ulang tahun ibu

126 87 30
                                    

Pagi sudah menampakan senyumnya, ku lihat matahari belum terlalu tinggi dari atas bukit .

"Dir bangun!" Ku goncangkan tubuhnya, namun Dira masih enggan untuk membuka matanya.

"Masih ngantuk,"ucapnya, nada manjanya menyentuh gendang telingaku.

"Iya bentar." Dira beranjak bangun dan mulai membersihkan slipingbag yang kita pakai semalam

"Dir, semalam ngga ngapa-ngapain aku kan?" Tanyaku serius menataap matanya

"Dikiitt doang " Dira memberikan senyuman nakal. Membuat pikiranku kemana mana, meraba pakaian apa ada yang terlepas

"SERIUSSSSAAAANN!" Gertakku memukul lembut pundaknya.

"Ngga kok, laki laki baik ngga akan merusak perempuanya." Dira menatapku, mencubit pipiku yang chaby.

"Huuftt, alhamdulilaah," ucapku

"Yuk, ntar pada pulang lagi. Kalau udah siang kan kelihatan jalan arah ke tenda." Dira dan aku berjalan menyusuri setapak tanah yang dipenuhi ilaalang tinggi .

Setelah berpuluh langkah, akhirnya kita sampai juga di perkemahan. Setibanya di sana banyak pasang mata memperhatikanku dan Dira ketika datang.

"Dira, Rinjani!" Seru Pak Wanto menyapaku, wajahnya memerah marah dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Maaf pak, kami tersesat," ucapku, kepalaku dan Dira tertunduk. Takut melihat Pak Wanto yang marah.

"Tersesat Atau sengaaja menyesatkan diri!"Suara pak Wanto terdengar oleh murid lainnya, suasana menjadi gaduh saat aku ingin membela diri.

"Saya kemarin mau buang air kecil, tapi berlari menjauh dari Dira pak . Terus saya bingung karena lupa jalan pulang, untung ada Dira datang mencari saya."panjang lebar aku menjelaskan kepada Pak Wanto, membuatku tak berani menatap matanya yang marah.

"Iya pak , dia menangis keras sekali. Saya kira kuntilanak." Gemuruh tawa menggema, siswa siswi lainnya berbisik menertawakan ku.

"Alasan. Bilang aja mau aneh-aneh kalian!"

"Pak, ini hutan. Kalau saya dan Rinjani macam-macam ngga akan bisa pulang seperti ini," ucap Dira membela diri

"Iya pak, kalau saya macam-macam sudah di culik hantu kali pak,"ucapku, sedikit kesal melihat pak Wanto terus menerus menyudutkan kami.

"Yasudah, untung kalian ngga di culik hantu hutan. Kalian beres beres kita pulang siang nanti." Pak Wanto berlalu, ia kembali mengecek siswa lainnya.

"Sekarang tanggal berapa?" Pertanyaanku membuat Dira menengok jam tangannya

"Tanggal empat belas april."

"Ya ampun, Ibu ulang tahun!" Aku

"Yaudah, nanti mampir ke toko kue"

"Aku juga mau ya,"ucapku dengan nada manja.

"Iya, daripada ngambek lagi,"ucapnya lembut, menyeka hidung mungilku.

"Kan yang marah kamu!" Ucapku.

Suara serangga, sangat menenangkan dihutan pinus. Aku duduk didepan tenda setelah selesai berkemas, dengan coklat panas yang membantu menghangatkan tangan yang mendingin.

"Nikmatnya minum coklat dihutan begini."Kusandarkan kepalaku ditas ransel, merentangkan tangan keatas dan meluruskan kaki ke depan.

"Mau dong." Dira tiba -tiba datang, ia duduk di sampingku.

"Nih." Ku berikan cangkir stenlis yang ku genggam.

"Yah bekas bibirmu dong!" Eluh laki-laki itu memasang wajah jijik

Tentang Rasa  Where stories live. Discover now