mau kopi?" Ia memberiku secangkir kopi vanillalatte manis.

"Terima kasih," senyumku.

Lama aku berteman dengan matahari. Duduk di depan tenda menunggu matahari tepat di atas kepala.

"Pulang?" Tanyanya sembari menyeruput kopi hitamnya.

"Ayo."

Setelah siang datang, aku dan Dira membereskan tenda. Bergegas untuk pulang. Karena takut Rani akan mengadukan ke Ibu.

Jalanan berliku, membawa angin dari arah luar jendela yang kubuka.
Lagi-lagi Dira menyulut sebatang rokok, sebenarnya aku kurang suka jika Dira tidak menjaga paru-paru nya.

"masih aja ngerokok ?" Tanya ku

"Maaf, kalau kamu ngga suka." Ia menghembuskan asap dari bibirnya, keluar dari jendela yang terbuka.

"Hmm."aku hanya berdehem, menjawab permintaan maafnya

"Iya, ini aku matikan." Ia melempar putung rokok yang mau habis keluar jendela.

"Semalam .... " Kata-kataku terputus.

"Tenang, ngga ngapai-ngapain kamu kok." Tatapnya, meyakinkan ku untuk percaya ucapanya.

Aku terdiam. Hanya memandang wajahnya yang serius melihat jalanan di balik kemudi. "Sudah telfone Rani?" Tanyanya.

"Belum." Jawabku singkat.

"Ibu?"

"Ibu ke Jogja, menjenguk tante."

"Oh." Dira terdiam lagi, rasa canggung sering muncul saat itu. Banyak hal yang baru ku ketahui saat hati terbuka untuknya.

Sepanjang perjalanan hanya sedikit kata yang kita ucapkan. Terasa aneh tapi mungkin suasana hati Dira lagi kurang baik. entah mungki karena aku dan Putri atau antara aku dan Dhani .

Mobil terparkir di depan rumah, menyisahkan halaman dengan daun yang gugur bekas hujan semalam. Kulihat Rani duduk di ruang tamu dengan raut wajah gelisah. Kakinya menapaki setiap sudut teras bergantian. Bibirnya terus menerus menggerutu.

"Assalamualaikum." sapa ku

"Walaikumsalam, kak dari mana?" Tanya Rani terlihat khawatir

"Maaf, semalam kakak pergi."

"Tante kak." Suara Rani terbata-bata, seperti ingin mengatakan sesuatu. Namun air mata lebih dulu keluar membasahi pipinya.

"Kenapa tante?" Tatapku, membuat Dira hanya menatapku bingung.

"Tante meninggal, ibu menelfon tadi pagi."

"Ibu mencari kakak?" Tanya ku khawatir Ibu tau aku tak pulang semalaman.

"Iya, aku bilang kakak masih tidur." Aku menghela nafas lega. Saat tau Rani tak mengadukanku kepada Ibu.

"Terimakasih ya Ran." senyumku

"Ibu menyuruh kita berangkat ke Jogja kak."

"Naik apa?"

"Kereta." jawab Rani singkat

"Biar kuantar." tiba-tiba Dira menawarkan diri untuk mengantarku dan Rani ke Jogja. Saat dimana dia masih marah dengan ku.

"Naik apa?" Tanya Rani bingung

"Mobil ayah, kalau untuk dua hari saja pasti boleh," ucapnya meyakinkanku.

"Bener ngga apa-apa kak?" Tanya Rani dengan tatapan serius.

Tentang Rasa  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang